Selasa, 2 September 2025

Pakar Siber Ahmad Faizun Sarankan Indonesia Punya Aset Teknologi Berdaulat, Ini Alasannya

Prabowo Subianto diminta agar segera menempatkan investasi pada teknologi berdaulat sebagai prioritas utama kebijakan nasional

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Eko Sutriyanto
Handout/IST
TEKNOLOGI BERDAULAT - Pakar keamanan siber Ahmad Faizun 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perang dunia di era modern tidak lagi ditandai oleh dentuman bom atau invasi militer bersenjata. 

Medan tempur kini bergeser ke dunia maya, di mana serangan siber, spionase ekonomi, dan sabotase digital dapat melumpuhkan negara dalam senyap.

Terkait hal itu, aakar keamanan siber Ahmad Faizun menyampaikan peringatan tegas kepada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto agar segera menempatkan investasi pada teknologi berdaulat sebagai prioritas utama kebijakan nasional.

“Ancaman saat ini tidak lagi datang secara konvensional, tetapi hadir melalui jaringan digital yang bisa menyerang jantung perekonomian dan infrastruktur tanpa satu pun peluru dilepaskan,” ujar Faizun dalam keterangan yang diterima, Minggu (22/6/2025).

Faizun mendorong pemerintah supaya mempertimbangkan pengeluaran pertahanan sekaligus dapat menjadikannya sebagai investasi dengan dampak ganda.

Baca juga: Menhan Lantik Mohammad Ramadhan Jadi Asisten Khusus Bidang Keamanan Siber


Menurut dia, keamanan siber bukan lagi sekadar pos pengeluaran dalam anggaran negara. Namun, keamanan siber harus diposisikan ulang sebagai investasi strategis dalam fondasi ekonomi masa depan.

Menurutnya, langkah ini jalan untuk mengubah kerentanan menjadi kekuatan, dan ancaman jadi peluang ekonomi.

"Inilah satu-satunya arsitektur pertahanan yang relevan dan berkelanjutan untuk mengamankan posisi Indonesia sebagai negara yang benar-benar berdaulat di era digital," ucap Faizun.

Lebih lanjut Faizun mengatakan medan perang konvensional yang dibatasi secara geografis kini telah berubah menjadi teater digital tanpa batas.

"Data sebagai wilayah baru dan jaringan adalah infrastruktur yang paling penting dan rentan," jelasnya.


Faizun mengatakan, konflik global yang ditandai dengan perang dagang AS-Tiongkok, invasi mendadak Rusia ke Ukraina, hingga memanasnya konflik Iran dan Israel serta potensi eskalasi di sejumlah wilayah lain, telah memicu jenis Perang Dunia baru.


Melihat hal itu, Faizun menyerukan pemerintah merancang ulang seluruh paradigma pertahanan Indonesia.


Dari yang sebelumnya sekadar pengeluaran material beralih menjadi investasi strategis dalam arsitektur ekonomi pertahanan yang relevan untuk zaman.


"Perang ini (perang dunia) tidak lagi dideklarasikan, perang ini dilaksanakan melalui serangan siber diam-diam, spionase ekonomi besar-besaran, dan sabotase digital yang dapat melumpuhkan suatu negara tanpa satu tembakan pun dilepaskan," ujarnya.


"Bagi Indonesia, ancaman ini bersifat non-linier, tidak datang secara bertahap tetapi dapat muncul tiba-tiba yang mampu melumpuhkan urat nadi ekonomi kita," tambahnya.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan