Sabtu, 27 September 2025

Mahasiswa Pecinta Alam UI Jelajahi Gunung Patah Selama 13 Hari

Gunung Patah bukan hanya barisan hutan belantara, melainkan ruang yang menyimpan ikatan dengan leluhur dan terus dijaga melalui ritual. 

Ist
KEKAYAAN ALAM RI - Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) memilih Gunung Patah sebagai sasaran eksplorasi pada program Satria Hutan Indonesia (SHI) 2025 selama 13 hari. (istimewa). 

Doa-doa yang dilantunkan, kemenyan yang dibakar, serta suasana hening saat itu menjadi pengantar langkah perjalanan. Bagi tim Satria Hutan Indonesia, prosesi ini menjadi pengingat bahwa hutan menyimpan keyakinan dan nilai-nilai yang harus dihormati.

Menembus Jalur Sunyi Manau Sembilan

Langkah demi langkah diawali pada tanggal 5 Agustus 2025, ketika tim mulai memasuki jalur di dalam rimbunnya hutan. 

Jalur dengan panjang kurang lebih 45 kilometer menuju puncak ini dikenal sebagai salah satu jalur terpanjang di Sumatra, dengan estimasi normal memakan waktu 8 - 10 hari perjalanan. 

Memasuki rimbunnya hutan, medan menghadirkan tantangan: tanah basah, akar-akar menjalar, pohon tumbang yang menutup jalan, hingga pacet dan lebah yang menemani langkah. Selain medan, cuaca juga menghadirkan serangkaian “hadiah” untuk kami. 

Hujan deras turun siang-malam selama hampir setiap hari perjalanan dan menambah berat langkah tim pendakian.

Namun, dibalik itu semua, hutan yang vegetasinya masih tertutup rapat ini juga menghadirkan kejutan yang sangat berharga. 

Tim Satria Hutan Indonesia beruntung karena bisa menyaksikan secara langsung keindahan Burung Rangkong, burung ikonik dengan paruh besar yang populasinya semakin menurun. 

Pemandangan langka ini menjadi hadiah tak ternilai bagi Tim Satria Hutan Indonesia dan menegaskan bahwa kawasan Hutan Lindung Raja Mendara, Bengkulu, adalah habitat yang terjaga bagi burung eksotis yang keberadaannya semakin langka.

Setelah dikejutkan dengan pemandangan Burung Rangkong, kejutan lain turut datang menghampiri Tim Satria Hutan Indonesia. 

Pada ketinggian sekitar 1.987 - 2.000 mdpl, tim menemukan susunan tulang hewan yang cukup besar dan tersusun rapi. 

Berdasarkan observasi awal yang kami lakukan di lokasi ditemukannya tulang belulang tersebut-struktur, ukuran, serta rupa bentuknya mengindikasikan bahwa tulang ini merupakan tulang gajah.

Meskipun demikian, berdasarkan data yang ditemukan, populasi gajah di bengkulu saat ini hanya berpusat di wilayah Seblat, Bengkulu Utara. Juga mengingat preferensi habitat gajah yang cenderung terletak di dataran rendah yang luas, membuat kemungkinan perjumpaan tulang gajah di ketinggian tersebut menjadi relatif kecil. 

Oleh karena itu, dugaan tersebut perlu diverifikasi lebih lanjut oleh para ahli. Terlepas dari itu semua, penemuan tulang ini meninggalkan pertanyaan besar bagi Tim SHI. 

Tulang apa ini sebetulnya? Bagaimana bisa tulang sebesar tubuh manusia tersebut bisa sampai ke ketinggian 2.000 mdpl?   

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan