Sosok Pengusaha Batam, Diperas Rp 1 M oleh Oknum TNI-Polri hingga Alami Trauma
Pengusaha Batam diperas Rp300 juta oleh oknum TNI-Polri. Ditodong pistol, istrinya trauma, rumah kini kosong.
Ringkasan Berita:
- Budianto ditodong pistol dan diperas Rp300 juta oleh oknum TNI-Polri yang mengaku BNN saat bermain biliar di rumahnya.
- Pasca kejadian, istri korban yang sedang hamil delapan bulan mengalami depresi berat. Keluarga tak lagi tinggal di rumah tersebut.
- Laporan resmi telah dibuat ke Denpom dan Propam. Oknum polisi Iptu TSH kini di Patsus, olah TKP dilakukan hari ini.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pengusaha asal Batam, Kepulauan Riau menjadi korban pemerasan oleh oknum aparat TNI dan Polri dengan nilai mencapai Rp 1 miliar.
Tak hanya kehilangan uang, ia juga mengalami tekanan psikologis yang mendalam akibat intimidasi yang dialaminya.
Budianto mengungkap insiden yang dialaminya tersebut.
Pada Kamis, 16 Oktober 2025, sekitar pukul 22.00 WIB, ia sedang bermain biliar bersama teman-temannya di ruang biliar rumahnya, rumah toko dua lantai di kawasan Botania, Kecamatan Batam Kota.
Tidak ada yang istimewa malam itu. Hanya obrolan ringan, tawa, dan bunyi bola biliar yang beradu.
Namun pintu rumah terbuka sedikit. Tiba-tiba sekelompok pria masuk. Jumlahnya sekitar tujuh atau delapan orang.
Pelaku langsung memborgol dirinya bersama lima temannya tanpa ada penjelasan dan surat tugas.
"Mereka bilang dari BNN. Bilang ada penggerebekan narkoba. Tapi saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya bermain biliar dengan teman-teman," ujar Budianto, usai membuat laporan ke Denpom I/6 Batam di Jalan Sudirman, Senin lalu.
Yang paling membuat Budianto trauma, para oknum itu memaksa menaiki tangga rukonya menuju lantai dua.
Di atas, istrinya yang sedang hamil delapan bulan sedang tidur. Budianto panik.
"Saya mohon-mohon. Saya bilang, 'Jangan ke atas, istri saya hamil tua, 8 bulan. Tolong jangan ganggu dia.' Saya sangat takut dia keguguran kalau kejadian," katanya sambil menyeka air mata.
Tapi permohonannya diabaikan. Justru yang ia terima adalah ancaman yang lebih mengerikan.
"Saya langsung ditodong pistol. Di kepala. Di pelipis saya. Saya benar-benar merasa akan mati malam itu," ujarnya.
Budianto mengatakan, di momen itu ia tidak bisa berpikir jernih. Ketakutan melumpuhkan seluruh tubuhnya.
Para oknum kemudian mengklaim menemukan satu bungkus plastik berisi narkotika di ruang biliar.
Budianto hingga kini tidak yakin apa benar itu barang miliknya.
"Saya tidak tahu itu apa. Saya tidak tahu itu milik saya atau tidak. Yang jelas, itu dijadikan alasan untuk memeras saya," ujarnya.
Ancaman demi ancaman dilontarkan. Para oknum meminta uang tebusan Rp1 miliar. Angka yang fantastis. Mustahil dengan kondisi kemampuan keuangannya.
"Mereka minta satu miliar. Saya bilang saya tidak punya. Mereka terus mengancam. Pistol masih di kepala saya. Saya sangat ketakutan," kenang Budianto.
Dalam kondisi terdesak, dengan senjata teracung dan ancaman yang terus berdatangan, Budianto terpaksa menghubungi kakak iparnya di Tangerang untuk meminjam uang.
"Saya pinjam dari abang ipar Rp300 juta. Dilakukan transfer dua kali. Pertama Rp200 juta, kedua Rp100 juta. Itu satu-satunya cara supaya mereka pergi dan tidak menyakiti kami," ujarnya.
Sebelum pergi, para oknum menyadari ada kamera CCTV di rumah Budianto yang merekam seluruh kejadian.
Mereka memaksa Budianto menghapus semua rekaman.
"Saya disuruh hapus CCTV. Kalau tidak, mereka mengancam akan lebih buruk lagi. Saya terpaksa hapus. Semua bukti hilang karena ancaman mereka," ujarnya dengan nada penyesalan.
Setelah kejadian itu, kehidupan Budianto dan istrinya berubah total.
Rumah mereka dirasa jadi tempat paling menakutkan.
"Kami tidak bisa tidur nyenyak. Setiap ada suara kendaraan berhenti di depan rumah, kami langsung panik. Kami merasa terus diawasi. Kami takut mereka akan kembali," ujarnya.
Budianto mengaku, istrinya yang sedang hamil delapan bulan mengalami trauma paling parah.
Kondisi mentalnya hancur. Depresi berat.
"Istri saya sangat depresi. Dia menangis setiap hari. Dia takut. Dia bilang tidak mau tinggal di rumah ini lagi," kata Budianto.
Yang lebih memperparah situasi, lanjut dia, pada Senin (3/11/2025) pagi, tepat saat Budianto sedang membuat laporan di Denpom, rumahnya kembali didatangi polisi sekitar lima hingga enam orang.
"Istri saya lihat dari CCTV ada polisi datang. Dia langsung panik. Dia telepon saya sambil menangis-nangis. Dia bilang, 'Aku takut'," ungkapnya.
Didampingi kuasa hukumnya, Deny Crysyanto Tampubolon, dan kakak iparnya yang datang dari Tangerang, Budianto akhirnya melapor ke Denpom 1/6 Batam terkait tuduhan pemerasan dengan ancaman kekerasan.
"Saya hanya ingin keadilan. Saya ingin oknum-oknum itu dipecat dan dihukum. Kalau mereka tidak dihukum, saya dan keluarga akan terus merasa terancam. Mereka masih mengancam kami," katanya dengan tegas, meski suaranya masih gemetar.
Baca juga: Penampakan dan Kondisi Terkini Rumah Pengusaha Batam Korban Pemerasan Rp 1 Miliar Oknum TNI-Polri
Korban Alami Trauma
Sebelumnya, Budianto mengakui setelah kejadian yang menimpanya Kamis, 16 Oktober 2025 lalu, kehidupan Budianto dan istrinya berubah total.
Rumahnya dirasa jadi tempat paling menakutkan.
"Kami tidak bisa tidur nyenyak. Setiap ada suara kendaraan berhenti di depan rumah, kami langsung panik. Kami merasa terus diawasi. Kami takut mereka akan kembali," ujarnya, Senin (3/11/2025).
Istrinya yang sedang hamil delapan bulan mengalami trauma paling parah. Kondisi mentalnya hancur. Depresi berat.
"Istri saya sangat depresi. Dia menangis setiap hari. Dia takut. Dia bilang tidak mau tinggal di rumah ini lagi," kata Budianto.
Sebagai informasi, Budianto menjadi korban dugaan pemerasan libatkan oknum TNI dan polisi, Kamis malam, 16 Oktober 2025.
Kala itu ia tengah bermain biliar bersama enam temannya. Tiba-tiba sekelompok pria datang mengaku BNN. Mereka melakukan penggeledahan hingga minta uang Rp1 miliar modus penggerebekan narkoba.
Saat kejadian, korban juga mengaku sempat ditodong pistol di kepalanya, di pelipis.
Di tengah ancaman demi ancaman yang didapatnya, Budianto terpaksa meminjam uang Rp300 juta dari saudara iparnya.
Setelah uang diterima, barulah sekelompok pria itu keluar dari rumahnya.
Akibat kejadian yang menimpanya ini, Budianto mengaku trauma.
Sementara itu, Direktur Reserse Narkoba Polda Kepri, Kombes Pol Anggoro Wicaksono, enggan memberikan komentar terhadap kejadian yang diperbuat anggotanya, Iptu TSH, personel Subdit 3 Ditresnakoba Polda Kepri.
Anggoro lebih memilih bungkam. Beberapa pesan WhatsApp yang dikirim Tribunbatam.id tak mendapat respons.
Pasca Kejadian Rumah Kosong
Rumah sekaligus tempat usaha milik Budianto Jawari, korban kasus dugaan pemerasan oleh oknum TNI-Polri di Komplek Pertokoan Bunga Raya, Botania 1, Batam kini tertutup rapat.
Pantauan Tribunbatam.id di lokasi, Selasa (4/11/2025), tak ada satu pun aktivitas di sana. Bangunan dua lantai bercat kuning berdiri di antara deretan ruko lain yang masih aktif.
Di lantai bawah, terlihat pintu lipat besi berwarna biru tua dalam kondisi tertutup rapat, tanpa tanda-tanda ada kegiatan usaha. Di teras bangunan, ada tiga buah sandal.
Selain itu, satu camera CCTv menyorot tajam setiap pengunjung yang datang.
Di bagian depan ruko terdapat meja kayu sederhana, ember plastik dan beberapa peralatan bangunan, seperti semen dan ember cat.
Tepat di atas pintu, terpasang kanopi biru yang mulai kusam dan sebagian kain penutupnya tampak terlepas.
Sementara di lantai dua, terdapat satu unit pendingin udara (AC) dan pintu hitam kecil menuju balkon sempit dengan pagar besi biru.
Di sisi kanan ruko, terlihat minimarket Alfamart cabang Bunga Raya yang masih beroperasi dan ramai dikunjungi warga sekitar.
Sementara di sisi kiri, terdapat klinik dokter gigi. Rumah korban ini diapit pertokoan.
Meski berada di kawasan pertokoan yang biasanya ramai, suasana di depan ruko milik Budianto tampak berbeda, hening dan tertutup, seolah menjadi saksi bisu dari peristiwa yang menimpa pemiliknya.
Tak ada yang mencurigakan dari bangunan itu. Beberapa warga sekitar yang ditemui, mengaku tak ada yang tahu ada peristiwa yang menimpa pemilik rumah.
Informasi yang dihimpun, Budianto dan keluarganya sudah pindah dari bangunan ruko itu.
"Sudah pindah kemarin, sudah diangkat barang-barang dari dalam, ada koper baju dan lain-lainlah. Kalau tak salah diangkut siang. Kayaknya orang yang tinggal di situ sudah pindah," ujar seorang pekerja Alfamart yang namanya enggan disebutkan.
Pekerja Alfamart ini tahu betul aktivitas di bangunan ruko di sebelah tempatnya bekerja. Sebab, bangunan ruko itu berdempetan dengan toko Alfamart.
"Setahu kami, jarang ada kegiatan di situ. Jarang buka juga rukonya. Kayaknya itu dibuat rumah tinggal," ujar beberapa pekerja toko.
Yang mereka tahu, orang yang tinggal di ruko tersebut belum lama tinggal di sana.
"Orang yang tinggal di situ belum lama, mungkin masih baru," ujar pekerja toko yang mengaku sudah lama bekerja di Alfamart.
Komentar warga lainnya juga serupa. Adi, pedagang buah di depan bangunan tempat tinggal korban, mengaku tak tahu ada kejadian di ruko tersebut.
"Memang kenapa dengan bangunan itu, sering tutup. Nggak kenal juga. Tapi belakangan ini, kami ada lihat meja biliar di bawah. Ada satu meja, kami lihat pas tukangnya lagi renovasi," ungkap Adi.
Adi mengaku tak banyak tahu tentang pemilik rumah tersebut. Yang ia tahu, ruko itu bukan tempat berjualan dan sering tutup.
Baca juga: Tangis Pengusaha Batam Memohon Oknum TNI-Polri Jangan Ganggu Istrinya yang Hamil Tua Takut Keguguran
Kuasa Hukum Jaga Kerahasiaan Alamat Kliennya
Sebelumnya, pemilik ruko, Budianto yang juga menjadi korban pemerasan, mengaku dirinya tinggal di sana bersama sang istri.
Ia tinggal di lantai dua, sementara lantai satu dibuat meja billiar untuk pribadi. Hingga kini, belum diketahui bisnis maupun usaha yang dijalankan korban.
Kuasa hukum korban, Deny Tampubolon ketika dikonfirmasi bisnis dan usaha korban, serta alamat tempat tinggal kliennya yang menjadi Tempat Kejadian Perkara (TKP) enggan memberi tahu.
"Jawaban dari korban, nggak dulu ya. Karena itu privacy dan menyangkut keselamatan korban," ujarnya.
Hari Ini Olah TKP Pemerasan
Tim gabungan dari Propam Polda Kepri dan Detasemen Polisi Militer (Denpom) I/6 Batam, rencananya akan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dugaan pemerasan libatkan oknum polisi dan TNI di rumah korban, Budianto Jawari yang berada di Komplek Pertokoan Bunga Raya, Botania 1, Batam, Rabu (5/11/2025).
Kuasa hukum korban, Deny Crysyanto Tampubolon mengatakan, pemberitahuan olah TKP telah diterima kliennya. Kliennya diminta hadir di lokasi.
"Ya, hari ini olah TKP. Rencananya siang, Propam Polda gabung dengan Denpom, untuk kepastian jamnya masih menunggu, mana tahu ada perubahan," ujar Deny kepada TribunBatam.id.
Menurutnya, hari ini menjadi momen penting dalam proses hukum kasus tersebut karena kedua institusi turun langsung ke lapangan untuk melakukan olah TKP bersama.
Ia berharap lewat olah TKP, dapat mengungkap peran masing-masing pelaku dalam aksi pemerasan bernilai ratusan juta rupiah tersebut.
“Kami berharap proses ini berjalan transparan dan korban mendapat keadilan penuh,” tegasnya.
Deny menambahkan, pihaknya telah membuat laporan resmi ke dua institusi, yakni Denpom Batam dan Propam Polda Kepri.
“Kalau laporan ke Denpom, korban kami dampingi langsung. Sedangkan dari pihak Propam, mereka jemput bola karena kondisi korban sedang sakit waktu itu, yang Propam Polda, kemarin,” ungkap Deny.
Iptu TSH di Patsus
Sementara penanganan terhadap pelaku anggota polisi, Iptu TSH disebut masih terus berproses. Oknum polisi itu telah menjalani pemeriksaan intensif di Paminal Propam. Bahkan, Iptu TSH telah di Patsus (Penempatan Khusus).
Kepala Bidang Propam Polda Kepri, Kombes Pol Eddwi Kurniayanto membenarkan perwira Polri berinisial Iptu TSH kini sedang menjalani pemeriksaan intensif di ruang Patsus Propam Polda Kepri.
“Yang bersangkutan sudah kami Patsus dan sedang menjalani pemeriksaan mendalam. Proses masih berjalan, dan kami akan memperluas pemeriksaan terhadap saksi serta korban,” ujar Eddwi, kemarin.
Ia menjelaskan, penyidik Propam akan menyinkronkan keterangan dari pihak korban dengan hasil pemeriksaan di institusi TNI.
Sinkronisasi ini dilakukan karena sebagian besar pelaku merupakan oknum anggota TNI yang turut dalam aksi pemerasan korban modus penggerebekan narkoba.
“Kami akan cocokkan keterangan keduanya, untuk mengetahui peran masing-masing serta alasan keterlibatan mereka. Untuk sementara, TSH mengaku diajak oleh salah satu oknum TNI untuk ikut dalam penggerebekan, namun hal ini masih kami dalami,” ungkapnya.
Selain menelusuri latar belakang aksi itu, Propam juga menyelidiki dugaan pembagian uang hasil pemerasan. Berdasarkan informasi awal, Iptu TSH disebut menerima Rp40 juta dari total Rp300 juta yang diperas dari korban.
“Kami dalami juga terkait pembagian uang tersebut, termasuk siapa yang mengatur dan membagikannya. Kasus ini masih dalam tahap pemeriksaan kode etik. Hasilnya nanti akan menentukan apakah perbuatan itu terbukti secara etik maupun pidana,” ujar Eddwi.
Artikel ini telah tayang di TribunBatam.id
Sumber: Tribun Batam
| Polda Kepri Tangkap Iptu THS Diduga Terlibat Pemerasan Pengusaha Rp 1 Miliar Modus Gerebek Narkoba |
|
|---|
| Alasan Nikita Mirzani Absen di Mediasi Gugatan Rp244 Miliar ke Reza Gladys Dibongkar Kuasa Hukum |
|
|---|
| KPK: Gubernur Riau Diduga Minta 'Jatah Preman' |
|
|---|
| Pria di Ciputat Tangsel Memeras Pedagang Ayam Sambil Bawa Senjata Tajam, Pelaku Rusak Lapak Korban |
|
|---|
| Gapembi Riau Dilantik, Fokus Awal Sertifikasi Dapur dan Koordinasi Program Gizi |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.