Berita Viral
Advokat Kritik RS yang Tolak Pasien Ibu Hamil di Papua & Minta Uang Muka: Bisa Jadi Bukti Kelalaian
Adovkat mengatakan rumah sakit yang menolak pasien ibu hamil di Papua karena alasan kamar penuh itu tidak bisa bebas dari tanggung jawab hukum.
Kemudian, sekitar pukul 03.00 WIT, keluarga membawa Irene menggunakan speedboat dari Kampung Kensio ke RS Yowari untuk melahirkan.
Dari sana Irene dirujuk ke RS Abepura, tetapi di sana juga tidak mendapatkan pelayanan medis.
Keluarga pun kembali mencari pertolongan ke RS Dian Harapan, namun dikabarkan tidak dilayani juga.
Kesempatan terakhir mereka adalah RS Bhayangkara, tetapi pihak rumah sakit menyebut kamar penuh dan hanya tersedia ruang VIP saja, namun keluarga harus membayar Rp4 juta dulu sebelum pasien masuk.
Sementara tindakan operasi disebut memerlukan biaya Rp8 juta, pihak keluarga korban pun tidak siap dengan dana tersebut.
Hingga akhirnya Irene dirujuk kembali ke RS Dok II Jayapura, namun saat perjalanan nyawa Irene dan bayinya tidak tertolong.
Atas kejadian ini, pihak keluarga korban meminta pemerintah daerah dan pihak terkait segera melakukan investigasi menyeluruh terhadap dugaan penolakan layanan ini.
Mereka menilai sistem rujukan darurat di Jayapura gagal total dan mengorbankan nyawa masyarakat kecil.
Klarifikasi Rumah Sakit
Selain RS Bhayangkara, 2 rumah sakit lainnya yang sempat menjadi tempat rujukan Irene juga memberikan klarifikasi.
Namun, hingga berita ini diterbitkan, belum ada informasi lebih lanjut dari RSUD Abepura terkait kasus ini.
RSUD Yowari yang menjadi tempat pertama Irene datangi menegaskan bahwa penanganan terhadap almarhumah telah dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku sebelum pasien dirujuk.
“Penanganan dilakukan berdasarkan koordinasi perawat dengan dokter spesialis kandungan yang bertugas saat itu. Komunikasi dilakukan melalui telepon karena dokter kami tidak berada di Papua,” jelas Direktur RSUD Yowari, Maryen Braweri saat dihubungi wartawan melalui telepon, dikutip dari Tribun-Papua.com.
Maryen mengakui bahwa pelayanan dokter spesialis kandungan di RSUD Yowari saat ini hanya ditangani oleh satu dokter, karena dokter satunya sedang melanjutkan pendidikan dan baru akan kembali bertugas pada 2026.
“Kami memang memiliki dua dokter spesialis kandungan, namun salah satu sedang pendidikan. Jadi saat ini hanya satu dokter yang menangani pelayanan kehamilan di RSUD Yowari,” ujarnya.
Maryen pun mengatakan, pihak RSUD Yowari telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua terkait kasus tersebut dan akan menurunkan tim untuk melakukan investigasi terhadap kasus ini sebelum hasilnya dilaporkan kepada Gubernur Papua, Mathius Derek Fakhiri.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Irene-Sokoy-meninggal-duniaa.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.