Senin, 22 September 2025

Sudah Digunakan Puluhan Tahun, Tes Pauli Masih Relevan Jawab Kebutuhan Dunia Kerja Modern

Sejak berdiri pada 2017, Talentlytica telah melaksanakan lebih dari 1,5 juta asesmen digital dan membantu lebih dari 300 perusahaan

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
HO
TES PAULI - Founder Talentlytica, Aswin Januarsjaf (tengah) saat peluncuran buku Pauli: The Will Power Test – Tanya Jawab Tes Pauli Terlengkap belum lama ini. Tes Pauli, sebuah instrumen psikologi klasik yang telah digunakan selama puluhan tahun dalam seleksi, pengembangan talenta, hingga manajemen sumber daya manusia (SDM), kembali tetap relevan untuk menjawab kebutuhan dunia kerja modern. 

Acara ini akan menghadirkan praktisi lintas bidang untuk membahas lebih dalam tentang pemanfaatan Tes Pauli di era digital.

“Asesmen ini bukan sekadar instrumen yang rumit, tetapi jendela untuk memahami kekuatan kemauan manusia,” tegas Aswin.

Baca juga: Bangun Karakter Generasi Muda, Komut Pertamina Ungkap Kebutuhan SDM Energi di Universitas Pertamina

Ia menambahkan, langkah ini sejalan dengan visi Talentlytica untuk membangun ekosistem pengelolaan talenta yang modern, berbasis data, minim bias, serta siap mendukung kesiapan Indonesia menghadapi masa depan dunia kerja.

Tes Pauli—yang kerap disebut juga sebagai tes koran—merupakan salah satu tes psikologi klasik yang masih digunakan hingga kini dalam berbagai proses seleksi kerja dan asesmen psikologis.

Tes ini dirancang untuk mengukur konsentrasi, ketahanan kerja, kecepatan berpikir, dan ketelitian seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas sederhana secara berulang dalam waktu terbatas.

Tes Pauli bukan sekadar soal menghitung angka. Di balik aktivitas yang tampak sederhana, tes ini menyimpan sejumlah indikator penting terkait kemampuan mental dan emosional seseorang. 

Tujuan utamanya meliputi menilai kemauan dan daya tahan mental saat bekerja di bawah tekanan, mengukur stabilitas emosi, konsistensi, dan kemampuan fokus, menyaring kandidat dalam seleksi kerja, terutama untuk posisi yang menuntut ketelitian tinggi dan stamina mental yang kuat.

Dalam pelaksanaannya, peserta akan diberikan lembaran berisi deretan angka vertikal dari 0 hingga 9.

Tugas peserta adalah menjumlahkan dua angka yang berdekatan dan menuliskan hasilnya di antara angka tersebut.

Meskipun terdengar sederhana, tantangan sebenarnya terletak pada konsistensi dan ketahanan selama durasi tes.

Tes berlangsung selama 60 menit, dan setiap tiga menit peserta diminta untuk menandai batas kerja terakhir sesuai instruksi pengawas.

Hasil akhir kemudian dianalisis untuk melihat pola kerja, tingkat konsistensi, dan ketahanan mental peserta sepanjang tes berlangsung.

Perbedaan dengan Tes Kraepelin

Tes Pauli sering dibandingkan dengan Tes Kraepelin, karena keduanya memiliki format dan tujuan yang serupa namun Tes Pauli dianggap sebagai versi yang lebih modern dan kompleks.

Jika Tes Kraepelin lebih fokus pada kecepatan dan ketelitian, Tes Pauli mampu mengungkap lebih banyak aspek psikologis, termasuk dinamika emosi dan pola kerja jangka panjang.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan