Rabu, 3 September 2025

Pakar Siber Ahmad Faizun Sarankan Indonesia Punya Aset Teknologi Berdaulat, Ini Alasannya

Prabowo Subianto diminta agar segera menempatkan investasi pada teknologi berdaulat sebagai prioritas utama kebijakan nasional

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Eko Sutriyanto
Handout/IST
TEKNOLOGI BERDAULAT - Pakar keamanan siber Ahmad Faizun 


Ada pula model Inkubator Modal Ventura yang diterapkan Israel.


Melalui entitas seperti Unit 8200 IDF, Israel berfungsi sebagai inkubator bakat siber paling efektif di dunia.


Negara itu, kata Faizun, "berinvestasi" pada individu melalui dinas militer. Setelah diberhentikan, para veteran ini mendirikan perusahaan teknologi pertahanan (seperti NSO Group) yang menjadi mesin ekspor bernilai miliaran dolar .


"Ini adalah model di mana pertahanan nasional secara langsung menyemai industri ekspor yang sangat menguntungkan," terangnya.


Dengan menyadari realitas fiskal Indonesia dan belajar dari doktrin-doktrin global tersebut, kata Faizun, Indonesia tidak punya pilihan selain menempuh jalan yang radikal dan cerdas.


"Saya mengusulkan pembentukan Aset Teknologi Berdaulat (Sovereign Technological Asset), sebuah ekosistem industri pertahanan dan penyerangan siber nasional yang dibangun melalui konsolidasi nasional terpusat," katanya. 

 


Menurut dia, ini adalah paradigma yang mana negara, di bawah komando strategis langsung presiden, bertindak sebagai kepala arsitek dan investor tahap awal.


Sektor swasta dengan semua inovasi dan ketangkasannya bertindak sebagai pengembang dan operator utama.


"Di sini, harus memiliki keberanian untuk belajar dari efisiensi komando 'Model Tiongkok' tanpa perlu mengadopsi ideologi politiknya," tambahnya.


Lebih jauh Faizun berpendapat, untuk proyek dengan signifikansi nasional ini diperlukan visi dan komando tunggal.


Hal itu untuk mencegah terjadinya fragmentasi oleh kepentingan sektoral. Tujuannya, bukan saja menciptakan perisai tetapi juga menempa mesin ekonomi baru.


Dia menyatankan pembuatan Open Source Intelligence (OSINT) sebagai Platform Business Intelligence Nasional sebagai salah satu langkah awal merealisasikan proyek itu.


Platform OSINT yang bersifat proprietary akan berfungsi tidak hanya untuk security intelligence tetapi juga sebagai alat untuk analisis ekonomi, pelacakan sentimen pasar, dan penilaian risiko geopolitik.


Hal itu, menjadi investasi dalam kemampuan analisis data skala makro. 


"Dengan pasar OSINT global yang diproyeksikan bernilai hingga USD 14,85 miliar pada 2024 dan berpotensi melampaui USD 49 miliar pada 2029, ini merupakan ceruk pasar yang harus dimasuki dan dikuasai," katanya.
 
 
 
 
 
 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan