Kamis, 20 November 2025

Resensi Buku 'Sri Buddha': Cerita tentang Semar di Borobudur, Jejak Buddhi yang Terlipat

Setelah bertahun-tahun “mundur” dari hiruk-pikuk dunia kewartawanan, Wenri Wanhar tak benar-benar berhenti menulis. 

|
Penulis: Dodi Esvandi
HANDOUT
Buku Sri Buddha "Karena Hari Ini Tumbuh Masa Lalu" karya terbaru Wenri Wanhar. 

Tokoh lain masih menunggu verifikasi.

"Kita hanya bercerita apa adanya. Menceritakan apa yang kita dapat. Apa yang menjadi bagian kita," kata Wenri.

Buku setebal 117 halaman ini menjadi jilid pertama dari serial Sri Buddha

Jika tak ada aral melintang, SRIBUDDHA #2 akan segera hadir dengan judul LINGGA YONI SRIWIJAYA.

Sinopsis Buku:

Sri Buddha: Karena Hari Ini Tumbuh Masa Lalu

Para perupa dari zaman dahulu menorehkan ajaran tua di jantung tanah Jawa. Ajaran Buddhi. 

Buah kesadaran yang berpedoman pada keselarasan alam raya. Mengingatkan bahwa tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit ada di diri manusia. 

Sebagaimana Borobudur yang sempat “ditinggalkan” masyarakat pendukungnya, ajaran 
Buddhi pun demikian. 

Namun ia tak pernah benar-benar hilang tanpa bekas. 

Masyarakat kita masih akrab dengan diksi “Buddhi”. Nalar Budi. Akal Budi. Budi Pekerti. Balas Budi. Hutang Budi. Budi Luhur. 

Semuanya beresonansi kebaikan, keselarasan.

BUDDHI; satu sistem pengetahuan yang berakar di Lautan Hindia, di selapis negeri yang hari ini bernama Republik Indonesia. 

Benih pengetahuan yang berdaya pada masa mandalamandala—yang kini dikenal bernama candi-candi—dibangun para leluhur. 

“Kurikulum ajar” di Kedaton-Kedatuan, di Pasraman-Pasaman, di Pesantrian-Pesantren, di Padepokan-Padepokan. 

Buddhi, sebagaimana dibeberkan Citraloka Wirupa Borobudur, adalah puncak-puncak 
kecerdasan jiwa dan puncak-puncak kecerdasan raga. 

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved