Tribunners / Citizen Journalism
Flexing di Tengah Lapar, Jurang Sosial yang Menjadi Bensin Ledakan
Tragedi ojek online tewas picu amuk massa nasional. Ketimpangan sosial dan brutalitas aparat jadi pemantik gelombang protes.
Editor:
Glery Lazuardi
Psikologi massa bekerja dengan mekanisme sederhana namun mematikan. Ketidakadilan yang dibiarkan, gaya hidup elitis yang dipertontonkan, dan rasa lapar yang menggerogoti, perlahan menyatu menjadi bara kolektif. Dan ketika bara itu menyala, ia menjelma api besar yang tak lagi bisa dipadamkan oleh retorika kosong, jargon “harga mati” maupun slogan-slogan purba lainnya.
Émile Durkheim telah mengingatkan dalam The Division of Labour in Society: “Ketidakadilan yang dibiarkan tanpa solusi akan menciptakan keadaan anomik; dan dalam keadaan anomik, masyarakat bisa kehilangan kendali atas dirinya sendiri.”
Kita melihat betul gejala itu kini: masyarakat seakan keluar dari rel keteraturan, terjebak dalam keadaan anomik, di mana hukum dan norma tidak lagi diakui sebagai penuntun, melainkan justru dianggap sebagai belenggu yang harus dirobohkan.
Dan pada titik inilah pemikiran Karl Marx kembali terasa relevan. Ia menulis dalam The Communist Manifesto (1848): “Rakyat tidak bisa hidup selamanya dengan perut lapar sementara elit hidup berlimpah. Pada titik tertentu, kontradiksi itu akan meledak dalam bentuk perjuangan kelas.” Kontradiksi itu kini menganga lebar di hadapan kita.
Amuk massa yang terjadi hari ini bukanlah sekadar letupan spontan, melainkan gejala mendalam dari kontradiksi sosial yang lama dipelihara. Jika para penguasa terus menutup telinga, mereka sesungguhnya sedang menabur bara yang kelak membakar dirinya sendiri. Sejarah memberi peringatan, teori-teori sosial memberi penjelasan, dan realitas di jalanan hari ini memperlihatkan buktinya.
Tinggal satu pertanyaan besar: apakah para pemegang kuasa mau belajar dari tanda-tanda ini, atau tetap berjalan dalam keangkuhan hingga sejarah menjatuhkan vonisnya?
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Senasib dengan Uya Kuya, Eko Patrio juga Kelabakan Cari Kucing usai Rumah Dijarah: Kamu ke Mana Nak? |
![]() |
---|
Uya Kuya Ikhlas Rumah Dijarah Asalkan 20 Kucingnya Dikembalikan |
![]() |
---|
Curhat Pilu Uya Kuya, Baru Berani Lihat Video Penjarahan Rumahnya di Sosmed 4 Hari pasca-Insiden |
![]() |
---|
Demo Ricuh di Kabupaten Kediri, 24 Orang jadi Tersangka dan Kerugian Capai Rp500 Miliar |
![]() |
---|
Jejak Digital di Balik Aksi Anarkis: Delpedro Marhaen Terhubung dengan Blok Politik Pelajar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.