Banjir di Denpasar Bali
Penyebab Banjir Bali Dinilai karena Pembangunan Masif, Deforestasi Capai 459 Hektar
Pembangunan yang masif hingga deforestasi dinilai menjadi penyebab banjir bandang yang melanda Kota Denpasar dan sejumlah wilayah di Bali.
Penulis:
Wahyu Gilang Putranto
Editor:
Endra Kurniawan
Dari 2015 sampai 2024, Hanif menyebut terjadi konversi lahan dari hutan menjadi non-hutan itu seluas 459 hektar.
"459 hektar itu untuk pulau lain mungkin kecil, tetapi untuk pulau Bali sangat berarti karena sisa hutannya hanya 1.500 hektar."
"Awalnya 1.000 sampai 2.000 tetapi berkurang 400 sehingga saat ini tinggal 1.500. Itu cukup sangat serius, sehingga hutan yang hujan yang ekstrem atau hujan yang lebat aja itu sudah ngaruhnya sangat besar untuk Bali," tuturnya.
"Itu terjadi ada perubahan dari hutan menjadi tidak hutan seluas 459 hektare dari tahun 2015 sampai 2024, jadi sudah 10 tahun itu jangka panjang."
"Itu angka yang tidak terlalu besar ya di provinsi lain, tetapi untuk Bali ini menjadi besar," jelas Hanif.
Pemerintah Daerah di Bali diminta melakukan mitigasi dan melakukan kegiatan reforestasi maupun revegetasi.
Diketahui, banjir besar melanda Bali pada 9–10 September 2025, menyebabkan kerusakan luas dan korban jiwa di berbagai wilayah.
Hujan ekstrem selama dua hari berturut-turut memicu genangan air yang mencapai dada orang dewasa di beberapa titik.
Dampak Banjir Bali
Selain timbul korban jiwa, ratusan warga lain juga kehilangan tempat tinggal dan barang berharga, serta harus mengungsi.
Sebanyak 562 warga mengungsi, dengan rincian 327 warga di Kabupaten Jembrana dan 235 warga di Kota Denpasar.
BPBD Provinsi Bali juga mencatat lebih dari 120 titik banjir yang menerjang tujuh wilayah administrasi kabupaten dan kota, dengan rincian sebagai berikut:
- Kota Denpasar: 81 titik
- Kabupaten Gianyar: 14 titik
- Kabupaten Badung: 12 titik
- Kabupaten Tabanan 8 titik
- Kabupaten Karangasem: 4 titik
- Kabupaten Jembrana: 4 titik
- Kabupaten Klungkung: 1 titik
Curah Hujan Ekstrem
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, mengungkap penyebab banjir bandang di Bali.
Menurutnya, curah hujan ekstrem terjadi sebelumnya hingga menyebabkan banjir bandang tidak terprediksi.
Curah hujan ekstrem tersebut timbul dengan munculnya Gelombang Rossby dan Kelvin.
“Prediksi BMKG memang sudah menyebutkan, tetapi tiba-tiba ada gelombang Rossby dan Kelvin namanya. Sehingga tumpah hujan yang sangat deras 385 mm,” jelas Suharyanto, saat mengunjungi Posko Bencana Banjir Tohpati, Kamis (11/9/2025).
Sumber: TribunSolo.com
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.