Isak Tangis Marliana Setiap Hari Lihat Tangan Arumi Tak Utuh Diamputasi, Dugaan Malpraktik di Bima
Marliana ingin keadilan ditegakkan setelah anaknya kehilangan tangan kanan karena medis melakukan amputasi, tangan kecil Arumi hilang dan tak utuh
Penulis:
Facundo Chrysnha Pradipha
Editor:
Whiesa Daniswara
Di RSUD Sondosia, Arumi kembali diinfus di tangan kiri. Meski kondisinya tampak membaik, tangan kanannya semakin parah—bengkak, menghitam, keras, hingga jari-jarinya kaku.
Marliana meminta rujukan ke RSUD Bima, namun ditolak. Ia hanya diberi salep dan suntikan.
"Akhirnya saya nekat ke IGD sambil menangis, gendong anak saya, minta dirujuk secara paksa," ujarnya.
Dinilai Lalai
Sesampainya di RSUD Bima pada 15 April malam, Marliana justru mendapat respons yang mengecewakan. Dokter jaga menyepelekan kondisi Arumi.
“Dibilang hanya peradangan biasa, nanti juga kempes sendiri,” ujar Marliana, menirukan jawaban dokter.
Ketika ia mengungkapkan kekhawatiran akan risiko amputasi, perawat malah menanggapi dengan meremehkan.
“Tidak usah terlalu tinggi pikirannya, Bu. Anak Ibu baik-baik saja selama tidak menangis histeris,” katanya.
Padahal malam itu, Arumi demam tinggi dan terus muntah.
Tak ada pemeriksaan fisik yang berarti sampai keesokan harinya, 16 April pukul 11.00, Marliana menangis histeris.
Barulah dokter spesialis datang, memeriksa, dan segera memutuskan operasi darurat.
Hasilnya sungguh menyayat hati: jari-jari Arumi tidak bisa diselamatkan. Infeksi berat akibat bakteri dari bekas suntikan telah menyebar.
Amputasi di Ujung Asa
Pada 18 April malam, kondisi tangan Arumi makin memburuk. Ia dirujuk ke RSUP Mataram, menempuh perjalanan darat sekitar 13 jam.
Di sana, dokter menyatakan bahwa satu-satunya cara menyelamatkan nyawanya adalah amputasi sebagian tangan.
Pada 12 Mei 2025, Arumi menjalani amputasi di bagian telapak dan jari tangan kanan. Sejak itu, ia harus menjalani rawat jalan intensif, kontrol setiap tiga hari, dan menanti operasi pencangkokan kulit tahap berikutnya.
“Sekarang Arumi masih sering demam, muntah, dan trauma pada bau obat. Bahkan untuk makan pun sulit, dia cuma mau susu,” ujar Marliana.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.