Selasa, 12 Agustus 2025

Kasus di PT Sritex

Rekam Jejak 2 Bersaudara Iwan Lukminto Sritex: Iwan Setiawan Lukminto dan Iwan Kurniawan Lukminto

Iwan Setiawan dikenali dengan rambut hitamnya yang lebat. Sementara Iwan Kurniawan dikenali dengan gaya rambut plontos alias gundul.

|
Penulis: Hasanudin Aco
Foto Kolase Tribun Solo
2 BERSAUDARA - Dua bersaudara putra Lukminto pendiri Sritex. Iwan Setiawan Lukminto (kiri) dan Iwan Kurniawan Lukminto alias Wawan (kanan). 

Lalu, pelunasan kredit itu mengalami masalah hingga jumlah yang belum dilunasi pada Oktober 2024, mencapai triliunan rupiah.

"Penyidik memperoleh alat bukti yang cukup telah terjadi tindak pidana korupsi dalam pemberian kredit dari beberapa bank pemerintah kepada PT Sritex Rejeki Isman Tbk, dengan nilai total tagihan yang belum dilunasi hingga Oktober 2024 Rp3.588.650.808.28,57," kata Abdul Qohar, dalam konferensi pers di Kejagung, Rabu (21/5/2025).

Sejarah Sritex hingga Pailit

Sritex adalah perusahaan terbuka yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 17 Juni 2013.

Saat penawaran saham pertamanya (IPO), harga sahamnya dilepas Rp 240 per lembarnya.

Mengutip Laporan Tahunan (Annual Report) Sritex 2023, pemegang saham mayoritas atau pengendali adalah PT Huddleston Indonesia sebesar 59,03 persen.

Pemegang saham kedua adalah kepemilikan publik sebesar 40,97 persen saham.

Sebagai pemilik Sritex dengan saham mayoritas, PT Huddleston Indonesia adalah perusahaan yang kepemilikannya terafiliasi dengan Keluarga Lukminto.

Meski dikenal sebagai perusahaan tekstil, keluarga Lukminto diketahui memiliki sejumlah lini bisnis lain, salah satunya yang populer adalah Gedung Olahraga (GOR) Sritex yang berada di tengah Kota Solo.

Meskipun memiliki sejarah kesuksesan yang panjang, Sritex mulai menghadapi masalah keuangan serius sejak tahun 2021.

Saham Sritex disuspensi pada Mei 2021 akibat keterlambatan pembayaran bunga dan pokok Medium Term Notes (MTN).

Total liabilitas perusahaan terus meningkat, mencapai sekitar Rp24,3 triliun pada September 2023.

Masalah keuangan ini diperparah oleh persaingan ketat di pasar global, dampak pandemi Covid-19 yang mengganggu rantai pasok dan menurunkan permintaan, serta kondisi geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan penurunan ekspor produk tekstil ke Eropa dan Amerika Serikat.

 

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan