Senin, 24 November 2025

Tanggapi Survei CISA, Aktivis 98 Beberkan Tantangan Polri ke Depan

Aktivis 98 yang juga Sekjen Jaringan Aktivis Reformasi ’98, Peri Supriadi, menegaskan bahwa institusi Polri merupakan garda supremasi sipil.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Wahyu Aji
HO/IST
TANTANGAN POLRI - Diskusi dan peluncuran hasil survei CISA di Jakarta hari ini, Senin 24 November 2025. 
Ringkasan Berita:
  • Altivis 98 yang juga Sekjen JARI 98 menegaskan soal peran Polri yang merupakan garda supremasi sipil
  • Sejumlah lembaga survei termasuk, CISA mempublikasikan survei mengenai kinerja Polri

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Aktivis 98 yang juga Sekjen Jaringan Aktivis Reformasi ’98 (JARI 98), Peri Supriadi, menegaskan bahwa institusi Polri merupakan garda supremasi sipil

Hal itu disampaikannya saat menjadi pembahas di peluncuran survei Center for Indonesian Strategic Action (CISA) di Jakarta, pada Senin 24 November 2025.

Survei CISA memotret persepsi publik terhadap Polri sebagai simbol supremasi sipil.

Ia menjelaskan yang membedakan rezim otoriterianisme dengan rezim demokratis adalah bagaimana kekuatan negara bersenjata, tidak hanya militer, tetapi juga Polri harus tunduk pada otoritas sipil

Ia melanjutkan, institusi kepolisian mempunyai tiga fungsi sekaligus yaitu gakum, kamtibmas, serta perlindungan dan pengayoman termasuk dalam hal ini penanganan terorisme. 

“Pertama, saya mengapresiasi survei CISA ini yang berupaya memotret persepsi publik terhadap Polri sebagai simbol supremasi sipil. Kedua, survei ini mengkonfirmasi bahwa harapan publik terhadap Polri untuk menjaga ruang demokrasi sipil teramat besar. Tantangan terbesarnya adalah, merawat harapan itu agar Polri dapat lebih maksimal lagi dalam menjalani tupoksinya atau saya menyebutnya, garda supremasi sipil. Berikutnya, tidak terseret dalam ruang politik praktis,” ulasnya. 

Menurutnya, bila sudah terlibat dalam pergumulan politik praktis, yang sarat dengan kepentingan politik maka praktik dalam menjalani tupoksinya tidak akan bisa netral dan independen. 

“Ujian terbesar dalam ruang demokrasi sipil saat ini adalah menjaga agar kekuatan bersenjata tetap berada di bawah kontrol sipil, baik pemerintah maupun DPR. Termasuk kelompok masyarakat sipil yang turut serta mengawasi agar tidak terjadi fenomena ‘elit capture’  baik terhadap polisi maupun militer yang dapat membungkam kebebasan berekspresi dan stabilitas politik juga dapat terjaga. Tentunya, kita semua tidak ingin demokrasi berputar haluan kembali ke masa lalu,” ungkap Peri yang pernah terlibat dalam gerakan Reformasi 98. 

Ia berharap, agar agenda reformasi Polri yang tengah bergulir dapat memberikan hasil terbaik dan kinerja institusi Bhayangkara dapat lebih optimal lagi dengan tetap berkarakter sipil

“Dari survei CISA, kita bisa dapati bagaimana harapan publik juga teramat besar terhadap agenda reformasi kepolisian. 

Dan kita berharap agar citra Polri ke depan semakin baik yang paralel dengan itu akan berkontribusi pula terhadap citra pemerintahan Prabowo-Gibran,” pungkasnya. 

Pakai 4 Indikator

Untuk diketahui, dalam memotret persepsi publik terhadap Polri sebagai simbol supremasi sipil, survei CISA menggunakan empat indikator untuk mendapatkan persepsi publik. 

Pertama, indikator penegakan hukum dan keamanan siber. Kedua, persepsi publik terhadap kinerja Polri.

Ketiga, dukungan dan harapan masyarakat terhadap institusi Polri dan keempat, reformasi Polri

Direktur Eksekutif CISA, Herry Mendrofa menjelaskan bahwa secara umum persepsi publik terhadap Polri sangat positif dan itu terlihat dari data survei. 

Menurutnya, mayoritas masyarakat puas dengan kinerja Polri dan berharap dapat menjadi simbol supremasi sipil.

“Berdasarkan data survei, menggunakan empat indikator, gakum dan keamanan siber, kinerja Polri, dukungan dan harapan publik terhadap institusi Polri serta reformasi kepolisian secara umum semua hasilnya positif, masyarakat puas dan berharap agar Polri dapat menjadi simbol supremasi sipil,” ulas Herry. 

Berdasarkan data survei tentang kepuasan kinerja Polri, sebesar 72 persen (kumulatif). Sedangkan 19,9 menjawab masih buruk, dan terakhir sebesar 8,1 persen responden menilai tidak tahu atau memilih untuk tidak menjawab.

Paralel dengan itu, publik juga berharap agar Polri dapat menjadi simbol supremasi sipil.

Dari temuan survei CISA, Sebanyak 77 persen masyarakat mendukung (kumulasi dari penilaian cukup mendukung, mendukung, dan sangat mendukung) sisanya, sebanyak 6 persen responden menjawab tidak mendukung dan terakhir sebesar 17 persen responden menilai tidak tahu atau memilih untuk tidak menjawab.

Sebagai informasi, survei ini dilangsungkan pada 14 November - 20 November 2025. Populasi survei ini adalah seluruh WNI yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 1320 orang. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Dengan margin of error sekitar ± 2.7 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka, telfon, dan google form oleh pewawancara yang telah dilatih. 

Quality control terhadap hasil wawancara telah dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali menghubungi responden terpilih (spot check) dan dalam prosesnya tidak ditemukan kesalahan yang berarti. 

Survei Litbang Kompas

Sebelumnya,  Litbang Kompas pada Oktober 2025 juga  memperlihatkan bahwa tingkat kepercayaan publik terhadap Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencapai 76,2 persen.

Dikutip dari Kompas.com, Kamis (13/11/2025), sebanyak 71,5 responden menjawab percaya kepada Polri saat ditanya “Percaya atau tidakkah Anda dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri)?”

Kemudian, 4,7 persen menjawab sangat percaya kepada polri. Sehingga, jumlah responden yang percaya kepada Polri mencapai 76,2 persen.

Sementara itu, Litbang Kompas juga mencatat ada 2,4 persen responden yang tidak percaya dan 2,4 persen responden yang sangat tidak percaya kepada Polri. Sedangkan 5,3 persen responden menjawab tidak tahu.

Kemudian, dari hasil survei yang sama memperlihatkan peningkatan pada tingkat kepuasan publik terhadap Polri yang mencapai 65,1 persen.

Angka tersebut meningkat dibandingkan hasil survei Litbang Kompas pada September 2025, yang berada di angka 42,5 persen.

Tak hanya itu, survei Litbang Kompas pada Oktober 2025 memperlihatkan citra positif Polri meningkat mencapai 64,4 persen.

Baca juga: Jenderal Listyo Sigit: Apel Kasatwil 2025 Jadi Momentum Konsolidasi Reformasi Polri

Angka tersebut meningkat 19,9 persen dari hasill survei pada September 2025, yang sebesar 44,5 persen.

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved