Tribunners / Citizen Journalism
Jamur: Penjaga Sunyi Hutan Indonesia yang Terlupakan
Indonesia, menopang ekosistem lewat miselium dan peran vital yang sering terlupakan.
Meilinda Pahriana Sulastri
- Mahasiswa S3, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
- Dosen Fakultas MIPA, Universitas Islam Al-Azhar, Mataram, NTB
Domisili: Jl. Rusunawa Mranggen, Kutu Tegal, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
TRIBUNNEWS.COM - Hutan Indonesia selalu disebut sebagai paru-paru dunia, tetapi jarang ada yang berbicara tentang “jantungnya” yaitu makhluk kecil yang menjaga kehidupan tetap berdenyut di bawah tanah.
Mereka tidak berkicau seperti burung, tidak berlari seperti harimau, dan tidak berdaun seperti tumbuhan. Namun tanpa mereka, hutan Indonesia tidak akan mampu bertahan.
Mereka adalah jamur atau fungi, organisme yang selama ini bekerja dalam diam menjaga keseimbangan ekosistem di alam.
Jamur bertugas sebagai pengurai yang mengubah sisa-sisa organisme menjadi unsur hara baru. Tanpa peran ini, lantai hutan akan dipenuhi tumpukan daun dan ranting mati, tanah kehilangan kesuburannya, dan rantai makanan terganggu.
Jamur adalah “petugas kebersihan” sekaligus penyedia nutrisi bagi ekosistem, tetapi ironisnya, mereka hampir tak pernah masuk dalam wacana konservasi nasional.
Jika kita menunduk dan memperhatikan tanah hutan, akan terlihat benang-benang putih halus bernama miselium. Jaringan ini dapat menjalar hingga puluhan meter, menghubungkan akar-akar pohon dalam sistem komunikasi bawah tanah.
Melalui miselium ini pohon saling berbagi nutrisi, air, bahkan sinyal kimia untuk menjaga keseimbangan.
Ilmuwan menyebutnya sebagai “wood wide web” yaitu jaringan kehidupan yang menjadikan hutan bukan sekadar kumpulan pohon, melainkan komunitas yang saling menopang.
Peran jamur juga melampaui ekosistem hutan. Dalam pertanian, jamur mikoriza membantu tanaman menyerap air dan mineral, sehingga hasil panen lebih optimal. Bagi manusia, jamur telah lama menjadi sumber pangan, obat, hingga bahan industri ramah lingkungan.
Penemuan antibiotik penisilin adalah bukti nyata kontribusi jamur bagi kesehatan. Penelitian modern bahkan mengembangkan miselium sebagai bahan kulit sintetis dan bioplastik yang dapat terurai alami.
Dunia mulai melihat jamur sebagai solusi masa depan, sementara Indonesia masih tertinggal dalam mengenali potensinya.
Laporan State of The World Plant and Fungi (Kew Gardens, 2023) mengestimasikan terdapat 2,5 juta spesies jamur di seluruh dunia. Jamur menjadi organisme penghuni Bumi
terbanyak kedua setelah hewan. Hingga saat ini baru 155.000 spesies jamur yang berhasil diidentifikasi dengan lebih dari 2500 spesies diklasifikasikan sebagai spesies baru setiap tahunnya.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
| QRIS Sudah Bisa Digunakan di China Akhir 2025 dan Korea Selatan Awal 2026 |
|
|---|
| Klasemen Akhir Perolehan Medali Asian Youth Games 2025: Indonesia Finis di Urutan 15, Ungguli Jepang |
|
|---|
| Tim Woodball Indonesia Torehkan Sejarah: Kuasai 5 Besar Rangking Dunia |
|
|---|
| Loudry Berharap Farhan Halim Bisa Perkuat Timnas di SEA Games 2025, soal Pencoretan Tunggu Seleksi |
|
|---|
| Bayi Prematur Lebih Rentan Diserang RSV, Bisa Picu Asma dan Gangguan Tumbuh Kembang |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.