Minggu, 17 Agustus 2025

HUT Kemerdekaan RI

Cucu Panglima Besar Jenderal Soedirman Sebut Kakeknya Tak Mau Disebut Pahlawan, Ini Alasannya

Cerita itu diutarakan cucu Jenderal Besar Soedirman, Ganang Priyambodo Soedirman.

|
TRIBUNNEWS/IMANUEL NICOLAS MANAFE
WAWANCARA KHUSUS - Ganang Priyambodo Soedirman, cucu dari pahlawan Republik Indonesia, Jenderal Soedirman diwawancarai secara khusus oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribunnews, Jakarta, Jumat (15/8/2025). Ganang Priyambodo menceritakan hubungannya dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman serta apa saja yang diwariskan sang Panglima Besar terhadap dirinya. TRIBUNNEWS/IMANUEL NICOLAS MANAFE 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima Besar Jenderal Soedirman merupakan sosok pahlawan revolusi nasional yang namanya selalu dikenang karena menjadi simbol keberanian dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa.

Namun faktanya, jenderal yang bernama asli Raden Soedirman ini, tak mau disebut sebagai pahlawan ketika Belanda mundur dalam agresi militer II pada tahun 1949.

Cerita itu diutarakan cucu Jenderal Besar Soedirman, Ganang Priyambodo Soedirman.

Ganang mendapat informasi itu dari mantan Gubernur DKI Jakarta, Tjokropranolo, yang juga pengawal pribadi Jenderal Soedirman pada masa revolusi nasional Indonesia.

"Keluarga pahlawan ini gak pernah minta sesuatu dan tidak pernah menyatakan bahwa negeri ini harus memberikan sesuatu pada kami gak apa-apa, karena buat saya nuwun sewu, Soedirman yang kita nyatakan selama ini sebagai pahlawan gitu ya, beliau ketika 9 Juli 1949 menolak disebut pahlawan," kata Ganang saat wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di kantor Tribunnews.com, Jakarta, Jumat (15/8/2025).

Awalnya, Ganang bercerita kakeknya yang ia sebut Eyang Kakung itu akan masuk Daerah Istimewa Yogyakarta setelah selesai melakukan gerilya.

Ketika itu, Tjokropranolo memberi tahu ke Jenderal Soedirman jika akan disematkan menjadi pahlawan revolusi usai berhasil memenangkan pertempuran.

Namun saat itu Jenderal Soedirman sempat menolak untuk disebut sebagai pahlawan. 

Hal ini karena kerendahan hatinya yang mengingat rakyat yang membantunya dalam perebutan kembali wilayah Indonesia dari Belanda.

"Beliau nyatakan menolak 'pahlawannya bukan saya, bukan kalian semua ini, pahlawannya rakyat yang ada di desa-desa, di gunung-gunung yang membantu kita semuanya. Jadi tanpa rakyat ini kita nggak ada apa-apa," ungkapnya.

Meski begitu, Pemerintah Indonesia tetap menyematkan gelar pahlawan untuk Jenderal Soedirman pada 10 Desember 1964.

Bahkan gelar pahlawan itu juga masih terus dihargai oleh pemerintah kepada keluarga keturunan Jenderal Soedirman mulai dari Presiden Soeharto hingga saat ini.

Ganang bercerita jika Presiden Soeharto sangat menghormati jasa para pahlawan yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

"Sepengetahuan saya, janda-janda para pahlawan ketika itu oleh Pak Harto itu diberi ya tidak langsung diberi begitu, tapi ada seperti pengusaha begitu ya ini loh negeri ini kalau gak ada suami-suaminya ini, gak ada pejuang ini gak seperti ini maka pengusaha itu diminta untuk menyisihkan keuntungannya ya bantu ini keluarga, itu wise itu," tuturnya.

Sosok Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman, Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia, sekaligus seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia.

Jenderal Soedirman dikenal sebagai sosok yang dihormati di Indonesia berkat jasanya yang telah menggugurkan para penjajah.

Ia dilantik pada tanggal 18 Desember 1945 dan selama tiga tahun melawan tentara kolonial Belanda.

Bahkan ia berhasil mengalahkan mereka melalui sebuah perjanjian yang disusun olehnya yang dikenal sebagai perjanjian Lingharjati dan Renville.

Soedirman merupakan anak dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem. Ia lahir di Purbalingga, 24 Januari 1916.

Sejak kecil, Soedirman diasuh oleh pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo, karena ia memiliki kondisi keuangan yang jauh lebih baik dibandingkan keluarganya.

Soedirman pun diadobsi oleh pamannya yang seorang priyayi dan ia diberi gelar kebangsawanan suku Jawa, menjadi Raden Soedirman.

Soedirman tumbuh besar menjadi seorang siswa rajin dan aktif dalam kegiatan sekolah serta mengikuti organisasi Islam.

Selain itu, ia juga diajarkan etika dan tata krama priyayai serta kesederhanaan sebagai rakyat biasa.

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan