Selasa, 28 Oktober 2025

Semangat Guru Diana, Nyalakan Asa Siswa di Pedalaman Papua, Kolaborasi Jadi Kunci

Di tengah keterbatasan di Kampung Atti, Kabupaten Mappi, Papua Selatan, guru Diana Cristiana Da Costa Ati menyalakan harapan lewat pendidikan.

|
ISTIMEWA/DIANA CRISTIANA DA COSTA ATI
SEMANGAT GURU DIANA - Diana Cristiana Da Costa Ati saat mengajar di SDN Atti, Distrik Minyamur, Kabupaten Mappi, Papua Selatan. Diana adalah salah satu guru kontrak dalam program Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) sekaligus penerima apresiasi 14th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2023 dari PT Astra International Tbk. 

Pembiasaan membaca lirik lagu, baik lagu-lagu nasional maupun lagu daerah turut dilakukan sebelum melatih anak-anak bernyanyi. Tujuannya agar meningkatkan ketepatan dan kecepatan anak-anak dalam membaca.

Diana tak menepis, banyak tantangan yang dihadapi di awal mengabdi. Ada sejumlah masalah sempat membuatnya jengkel dan lelah. Salah satunya ada beberapa murid yang menaikkan kaki ketika Diana tengah mengajar.

lihat fotoSEMANGAT GURU DIANA - Diana Cristiana Da Costa Ati, guru kontrak program Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi, Papua Selatan bersama siswa SDN Atti, Distrik Minyamur.
SEMANGAT GURU DIANA - Diana Cristiana Da Costa Ati serta Oktofianus Halla, dua guru kontrak program Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi, Papua Selatan bersama anak-anak Kampung Atti, Distrik Minyamur.

"Terkadang memang menjengkelkan, tapi ya harap maklum sajalah. Saat mengajar pun rasanya capek banget, karena mereka nggak paham-paham. Rasanya kayak ngajar sama dinding," jelas perempuan kelahiran 12 Februari 1996 itu.

Meski demikian, semangat para siswa dalam menimba ilmu patut diacungi jempol. Di tengah keterbatasan sarana prasarana, mereka tetap rajin ke sekolah, belajar sembari duduk di lantai, tanpa meja maupun kursi.

Ucapan dari Bupati Kristosimus saat melepas Diana dkk sebagai pengajar di kampung terpencil juga menjadi penguatnya. Orang nomor satu di Mappi itu pernah mengatakan, "barang siapa bekerja tulus di tanah Papua, hidupnya akan diberkati, karena ini adalah tanah yang dijanjikan Tuhan."

"Melayani Papua memang harus pakai hati. Tapi sekalinya ke sana, bakal kecanduan," ujar Diana.

Dalam mengajar siswa SDN Atti, Diana menerapkan kurikulum pendidikan yang kontekstual, menyesuaikan dengan budaya dan kebiasaan para siswa. Saat mengajarkan perbedaan antara herbivora, karnivora, dan omnivora, misalnya, ia menggunakan contoh hewan yang dikenal anak-anak.

"Kami tidak pernah ngajarin materi yang berat karena tidak berlaku di sana. Fokus kami adalah A, B, C, tambah, kurang, perkalian 1x10, pembagian, dan tiap hari harus diulang," ungkapnya.

Mata pelajaran yang lain baru akan diberikan Diana setelah siswanya lancar membaca dan menulis serta menguasai dasar-dasar berhitung. Hal ini sebagai bekal mereka agar layak melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Upaya Diana juga tak berhenti hanya di ruang kelas. Di luar pelajaran, ia juga berusaha menanamkan kebiasaan sederhana. Hal kecil seperti merawat tubuh pun diajarkan.

"Jangankan cara mandi atau menggunting kuku, bermimpi saja kami ajarkan ke mereka, kok. Ya, karena mereka tidak sibuk dengan keinginan. Dulu, saat ditanya apa cita-citamu, mereka jawab aparat desa. Hampir tidak ada yang menjawab dokter, tentara, guru," ungkap dia.

lihat fotoKEGIATAN BELAJAR MENGAJAR - Suasana kegiatan belajar mengajar di SDN Atti, Distrik Minyamur, Kabupaten Mappi, Papua Selatan. Terlihat para siswa belajar dengan duduk di lantai dan tanpa memakai seragam.
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR - Suasana kegiatan belajar mengajar di SDN Atti, Distrik Minyamur, Kabupaten Mappi, Papua Selatan. Terlihat para siswa belajar dengan duduk di lantai dan tanpa memakai seragam.

Selain dengan siswa, Diana juga melakukan pendekatan langsung dengan orang tua. Dari rumah satu ke rumah lain, Diana mengetuk pintu, memberikan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya bersekolah.

Ia meminta agar anak-anak tak lagi diajak ke hutan. "Kami bersikeras berkata kepada orangtua, 'cukup mace dan pace saja ke hutan, anak dorang dengan kita belajar, supaya besok-besok mereka bisa beli beras, kasih pace dorang makan,'" kata Diana menirukan ucapannya kala itu.

Tentu, ia tak datang dengan tangan kosong. Anak-anak yang sudah lancar calistung dijadikan contoh agar orang tua semakin percaya dan sadar terhadap pentingnya bersekolah.

Dengan sabar, ia meyakinkan mereka bahwa menyekolahkan anak bukan sekadar soal belajar, tapi tentang memberi kesempatan untuk hidup lebih baik.

"Saya berinteraksi dengan masyarakat, saya bilang 'kalau mau jadi bupati, jadi menteri, jadi presiden, jadi pejabat besar hanya bisa kita lakukan lewat sebuah proses pendidikan pace, mace. Tanpa bersekolah, tidak mungkin bupati yang mencetuskan program ini (GPDT), dia menjadi bupati'. Jadi pendekatan itu yang kami lakukan, dengan sering bersosialisasi sama mereka," jelas Diana.

Memiliki Dampak Besar

lihat fotoSEMANGAT GURU DIANA - Diana Cristiana Da Costa Ati, guru kontrak program Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi, Papua Selatan mengajar para siswa SDN Atti, Distrik Minyamur.
SEMANGAT GURU DIANA - Diana Cristiana Da Costa Ati, guru kontrak program Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi, Papua Selatan mengajar para siswa SDN Atti, Distrik Minyamur.

Dengan sejumlah pendekatan yang dilakukan, perubahan mulai tampak pada anak didik Diana. Yang pasti, kemampuan calistung mereka mulai meningkat. Sebagian besar lulusan SDN Kampung Atti kini lancar membaca. Bahkan siswa dari kelas bawah seperti kelas 2 SD, sudah banyak yang bisa membaca.

"Bagi kami, ketika mereka mampu menyebutkan huruf A-Z, rasanya sangat membahagiakan. Apalagi mereka tak sekadar hafal atau membaca, tapi juga memahami isi bacaan," ujar dia. 

Dampak lainnya, jumlah siswa yang melanjutkan pendidikan ke SMP yang dulu bisa dihitung pakai jari, kini semakin bertambah setiap tahunnya. Meski harus menempuh perjalanan jauh ke kota, tapi semangat menimba ilmu tetap menyala.

Perubahan lain yang terasa adalah meningkatnya minat anak untuk membaca. Kini, mereka tak lagi takut membuka buku, bahkan sering meminta waktu tambahan untuk belajar dengan cara mendatangi tempat tinggal Diana setiap sore.

"Sambil bawa satu ikat kayu untuk kami memasak, mereka bilang, 'Ibu, sa (saya) mau belajar,'" ujarnya. Jika sudah seperti itu, Diana hanya bisa mengangguk dan mempersilakan.

Mereka lantas mengambil buku dan bersama-sama membacanya di dapur sembari menunggu Diana selesai memasak kue sagu campur gula. Kudapan ini akan diberikan sebagai hadiah atas kegigihan mereka.

Pun dengan para orang tua yang mulai percaya pada hasil pendidikan. Bagi mereka, kehadiran Diana memberikan harapan baru di tengah keterbatasan dan minimnya akses pendidikan.

Sebagai balasan, para orang tua kerap memberikan sagu hingga hasil buruan kepada para guru. Setiap hari, ada seorang lansia bernama Nenek Joana yang tak pernah absen membawakan ikan untuk Diana dkk. Baginya, itu cara sederhana untuk berterima kasih kepada guru yang telah membuka jalan bagi anak-anak Kampung Atti agar bisa belajar.

Terkait hal ini, ada satu momen yang sangat membekas di ingatannya. Kala itu, ada seorang wali murid yang memberinya daging ayam beku dengan alasan, Diana sudah lama tak memakan makanan tersebut.

"Dari situ saya berpikir, bahwa orang Papua berbagi bukan hanya saat kelebihan. Saat mereka kekurangan pun, mereka masih berpikir untuk berbagi dengan orang lain," tambahnya.

Saking dekatnya dengan masyarakat, banyak yang tak rela kala Diana dan kedua rekannya berpamitan karena masa tugasnya di Kampung Atti telah selesai pada Oktober 2024. Bahkan ada seorang warga yang menuliskan permintaan agar Diana dkk 'dikembalikan' ke Mappi melalui media sosial.

"Surat terbuka untuk bupati dan dinas pendidik
Tolong kembalikan kami punya guru vian dan guru diana ke kampung ati," tulis akun Delsi Rawa di grup Facebook, Info Kejadian Mappi.

Kolaborasi Banyak Pihak

lihat fotoMAHIR MEMBACA - Satu di antara siswa SDN Atti, Distrik Minyamur, Kabupaten Mappi, Papua Selatan tengah membaca buku.
MAHIR MEMBACA - Satu di antara siswa SDN Atti, Distrik Minyamur, Kabupaten Mappi, Papua Selatan tengah membaca buku.

Diana mengungkapkan, keberhasilannya mengabdi dan meningkatkan kemampuan calistung pada anak-anak di Kampung Atti tak lepas dari kolaborasi banyak pihak.

Ada Bupati Kristosimus yang selalu berada di pihak para guru dan menjamin keselamatan mereka. Juga masyarakat Kampung Atti yang kini sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab mendidik anak-anak Kampung Atti kepada Diana dkk.

Begitu pula dengan Gugus Tugas Papua UGM yang telah menerjunkan total lebih dari 400-an guru dari 4 angkatan ke Mappi. Para guru mengisi sekolah-sekolah dasar dan menengah pertama yang sudah lama tidak aktif di kampung-kampung. Sebagian di antara mereka saat ini telah menetap dan menjadi guru PNS atau PPPK di sana. 

Sejumlah pihak lain, satu di antaranya PT Astra International Tbk ikut terlibat.

Ya, berkat pengabdiannya yang tak kenal lelah untuk anak-anak di pedalaman Papua Selatan, Diana mendapatkan sejumlah penghargaan. Satu di antaranya datang dari PT Astra International Tbk melalui apresiasi 14th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2023.

Perempuan kelahiran Dili, Timor Leste itu meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2023 kategori bidang pendidikan. Diana tak pernah menyangka apalagi bermimpi, usaha dan kerja kerasnya di kampung terpencil berbuah penghargaan dan menuai banyak sorotan. 

"Ini pertama kali saya tampil berbicara berhadapan dengan orang-orang hebat dan luar biasa. Saya tidak menyangka, saya berada di panggung semegah ini. Saya dari pedalaman tidak menyangka itu," kata Diana sembari terisak saat acara AstraTalks di Menara Astra, Rabu, 1 November 2023.

"Mohon maaf saya menangis bukan karena lebay, ini ekspresi saya sesungguhnya," lanjut dia.

Tak berhenti hanya pada saat penghargaan, Diana mengaku mendapatkan banyak hal dari PT Astra International Tbk untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di Kampung Atti. Di antaranya sejumlah buku untuk menunjang kegiatan pembelajaran, buku cerita, ensiklopedia, gawai hingga seragam sekolah. 

"Bahkan anak-anak pertama kali pakai seragam sekolah ya dari Astra," ucap Diana seraya menambahkan, penghargaan dari Astra menjadi motivasinya untuk melanjutkan studi hingga ke jenjang S2.

Astra juga membukakan jalannya untuk bertemu dengan sejumlah pemangku kepentingan yang memiliki perhatian terhadap pendidikan. Bersama Prof. Fasli Jalal, Rektor Universitas YARSI dan Guru Besar Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta sekaligus dewan juri 14th SATU Indonesia Awards 2023, mereka bertemu dengan Dirjen di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk menyuarakan kesetaraan pendidikan di Papua.

"Bagi saya, kontribusi Astra sangat luar biasa dan lebih dari cukup. Astra memberikan sesuatu hal yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Lewat bantuan-bantuan tersebut, Astra menembus batas pedalaman yang tidak ditembus oleh banyak orang," tegas Diana.

Berharap Terus Berlanjut

lihat fotoSEMANGAT GURU DIANA - Diana Cristiana Da Costa Ati, guru kontrak program Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi, Papua Selatan bersama siswa di SDN Atti, Distrik Minyamur.
SEMANGAT GURU DIANA - Diana Cristiana Da Costa Ati, guru kontrak program Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi, Papua Selatan bersama siswa di SDN Atti, Distrik Minyamur.

Usaha yang dilakukan Diana untuk mencerdaskan anak-anak di kampung terpencil, di Papua tentu tak berhenti sampai di sini. Selesai melanjutkan pendidikan S2, Diana berencana kembali ke Papua.

"80 persen kembali (ke Papua), karena ada sesuatu yang belum tuntas," ujar Diana.

Meski masa tugasnya sebagai guru kontrak telah usai, Diana masih menyimpan harapan besar agar program GPDT di Kabupaten Mappi tidak berhenti di tengah jalan.

"Rasanya sia-sia kalau program sebagus ini tidak dilanjutkan," ujarnya. "Ini investasi jangka panjang—bukan hanya untuk pendidikan, tapi juga untuk masa depan Mappi." (*)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved