Jeritan Guru Swasta Asal Wonosobo Jawa Tengah: 22 Tahun Mengabdi Tak Pernah Cicip Gaji 3 Juta
Sofan Nurhasan, dan Irfangi adalah dua dari banyaknya guru asal Wonosobo, Jawa Tengah yang ikut berpartisipasi.
Ringkasan Berita:
- Guru madrasah swasta menyuarakan keadilan kepada pemerintah
- Sofan merasa ada diskriminasi dari pemerintah terhadap guru madrasah swasta
- Selama 22 tahun Sofan tak pernah merasakan gaji Rp 2 juta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cuaca panas terik di sekitaran Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat pada Rabu 30 Oktober 2025, pukul 11.00 WIB, tidak menyurutkan semangat para guru madrasah swasta menyuarakan keadilan kepada pemerintah.
Bermodal spanduk, payung, topi dan semangat memperjuangkan kesejahteraan, para guru yang mayoritas berusia 40 tahun ke atas ini ramai berkumpul di satu ruas Jalan Medan Merdeka Selatan.
Baca juga: Istana Tampung Aspirasi Guru Madrasah Soal PPPK dan Diskriminasi Status
Mereka datang dari berbagai daerah, dan berasal dari sejumlah organisasi guru, seperti Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI), Perkumpulan Guru Madrasah Mandiri (PGMM), Persatuan Guru Inpassing Nasional (PGIN), dan Punggawa Guru Madrasah Nasional Indonesia (PGMNI).
Bus-bus yang mengangkut mereka, terparkir memanjang di sepanjang Medan Merdeka Barat dan Selatan. Salah satunya tertulis 'Wonosobo'.
Baca juga: Curhat Guru Madrasah Karanganyar Ikut Demo di Jakarta: 20 Tahun Jadi Honorer, Tak Bisa Daftar PPPK
Para guru madrasah swasta ini datang jauh dari daerahnya ke ibu kota, semata untuk menuntut pemerintah mengangkat status mereka menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) atau Aparatur Sipil Negara (ASN).
Sofan Nurhasan, dan Irfangi adalah dua dari banyaknya guru asal Wonosobo, Jawa Tengah yang ikut berpartisipasi.
Saat ditemui, keduanya tengah duduk beristirahat di bawah teduhan pohon rindang, sambil menyeruput seduhan kopi hitam dari penjual minum bersepeda alias starbucks keliling (starling).
Keduanya sama-sama mengenakan pakaian putih hitam dan peci hitam, datang jauh dari Wonosobo demi menuntut negara hadir memberi keadilan bagi para guru swasta.
Mereka telah menjalani profesi sebagai guru di madrasah swasta sejak tahun 2003, atau telah mengabdi 22 tahun.
"Saya dari 2003 jadi guru, udah berapa tahun itu kalau sampai sekarang," kata Sofan kepada Tribunnews.com, Kamis (30/10/2025).
Selama itu, tak terhitung berapa banyak murid yang sudah mereka ajarkan untuk dipersiapkan sebagai generasi penerus bangsa.
Tapi selama 22 tahun ini, Sofan tak pernah merasakan gaji Rp2 juta maupun mendapat tunjangan, nilai setara UMR Jakarta baginya cuma angan.
Gajinya hanya sekitar 1,5 juta, tapi harus tetap bertahan di tengah harga kebutuhan yang terus menerus menjulang.
Guru swasta bergaji Rp1,5 juta ini merupakan mereka dengan sertifikasi umum. Sedangkan jika sudah menempuh tes inpassing atau proses penyetaraan jabatan fungsional dan pangkat bagi guru dan dosen yang bukan pegawai negeri sipil (PNS), gajinya naik menjadi Rp2,6 juta.
Baca juga: Wamensesneg Jawab Keinginan Guru Madrasah Diangkat Menjadi PPPK
| Penyebab Gaji Relawan Dapur MBG di Takalar Dipotong dan Upah Lembur Tak Dibayar, Protes ke SPPG |   | 
|---|
| Komisi III DPR: Kenaikan Gaji Hakim 280 Persen Harus Diikuti Sistem Pengawasan yang Kuat |   | 
|---|
| Dedi Mulyadi Ungkap Gajinya sebagai Gubernur Rp8,1 Juta: Pendapatan Paling Banyak dari YouTube |   | 
|---|
| Presiden Prabowo Pamer Sudah Naikkan Gaji Hakim 280 Persen: Supaya Dia Tidak Bisa Disogok |   | 
|---|
| 10 Pemain dengan Gaji Tertinggi di Tahun 2025: Ronaldo Pertama, Messi Cuma Separuhnya |   | 
|---|
 
							 
							 
							 
				
			 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
	
						        	 
	
						        	 
	
						        	 
	
						        	 
	
						        	 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.