Kamis, 9 Oktober 2025

Ribuan Warga Mengungsi saat Operasi Militer di Lanny Jaya, Anak-anak Trauma Dengar Tembakan

Operasi TNI di Lanny Jaya paksa 2.000 warga mengungsi. Anak-anak trauma, DPR Papua Pegunungan desak hentikan kekerasan.

Editor: Glery Lazuardi
Tribun-Papua.com/Noel Wenda
Ribuan warga Distrik Melagi, Lanny Jaya, Papua Pegunungan, terpaksa mengungsi setelah operasi militer TNI pada Minggu (5/10/2025) menyebabkan kepanikan dan trauma, terutama di kalangan anak-anak dan perempuan. 

"Kami datang langsung melihat kondisi masyarakat di lapangan. Mereka sangat membutuhkan perhatian dan bantuan. Kami berharap pemerintah pusat melalui kementerian dan OPD terkait bisa memberikan perhatian penuh bagi masyarakat yang terdampak,” ujarnya.

Ketua DPRD Kabupaten Lanny Jaya Riswan Kogoya menegaskan bahwa operasi yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa koordinasi dengan pemerintah daerah maupun lembaga legislatif daerah dinilai tidak tepat.

"Kami kaget karena tidak ada pemberitahuan resmi sebelumnya. Kalau memang aparat ingin melakukan operasi, mestinya ada koordinasi dengan kepala distrik atau kepala kampung. Supaya masyarakat sipil tidak ikut menjadi korban,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa DPRD akan segera membawa aspirasi masyarakat ke tingkat provinsi untuk ditindaklanjuti dalam rapat bersama DPR Papua Pegunungan.

Sementara itu, Ketua II DPR Papua Pegunungan Terius Yigibalom, menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi yang terjadi.

Ia menilai operasi militer yang dilakukan saat waktu ibadah Minggu pagi telah menimbulkan trauma besar bagi masyarakat.

"Kami turun langsung dan melihat sendiri kondisi di lapangan. Benar, masyarakat sedang bersiap ibadah perjamuan kudus saat penyisiran terjadi. Akibatnya, ibadah dibatalkan dan warga mengungsi ke hutan,” tutur Yigibalom.

Ia meminta agar aparat keamanan lebih mengedepankan koordinasi dan pendekatan kemanusiaan sebelum melakukan tindakan di lapangan.

“Jangan hanya karena perintah negara lalu warga sipil dikorbankan. Pemerintah daerah dan pusat harus saling berkoordinasi. Kepala kampung, kepala distrik, mereka tahu siapa warganya. Komunikasi itu penting agar rakyat tidak terus menjadi korban,” tambahnya.

Selain meninjau langsung lokasi, Yigibalom juga mendorong agar pemerintah segera mengambil langkah pemulihan trauma, terutama bagi anak-anak yang mengalami ketakutan akibat operasi tersebut.

“Kami lihat sendiri banyak anak kecil yang masih ketakutan. Pemerintah perlu ambil langkah terapi pemulihan agar mereka bisa kembali ke sekolah dan menjalani kehidupan normal,” ujarnya.

Dalam penutupnya, Yigibalom menekankan bahwa kekerasan bersenjata yang terus berulang di Tanah Papua hanya memperpanjang penderitaan masyarakat.

 “Baik TNI maupun TPNPB sudah banyak korban. Ini harus diakhiri. Papua butuh kedamaian, bukan darah dan air mata,” katanya. 

Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com

Sumber: Tribun Papua
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved