Senin, 27 Oktober 2025

Semangat Guru Diana, Nyalakan Asa Siswa di Pedalaman Papua, Kolaborasi Jadi Kunci

Di tengah keterbatasan di Kampung Atti, Kabupaten Mappi, Papua Selatan, guru Diana Cristiana Da Costa Ati menyalakan harapan lewat pendidikan.

|
ISTIMEWA/DIANA CRISTIANA DA COSTA ATI
SEMANGAT GURU DIANA - Diana Cristiana Da Costa Ati saat mengajar di SDN Atti, Distrik Minyamur, Kabupaten Mappi, Papua Selatan. Diana adalah salah satu guru kontrak dalam program Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) sekaligus penerima apresiasi 14th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2023 dari PT Astra International Tbk. 

Di tengah keterbatasan di Kampung Atti, Diana Cristiana Da Costa Ati menyalakan harapan lewat pendidikan. Bersama masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak, ia membuktikan bahwa kolaborasi bisa menembus batas pedalaman.

TRIBUNNEWS.COM - Di sebuah ruang kelas yang cukup lapang — hanya ada beberapa meja dan satu kursi — seorang bocah bernama Rino Pasim berdiri, dikelilingi teman-temannya. Dari jendela dan pintu yang setengah terbuka, sejumlah orang tua tampak mengintip ke dalam, penasaran dengan apa yang terjadi.

Siang itu, Rino yang mengenakan kaus jersey hijau, celana pendek bermotif, dan tanpa alas kaki, bukan sedang dihukum. Ia hanya diminta membaca beberapa kata yang tertulis di papan tulis.

"Tanah... air... ku... tidak... kulupakan, kan ter... terkenang... selama... hidupku," ucap Rino. Setelah menarik napas sebentar, Rino kembali membaca. "Biarpun... saya... pergi... jauh, tidak... kan hi... hilang dari kalbu. Tanah... ku... yang... ku cintai, engkau... ku... hargai," lanjut Rino.

Suara tepuk tangan lantas bersahutan sebagai apresiasi kepada Rino. Meski terbata-bata, siswa SDN Atti, Distrik Minyamur, Kabupaten Mappi, Papua Selatan ini berhasil melafalkan kata demi kata yang merupakan penggalan lirik lagu Tanah Airku, ciptaan Ibu Sud dengan penuh kesungguhan.

Selain Rino, beberapa anak lainnya seperti Ceman Amkai, Yusuf Amkai, Jeklina Amkai, Viktor Pasim, dan Martinus Surume juga diminta melakukan hal serupa. Beberapa kali, seorang guru bernama Diana Cristiana Da Costa Ati membantu Ceman dkk mengeja. Namun lebih sering, mereka membaca sendiri.

lihat fotoMEMBACA LIRIK LAGU - Tangkap layar momen Rino Pasim, siswa SDN Atti, Distrik Minyamur, Kabupaten Mappi, Papua Selatan saat membaca lirik lagu Tanah Airku di kelasnya.
MEMBACA LIRIK LAGU - Tangkap layar momen Rino Pasim, siswa SDN Atti, Distrik Minyamur, Kabupaten Mappi, Papua Selatan saat membaca lirik lagu Tanah Airku di kelasnya. (YouTube.com/Guru Penggerak Pedalaman Papua)

Tes membaca itu bukanlah tanpa alasan. Diana sengaja melakukannya ketika para orang tua bergotong royong, memperbaiki bangunan sekolah. 

Melalui momen sederhana itu, Diana ingin memperlihatkan kepada mereka bahwa inilah hasil nyata dari pendidikan. Dengan bersekolah, anak-anak di Kampung Atti kini mahir membaca, juga menulis dan berhitung.

"Saya kumpulkan orang tua yang lagi kerja merehab sekolah. Saya minta anak-anak untuk membaca satu per satu. 'Bacalah, biar orang tua kalian lihat,'" kata Diana saat ditemui Tribunnews.com, Jumat (3/10/2025).

Tak disangka, langkah kecil yang dilakukan Diana membuat mata ayah Rino, Willem Pasim berkaca-kaca. Usai kegiatan sekolah, pria yang juga anggota Badan Musyawarah Kampung (Bamuskam) Atti itu menghampiri Diana.

Ia menggenggam erat tangan sang guru sembari berkata, "Sa pu anak su baca (saya punya anak sudah bisa baca), Bu Guru e… terima kasih." Mendengar ucapan tersebut, giliran Diana yang tak kuasa menahan haru.

Baca juga: Kembali Dilantik Jadi Bupati Mappi, Kristosimus Yohanis Fokus Percepatan Pembangunan

Kemampuan Calistung yang Rendah

SEMANGAT GURU DIANA - Diana Cristiana Da Costa Ati, guru kontrak di Kabupaten Mappi, Papua Selatan bersama siswanya di SDN Atti, Distrik Minyamur.
SEMANGAT GURU DIANA - Diana Cristiana Da Costa Ati, guru kontrak di Kabupaten Mappi, Papua Selatan bersama siswanya di SDN Atti, Distrik Minyamur. (ISTIMEWA/DIANA CRISTIANA DA COSTA ATI)

Kisah kecil di ruang kelas itu hanyalah satu dari banyaknya perubahan semenjak kedatangan perempuan asal Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu ke Kampung Atti pada tahun 2021.

Sebelum ia dan dua guru asal NTT lainnya, yakni Fransiska Bere dan Oktofianus Halla datang, kegiatan belajar mengajar di kampung ini sering terhenti berbulan-bulan.

SDN Atti, satu-satunya sekolah di kampung tersebut, hanya dibuka saat ujian tiba. Di luar waktu itu, pintunya tertutup. Tak ada suara anak-anak mengeja huruf, membaca cerita, atau menghitung angka. 

Kondisi ini rupanya tak hanya terjadi di Kampung Atti, tetapi juga di sejumlah daerah terpencil di Mappi. Bahkan, bukan sesuatu aneh apabila siswa kelas 5 dan kelas 6 SD belum lancar membaca, menulis, dan berhitung.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved