Minggu, 17 Agustus 2025

Mendulang Rupiah dari Sampah: Bantu Perekonomian Warga, Lingkungan pun Bersih Terjaga

Sejumlah desa di Kecamatan Polanharjo, Klaten mendirikan bank sampah untuk mengatasi masalah sampah. Hasilnya, warga sejahtera, lingkungan juga bersih

Penulis: Sri Juliati
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS/SRI JULIATI
Dua pengurus Bank Sampah Berkah Utomo, Herni Setianti dan Damilia Mayasanti tengah memilah sejumlah sampah anorganik yang disetorkan warga Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Selasa (14/11/2023). 

Setiap Jumat dan Sabtu sore, mereka mendatangi rumah Bank Sampah Berkah Utomo dengan membawa sampah anorganik untuk disetorkan atau ditabung.

"Biasanya, ada masyarakat yang sudah memilah sampah-sampah tersebut dari rumah, jadi nanti tinggal setor, lalu ditimbang dapat berapa kilogram. Tapi ada juga yang belum (memilah), jadi ya tugas kami, para pengurus untuk mengelompokkan sampah," kata Herni.

Meski hanya sekadar sampah, tapi sejumlah barang ini bisa dijual dan dijadikan rupiah.

Hasil penjualan sampah lantas dikembalikan kepada nasabah Bank Sampah Berkah Utomo dalam bentuk uang tunai.

Herni mengatakan, pembayaran sampah yang telah disetorkan, memang tidak langsung saat itu juga.

Ada waktu tersendiri. Misalnya jelang Hari Raya Lebaran, Idul Adha, dan momen lainnya.

"Skemanya ya seperti orang menabung pada umumnya. Setor dulu, nanti dikumpulkan dapat berapa, terus nanti tinggal diambil. Beruntung kalau cairnya sebelum Lebaran, bisa buat tambahan untuk membeli kue-kue atau keperluan lain. Siapa sangka, kalau kue-kue di atas meja saat Lebaran ternyata hasil dari penjualan sampah," jelas Herni.

Baca juga: Danone-AQUA Dukung Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Sirkular di Wilayah TN Gunung Gede Pangrango

Program Pengelolaan Sampah

Pengurus Bank Sampah Berkah Utomo
Pengurus Bank Sampah Berkah Utomo, Herni Setianti (kanan) dan Damilia Mayasanti (kiri). (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Ya, beginilah aktivitas di Bank Sampah Berkah Utomo selama dua tahun belakangan, tepatnya sejak 15 Desember 2021.

Herni berkisah, pendirian bank sampah berawal dari permasalahan pengelolaan sampah di Desa Kranggan yang saat itu belum menemui titik terang.

Sebenarnya, saat itu, Desa Kranggan memiliki tempat pembuangan sampah (TPS) tersendiri yang berada di RT 14.

Hanya saja, keberadaan TPS mengeluarkan bau yang tidak sedap. Apalagi lokasinya berdekatan dengan permukiman warga.

Alhasil, TPS ditutup. Sampah-sampah rumah tangga pun terus menumpuk.

Ditambah kebiasaan warga yang masih gemar membuang sampah sembarangan menjadikan limbah rumah tangga itu semakin tak terurus.

Kondisi sampah yang kian meresahkan ini memantik perhatian dari Kepala Desa Kranggan, Gunawan Budi Utomo.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan