Selasa, 2 September 2025

Awal Mula Muncul Salam Solidaritas dan Warna Oranye Fisip Unsoed Purwokerto

Solidaritas menjelma menjadi tulang punggung dari lahirnya FISIP Unsoed yang mandiri.

Editor: willy Widianto
Dokumentasi Panitia Pelantikan Pengurus IKAFU Unsoed
SALAM SOLIDARITAS DAN WARNA ORANYE - Yudha Heryawan Asnawi Sekretaris Business School IPB University yang juga alumni Fisip Unsoed Jurusan Sosiologi tahun 1988 ketika berbicara di acara pelantikan dan rapat kerja pengurus Ikatan Alumni FISIP Universitas Jenderal Soedirman (Ikafu Unsoed) masa bakti 2025—2029, Sabtu(12/7/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Purwokerto, sebuah kota di kaki gunung Slamet dan masuk wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah banyak menyimpan kenangan dan sejarah. Memang, Purwokerto kekinian mulai hiruk pikuk dan ramai oleh geliat manusia yang beraktivitas.

Baca juga: Irjen Kementerian ATR/BPN Terpilih Aklamasi Jadi Ketua Ikatan Alumni Fisip Unsoed 2025-2029

Berbanding terbalik pada era 80-an, Purwokerto adalah kota yang masih tenang, slow living, belum banyak pusat perbelanjaan yang mencolok dan jalanan raya belum dipadati kendaraan bermotor.

Deru suara mesin fotokopi juga masih asing kala itu. Hanya bila malam suara mesin ketik mahasiswa menggema seperti suara gemericik hujan deras, oleh karena tugas kuliah yang tak selesai hingga subuh. Di pinggir kota itulah, kampus Kalibakal berdiri. 

Menurut Yudha Heryawan Asnawi kampus Kalibakal bukan gedung megah dengan arsitektur modern, melainkan bangunan tua bekas sekolah Tionghoa yang diambil alih seusai peristiwa 1965. 

Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) jurusan Sosiologi tahun 1988 ini bentuk gedung kampus Kalibakal terdiri dari setengah tembok setengah kayu, dengan ventilasi dari ram kawat yang memantulkan cahaya pagi dan desir angin sore, menjadi ruang bagi para calon ilmuwan sosial yang menapaki jalan pengetahuan dalam keadaan serba terbatas.

"Kala itu, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik belum lahir sebagai entitas utuh. Program studi Sosiologi dan Administrasi Negara masih menjadi anak tiri dalam tubuh Fakultas Hukum. Statusnya menggantung, seperti anak muda yang belum diakui jati dirinya," ujar Yudha dalam tulisannya yang diterima Tribun, Senin(14/7/2025).

Namun, dari ketidakjelasan itu, kata Yudha semangat mulai tumbuh. Sejumlah mahasiswa aktivis seperti Nasihin, Ires, Baihaki, Agam, Ramlan, Tulus, dirinya dan pejuang-pejuang kampus lainnya yang tak bisa disebutkan satu per satu namanya mulai menggagas identitas, mulai dari warna, hingga makna.

Oranye adalah warna yang mereka pilih. Bukan karena trend atau keindahan semata, tapi karena ada jiwa yang menyala dibaliknya. Warna ini, yang dalam pancaran alam kadang disebut jingga, adalah warna fajar yang menandai harapan baru dan warna senja yang mengantar perenungan. 

Baca juga: Pelantikan Pengurus IKAFU Unsoed, Dalu Agung Ingatkan Peran Kampus untuk Masyarakat

"Ia bukan merah yang menyala marah, bukan kuning yang bersahaja, melainkan campuran keduanya gairah dan kecemasan, semangat dan keraguan. Oranye adalah warna transisi dan dalam transisi itulah para mahasiswa mengukir arah masa depan," ujar Sekretaris School of Business IPB University ini.

Secara semantik, lanjut pria bergelar doktor ini, oranye adalah warna yang menyimbolkan energi, perubahan, dan gerakan. Dalam spektrum cahaya, ia berada di tengah antara panasnya merah dan tenangnya kuning. Dalam psikologi warna, oranye diasosiasikan dengan semangat sosial, komunikasi, dan vitalitas. Ia bukan warna yang duduk tenang, tetapi berdiri gelisah dan dari kegelisahan itulah perubahan lahir.

"Oranye dalam konteks FISIP Unsoed menjadi lebih dari sekadar simbol. Ia adalah ekspresi ketegangan dan harapan, ketakpastian yang dikelola menjadi keberanian. Ia lahir dari ruang-ruang diskusi yang riuh, dari coretan tangan-tangan mahasiswa yang tak puas hanya menjadi bayang-bayang fakultas lain," kata Yudha. 

Bahwa warna tersebut lazim digunakan untuk fakultas peternakan di sejumlah kampus besar, kata Yudha, justru menjadi bentuk perlawanan kecil: bahwa identitas tidak harus mengikuti konvensi, tapi boleh lahir dari pengalaman eksistensial.

Pilihan oranye adalah bentuk keberanian. Ia mewakili perjuangan untuk keluar dari bayang-bayang Fakultas Hukum dan menjadi fakultas yang mandiri.

Warna ini menyuarakan tekad untuk menjadi terang sendiri, bukan sekadar pantulan cahaya dari fakultas lain.

Dalam setiap bendera, kaos, hingga selebaran yang berwarna oranye, terkandung darah-darah muda yang mendobrak tembok ketidakjelasan status, dan menggantinya dengan tembok keyakinan.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan