Resensi Buku 'Sri Buddha': Cerita tentang Semar di Borobudur, Jejak Buddhi yang Terlipat
Setelah bertahun-tahun “mundur” dari hiruk-pikuk dunia kewartawanan, Wenri Wanhar tak benar-benar berhenti menulis.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah bertahun-tahun “mundur” dari hiruk-pikuk dunia kewartawanan, Wenri Wanhar tak benar-benar berhenti menulis.
Ia tetap setia berburu cerita, meramunya, lalu menyajikannya dengan semangat jurnalistik yang khas.
Bedanya, kini ia tak lagi menjemput berita dari masa kini, melainkan menggali kisah dari masa lampau.
Alhasil, November 2025 lahirlah karyanya yang terbaru: buku Sri Buddha "Karena Hari Ini Tumbuh Masa Lalu".
Bagi Wenri,--meminjam jargon majalah Historia, tempat Wenri pernah bekerja--masa lampau selalu aktual.
Melalui karya teranyarnya, pria asal Sumatera yang besar di Tanah Jawa itu mengajak pembaca menelusuri relief Borobudur—membaca ulang pesan-pesan yang ditinggalkan para leluhur.
“Ini hanyalah cara yang kami dapat ketika menjemputnya dari kelampauan. Mungkin yang lain punya cara berbeda. Silakan saja. Kami hanya berbagi cerita yang alam raya tunjukkan kepada kami. Dan kami tidak pernah merasa cara ini paling benar,” ujar Wenri merendah.
Dengan cara yang didapatnya, jurnalis yang pernah bekerja untuk grup Bisnis Indonesia dan juga Jawa Pos itu menemukan lakon utama dalam kisah Wirupa Borobudur: Indra Jati dari Hyang, sang pembawa ajaran Buddhi—ajaran Dharma yang menjadi peta jalan kebudayaan agar anak cucu tak kehilangan arah.
Ajaran Buddhi inilah--sebagaimana ditulis di halaman terakhir buku Karena Hari Ini Tumbuh Masa Lalu--yang dijadikan kurikulum ajar di Kadatuan Sriwijaya.
Baca juga: 5 Candi Budha di Yogyakarta yang Memiliki Nilai Historis Tinggi, Cocok untuk Wisata Edukasi
Yang menarik, dalam buku ini Wenri menyebut, "Indra Jati dari Hyang sang pembawa ajaran BUDDHI yang kami kenal sebagai leluhur kami di Sumatera, ternyata di Pulau Jawa dikenal bernama Semar. Beliaulah satu di antara tokoh dalam cerita Wirupa Borobudur."
Lebih mengejutkan, Wenri menyingkap narasi baru: tokoh yang dikenal di Sumatera sebagai Indra Jati ternyata di Jawa dikenal sebagai Semar.
Sosok legendaris yang selama ini dianggap mitos, ternyata hadir dalam relief Borobudur sebagai pembawa ajaran Buddhi.
"Cerita ini hanyalah segenggam daun di antara rimbunnya dedaunan di hutan. Bila ada kebenarannya, ia hanya segenggam, di antara banyak sekali kebenaran yang lain. Ketika menjemputnya di kelampauan, kita ditunjuk ajar untuk jangan pernah merasa paling benar. Dan ajaran BUDDHI mengajarkan, bila kita berani menyalahkan orang lain, maka sebenarnya kita sudah salah duluan."
Meski begitu, Wenri mengakui pengetahuannya belum lengkap.
Dari sekian tokoh dalam Wirupa Borobudur, baru Hyang Semar yang berhasil ia kenali.
| Tuntasnya Penataan Kampung Seni Kujon di Borobudur Diharapkan Tingkatkan Jumlah Wisatawan |
|
|---|
| Heboh Macron Diduga Langgar Aturan Candi Borobudur, Rogoh Stupa dan Tak Pakai Upanat |
|
|---|
| Aktivis Buddhis Kritisi Pemasangan Stairlift di Candi Borobudur, Ini yang Ditakutkan |
|
|---|
| Prabowo Satu Jam Dampingi Macron di Borobudur, Optimistis Hubungan Indonesia-Prancis Makin Kuat |
|
|---|
| Fadli Zon Ceritakan Momen Presiden Macron Coba Sentuh Patung Budha Dalam Stupa di Borobudur |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Buku-Sri-Buddha.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.