Gelar Pahlawan Nasional
Rahmah El Yunusiyyah Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Fahira Idris: Sosok Reformator Pendidikan Islam
Sebagai pemerhati pendidikan, Fahira menilai filosofi Rahmah berakar pada nilai kasih sayang, keadilan sosial, dan kemandirian.
Ringkasan Berita:
- Rahmah El Yunusiyah bukan sekadar pendidik. Ia reformator pendidikan Islam, pejuang kemerdekaan, sekaligus simbol emansipasi perempuan
- Rahmah membangun lembaga pendidikan yang tidak bergantung pada kekuasaan kolonial dan merancang kurikulum yang menekankan keterampilan hidup
- Fahira Idris menilai nilai-nilai pendidikan yang dirintis Rahmah tetap relevan untuk menjawab tantangan karakter dan moral generasi muda saat ini.
Hasiolan EP/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM - Anggota DPD RI asal DKI Jakarta Fahira Idris menyambut dengan rasa bangga keputusan Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Rahmah El Yunusiyyah, tokoh perempuan dan pendidik asal Minangkabau.
Menurut Fahira, penghargaan ini bukan sekadar pengakuan terhadap sosok luar biasa dalam sejarah bangsa, tetapi juga pengingat bahwa nilai-nilai pendidikan yang dirintis Rahmah tetap relevan untuk menjawab tantangan karakter dan moral generasi muda saat ini.
Baca juga: Tidak Ada Perwakilan Keluarga Gus Dur saat Fraksi PKB Syukuran Gelar Pahlawan, Tak Diundang?
“Rahmah El Yunusiyyah bukan sekadar pendidik. Ia reformator pendidikan Islam, pejuang kemerdekaan, sekaligus simbol emansipasi perempuan Indonesia,” ujar Fahira dikutip (12/11/2025).
“Model pendidikan yang beliau rintis masih sangat sesuai untuk membentuk generasi berkarakter, berempati, dan mandiri.”
Baca juga: Gelar Pahlawan Nasional Disebut Pemutihan Dosa-dosa Besar Soeharto
Sebagai pemerhati pendidikan, Fahira menilai filosofi Rahmah berakar pada nilai kasih sayang, keadilan sosial, dan kemandirian.
Bagi Rahmah, katanya, seorang guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga penuntun jiwa.
Pendidikan, menurutnya, harus berlandaskan rahmah—kasih sayang dan keteladanan—karena dari sanalah lahir manusia berempati, bukan sekadar cerdas secara kognitif.
Dalam konteks kesetaraan, Rahmah menolak diskriminasi terhadap perempuan dan meyakini bahwa menuntut ilmu merupakan hak dan kewajiban bagi semua, tanpa memandang gender.
Kemandirian menjadi prinsip lain yang ia junjung tinggi.
Rahmah membangun lembaga pendidikan yang tidak bergantung pada kekuasaan kolonial dan merancang kurikulum yang menekankan keterampilan hidup agar peserta didik mampu menghadapi dunia nyata.
Visi tersebut, kata Fahira, sangat maju untuk zamannya—menjadikan pendidikan sebagai sarana membentuk manusia yang tangguh dan berdaya.
“Bagi Rahmah, mendidik perempuan berarti mendidik sebuah bangsa. Pendidikan bukan hanya soal pengetahuan, tetapi tentang pembentukan karakter, kemandirian, dan akhlak mulia,” kata Fahira yang juga Wakil Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang (IKM) Departemen Bundo Kanduang.
Perjuangan Rahmah tidak berhenti di dunia pendidikan. Pada masa revolusi, ia turut mendirikan unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan ikut bergerilya membantu perjuangan rakyat di Padang Panjang. Dedikasinya bahkan diakui dunia internasional.
Gelar Pahlawan Nasional
| Soeharto jadi Pahlawan Nasional, AMPG: Warisan Terbesar Soeharto bagi Golkar adalah Budaya Politik |
|---|
| PDIP Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Pengamat: Parpol yang Jadi Lawan Orde Baru |
|---|
| Soeharto dan Marsinah Jadi Pahlawan Nasional, Pengamat: Ini Kontradiksi |
|---|
| Sosok Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyyah, Kibarkan Merah Putih Pertama di Sumatra Barat |
|---|
| Cicit Ungkap Perjuangan Pahlawan Nasional asal Minang Hj Rahmah El Yunussiyah: Pejuang Multi Talenta |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.