Awal Mula Muncul Salam Solidaritas dan Warna Oranye Fisip Unsoed Purwokerto
Solidaritas menjelma menjadi tulang punggung dari lahirnya FISIP Unsoed yang mandiri.
Editor:
willy Widianto
Namun lanjut Yudha warna tak cukup. Maka lahirlah semboyan 'Solidaritas'. Kata ini dipilih bukan sekadar untuk menyatukan, tetapi untuk mengingatkan.
Solidaritas bukan hanya saling membantu, tetapi saling menanggung. Dalam bahasa Inggris: solidarity, dalam Belanda: solidariteit, dalam Yunani: allilengýi, dan dalam bahasa Arab: (tadhamun). Di semua akar katanya, terdapat makna yang sama keterhubungan yang lahir dari rasa satu nasib.
Baca juga: Cara Cek Pengumuman SPMB Mandiri Gelombang 1 Unsoed Tahun 2025, Klik pendaftaran.admisi.unsoed.ac.id
Filosofisnya, solidaritas adalah pondasi masyarakat yang adil. Dalam pemikiran Sosiolog Emile Durkheim, solidaritas mekanik dan organik menjelaskan bagaimana masyarakat bersatu, baik karena kesamaan maupun karena saling melengkapi. Dalam filsafat politik, solidaritas adalah jembatan antara individu dan kolektif.
"Maka, ketika aktivis mahasiswa Program Studi Sosiologi dan Administrasi Negara Unsoed memilih frasa ini, mereka sedang membangun pondasi etis untuk kebersamaan. Bukan hanya bersama ketika senang, tapi juga ketika getir menghadang," ujar Yudha.
Inspirasi itu juga datang dari jauh dari galangan kapal di Gdansk, Polandia. Lech Wałęsa dan gerakan Solidarność-nya melawan rezim komunis, bukan dengan senjata, tetapi dengan persatuan kaum buruh.
Semangat itu menular ke Purwokerto kecil, ke lorong-lorong Kalibakal. Mahasiswa FISIP yang merasa dipinggirkan, menemukan resonansi perjuangan dalam semangat buruh Polandia.
"Bahwa menjadi kecil bukan alasan untuk tunduk, dan bahwa kekuatan bisa lahir dari simpul-simpul solidaritas yang kuat," ujarnya.
Solidaritas itu pula yang membuat mahasiswa tidak sekadar belajar teori, tapi menghidupkan teori itu dalam gerakan. Dari pertemuan-pertemuan malam hari di bawah lampu temaram, hingga aksi-aksi simbolik, semua mengarah pada satu tujuan: kebebasan akademik dan identitas kelembagaan.
Solidaritas menjelma menjadi tulang punggung dari lahirnya FISIP Unsoed yang mandiri.
"Kini, ketika FISIP Unsoed telah berdiri megah dengan fakultas yang diakui, gedung-gedung yang layak, dan program studi yang berkembang, warna oranye tetap berkibar. Ia adalah pengingat akan masa-masa sulit. Ia bukan sekadar kenangan, tapi kompas yang mengarahkan visi ke depan. Bahwa apapun pencapaiannya, fakultas ini lahir dari perjuangan yang getir, dari keringat dan air mata para mahasiswa yang enggan menyerah," kata Yudha.
Baca juga: IKAFU Gelar Munas III di Purwokerto, Ada Irjen BPN Hingga Profesor Masuk Bursa Calon Ketua Umum
Oranye dan solidaritas bukan sekadar warna dan semboyan. Ia adalah dua puisi yang ditulis dalam sejarah kampus. Yang satu berbicara dalam warna, yang satu berbicara dalam kata, namun keduanya berbicara tentang makna: bahwa perjuangan memerlukan gairah dan kebersamaan, keberanian dan ketekunan.
Maka, bagi setiap generasi FISIP Unsoed, oranye bukan hanya warna seragam. Ia adalah matahari yang selalu menyala, fajar yang tak pernah padam. Dan solidaritas bukan hanya slogan, tapi warisan nilai yang mengikat. Jika warna itu bisa bicara, ia akan berkata: aku dilahirkan dalam kebimbangan, tapi tumbuh dalam keberanian dan harapan.
Begitulah sejarah itu tidak ditulis dalam lembar kertas saja, tapi dalam kenangan yang terus menyala di dada. Oranye dan solidaritas: dua kata yang menyatukan masa lalu yang lirih, masa kini yang kokoh, dan masa depan yang harus lebih berani.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.