Sabtu, 22 November 2025

Sosok 2 Direktur RSUD Akan Dicopot Gubernur Papua usai Ibu Hamil & Bayinya Meninggal karena Ditolak

Gubernur Papua, Mathius D Fakhiri, memastikan bakal mencopot dua Direktur RSUD buntut kasus ibu hamil dan bayinya meninggal.

Tribun-Papua.com/Putri Nurjannah Kurita
IBU HAMIL MENINGGAL - Abraham Kabey berfoto bersama kedua anak Irene Sokoy dan Niel Kabey di makam Irene Sokoy di Kampung Hobong, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Gubernur Papua, Mathius D Fakhiri, memastikan bakal mencopot dua Direktur RSUD buntut kasus Irene. 
Ringkasan Berita:
  • Ibu hamil di Jayapura bernama Irene Sokoy, meninggal setelah ditolak empat rumah sakit.
  • Tak hanya Irene, bayi yang dikandungnya pun meninggal.
  • Atas hal itu, Gubernur Papua, Mathius D Fakhiri, memastikan akan mencopot dua Direktur RSUD di Jayapura.

TRIBUNNEWS.com - Dua direktur RSUD di Kabupaten Jayapura, Papua, bakal dicopot buntut meninggalnya seorang ibu hamil, Irene Sokoy, dan bayinya setelah ditolak empat rumah sakit.

Empat rumah sakit yang disebut menolak adalah RSUD Yowari, RSUD Abepura, RS Bhayangkara, dan RS Dian Harapan.

Gubernur Papua, Mathius D Fakhiri, memastikan akan mengganti Direktur RSUD Yowari dan RSUD Abepura.

Sementara itu, untuk dua rumah sakit lainnya, Mathius mengungkapkan akan berkoordinasi dengan para pimpinan.

"Saya pastikan bahwa rumah sakit yang di bawah pemerintah, minggu depan akan saya copot semua direkturnya."

"Untuk rumah sakit lainnya, kita akan koordinasi untuk evaluasi terhadap direkturnya," ujar Fakhiri saat diwawancarai usai bertemu keluarga Irene di Kampung Hobong, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Jumat (21/11/2025) malam, dilansir Kompas.com.

Baca juga: Ibu Hamil di Papua Meninggal Diduga Usai Ditolak RS, Komite III DPD RI Desak Kemenkes Ambil Tindakan

Sosok 2 Direktur

1. Maryen Brewari

Maryen Brewari merupakan Direktur RSUD Yowari, yang menjabat sejak Mei 2025, menggantikan Petronella M Risamasu, dikutip dari Instagram @yowaripks.

Nama lengkap beserta gelarnya adalah drg. Maryen Braweri, M.Kes.

Artinya, Maryen adalah seorang dokter gigi.

Ia pernah menjadi anggota Seksi Organisasi dalam kepengurusan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Jayapura periode 2014-2017.

Pada 2019, Maryen pernah mengikuti Seleksi Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama Pemerintah Provinsi Papu.

Kala itu, ia mendaftar untuk mengisi jabatan Direktur RSUD Abepura.

Maryen bersaing dengan empat orang lainnya, yaitu Micahel Richard Demetouw, Adrian Jusuf Engel Ansanay, Fredrika Liliana Wanane, dan Daisy Chostance Urbinas.

2. Daisy C Urbinas

Menurut laman resmi RSUD Abepura, jabatan Direktur diisi oleh dr. Daisy C Urbinas.

Dilihar dari Nomor Induk Pegawai (NIP) miliknya, Daisy lahir pada 31 Desember 1967.

Ia diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada Februari 2005.

Daisy termasuk lama menduduki jabatan sebagai Direktur RSUD Abepura.

Ia mulai menjabat pada awal 2020, menggantikan dr. Niko Barends yang memasuki  masa pensiun.

Daisy juga pernah menjadi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Biak dan Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Abepura.

Kronologi Kejadian

Kasus Irene Sokoy bermula saat korban hendak melahirkan pada Minggu (16/11/2025) sore.

Ia pun dibawa ke RSUD Yowari dan masuk ke Unit Gawat Darurat (UGD).

Baca juga: 3 Fakta Irene Sokoy, Ibu Hamil di Papua Tewas Diduga setelah Ditolak Sejumlah RS

Pihak keluarga mengatakan, setelah Irene dibawa ke ruangan bersalin, air ketubannya sudah pecah dan akan melahirkan.

Namun, hingga Senin (17/11/2025) dini hari, bayi Irene tidak kunjung keluar.

Perawat mengatakan Irene harus dioperasi, namun dokter Obgyn sedang tidak berada di rumah sakit sebab tengah di luar kota.

"(Katanya) jalan keluar sempit karena berat anak (bayi) 4 kilogram. Kalau begitu (perawat bilang) bisa jalan lain operasi, (tapi) mereka (perawat) bilang tidak ada dokter. Saya bilang kenapa tidak berkata dari tadi," ungkap mertua Irene, Abraham Kabey, Jumat (21/11/2025), dikutip dari Tribun-Papua.com.

Setelahnya, dokter jaga RSUD Yowari mengatakan sudah ada rujukan untuk Iren ke RS Dian Harapan.

Sayang, setibanya di RS Dian Harapan, pihak rumah disebut menolak memeriksa kondisi pasien.

"Mereka bilang tidak bisa, itu saja yang mereka bilang," kata Abraham.

Akhirnya, pihak keluarga memutuskan membawa Irene ke RSUD Abepura.

Di RSUD Abepura, dokter yang berjaga juga disebutkan menolak memeriksa hingga terjadi keributan antara suami dan mertua Irene dengan petugas.

"Kami cari jalan ke RSUD Abepura tetapi tidak diterima juga. Kami ribut di situ, tetapi petugas juga malas tahu, akhirnya kami pikir untuk ke Rumah Sakit Dok II (RSUD Jayapura),tetapi dalam perjalanan kami belok ke Rumah Sakit Bhayangkara," cerita Abraham.

Petugas RS Bhayangkara mengatakan ruangan yang tersisa hanya VIP dengan biaya perawatan sebesar Rp10 juta.

Namun, karena uang keluarga Irene tak cukup, mereka meminta agar diperbolehkan membayar Rp4 juta terlebih dulu, sedangkan sisanya dilunasi esok hari.

Pihak keluarga memohon agar Irene dan bayinya diselamatkan terlebih dulu.

Tapi, menurut Abraham, Irene hanya diperiksa di dalam ambulans, tanpa dibawa turun.

"Kami bilang tolong dulu, uang nanti kami urus, kami tidak lari. Mereka tidak menurunkan pasien dari ambulans untuk diperiksa," ungkap Abraham.

Akhirnya, keluarga memutuskan untuk membawa Irene ke RSUD Jayapura.

Sayang, dalam perjalanan, Irene mengembuskan napas terakhirnya.

Keluarga pun memutuskan kembali ke RS Bhayangkara dan menerima surat kematian Irene.

Pihak keluarga sempat kembali ke RSUD Yowari dan terjadi keributan.

"Ditolak-tolak dari rumah sakit ke rumah sakit kami lewati, berakhir dengan kematian," pungkas Abraham.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Tribun-Papua.com/Putri Nurjannah, Kompas.com/Findi Rakmeni)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved