Rabu, 1 Oktober 2025

Kontroversi Film Animasi Merah Putih

Perbandingan Film Animasi Merah Putih One For All vs Jumbo: Kualitas, Anggaran, dan Respons Publik

Perbandingan dua film animasi Indonesia, Merah Putih dan Jumbo, dari anggaran, kualitas, hingga respons publik yang berbanding terbalik.

|
Editor: Glery Lazuardi
KOLASE TRIBUNNEWS
Dua film animasi lokal Indonesia, Merah Putih: One For All dan Jumbo, bersaing mencuri perhatian publik. Meski sama-sama angkat semangat kebangsaan, kualitas dan respons yang diterima sangat berbeda jauh. 

TRIBUNNEWS.COM - Dua film animasi lokal, Merah Putih: One For All dan Jumbo, menjadi sorotan publik dengan cara yang sangat berbeda. 

Meski sama-sama mengangkat semangat kebangsaan, kualitas produksi, anggaran, dan respons penonton terhadap keduanya menunjukkan kontras yang mencolok.

Merah Putih: One For All, yang digarap dalam waktu kurang dari dua bulan dengan anggaran Rp6,7 miliar, menuai kritik tajam karena animasi yang dianggap kaku dan tidak sesuai standar industri. 

Sementara itu, Jumbo dipuji sebagai tonggak baru animasi Indonesia, dengan visual memukau dan cerita yang menyentuh jutaan penonton.

Artikel ini mengulas perbandingan menyeluruh antara keduanya dari tema cerita, proses produksi, hingga bagaimana publik menanggapi masing-masing film. 

Mana yang benar-benar layak disebut sebagai kebanggaan animasi Indonesia?

Baca juga: Netizen Sibuk Bandingkan Animasi Merah Putih One for All dan Jumbo, Angga Sasongko Bersuara

Merah Putih: One For All 

Merah Putih: One For All  adalah film animasi Indonesia bertema nasionalisme yang dijadwalkan tayang di bioskop mulai 14 Agustus 2025, menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-80. 

Film ini diproduksi oleh Perfiki Kreasindo di bawah Yayasan Pusat Perfilman H Usmar Ismail, dengan Toto Soegriwo sebagai produser utama dan Endiarto serta Bintang Takari sebagai sutradara dan penulis naskah.

Sinopsis Singkat

Film ini mengisahkan:

Sebuah desa yang bersiap menyambut Hari Kemerdekaan.

Tiga hari sebelum upacara, bendera pusaka Merah Putih hilang secara misterius.

Delapan anak dari latar budaya berbeda (Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa) membentuk “Tim Merah Putih”.

Mereka menjalani misi heroik untuk menemukan dan mengibarkan kembali bendera tersebut tepat pada 17 Agustus.

Kontroversi dan Kritik

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved