Bendera One Piece
Komentar Sejumlah Wali Kota soal Pengibaran Bendera One Piece
Komentar sejumlah wali kota mengenai fenomena pengibaran bendera serial manga dan anime asal Jepang, One Piece, menjelang HUT ke-80 RI.
Penulis:
Muhamad Deni Setiawan
Editor:
Tiara Shelavie
Ketika disinggung soal kemungkinan simbol bajak laut itu dianggap sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah, ia hanya menanggapi santai.
"Oh, gitu ya? Iya. Masa sih? Kalau One Piece itu kartun kan?" katanya ringan.
Meski begitu, Agustina tetap menekankan pentingnya menampilkan simbol-simbol resmi negara dalam perayaan HUT RI, termasuk menghiasi kota dengan bendera merah putih.
Pada waktu yang sama, Wakil Wali Kota Semarang Iswar Aminuddin menunjukkan sikap lebih berhati-hati. Ia memilih untuk tidak memberikan komentar lebih jauh.
"Saya tidak mau berkomentar, karena saya belum terlalu paham," ungkapnya.
Respati Ardi
Sementara itu, Wali Kota Solo menilai tak perlu ada larangan terkait maraknya bendera One Piece asalkan bendera merah putih tetap yang utama ditampilkan.
“Nggak (melarang). Keren. Bagus. Yang penting Indonesia harus yang utama. Bendera lambang negara yang dilindungi undang-undang,” ungkapnya saat ditemui TribunSolo.com di SD Tamirul Islam, Solo, Jawa Tengah, Senin.
Menurut Respati, tak ada aturan baku mengenai pemasangan bendera dan simbol-simbol lain dalam memeriahkan HUT RI.
“Mau masang One Piece, Gatot Kaca, Ramayana, 'kan nggak ada SOP tertulis kan itu kreasi aja. Tapi kalau kita wajib memasang bendera merah putih,” terangnya.
Sejumlah pihak menilai bahwa pengibaran bendera One Piece merupakan bagian dari provokasi, tetapi Respati Ardi menilai hal itu tergantung dari sudut pandang yang diambil.
“Mau One Piece, mau tokoh Sudiroprajan, tokoh Gilingan, Semar keren bagus. Ya tinggal sudut pandangnya aja. One Piece, tokoh pewayangan, Ramayana, saya kira sama dengan cerita-ceritanya,” jelasnya.
Menurutnya, tak perlu ada penertiban-penertiban berbagai simbol lain yang dipasang di antara lambang negara. Ia menyebut hal itu sah-saja saja.
“Bagus-bagus aja yang penting Indonesia tetap dipasang. Mau One Piece, gatot kaca boleh. Nggak (perlu ditertibkan),” ujar Respati.
Bagaimana tanggapan pakar mengenai fenomena ini?
Terpisah, Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono, menilai fenomena pengibaran bendera One Piece menyangkut tentang reproduksi suatu budaya populer.
Pengibaran bendera One Piece, sambungnya, adalah ekspresi masyarakat dalam mengikuti budaya populer.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.