Tribunners / Citizen Journalism
Masyarakat Indonesia dan Transportasi Publik: Integrasi, Efisiensi dan Organisasi
Faiz Arhasy, Awardee Turkiye Scholarship 2021 dan Erasmus+ 2024 Polandia, memberikan opininya mengenai transportasi publik.
Oleh Faiz Arhasy, Awardee Turkiye Scholarship 2021 dan Erasmus+ 2024 Polandia
Bumi diciptakan luas dengan segala keanekaragaman di dalamnya. Di setiap sudutnya terdapat hal-hal yang bermanfaat bagi makhluk yang hidup di permukaannya, salah satunya manusia. Dalam hal menggapai dan mengakses semua manfaat yang telah disediakan oleh bumi yang luas ini tentu saja manusia memiliki kebutuhan akan akses. Kemudahan dalam mengakses manfaat di permukaan bumi mempermudah kehidupan manusia.
Akses yang dibutuhkan tidak hanya tentang menggapai sesuatu di salah satu belahan bumi. Manusia yang merupakan makhluk sosial dan hidup bersama-sama memerlukan kemudahan akses di segala bidang. Akses dalam berkomunikasi, akses dalam ilmu pengetahuan, akses dalam pendidikan dan lainnya.
Salah satu aksesibilitas yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia adalah akses berpindah tempat. Wajar saja, manusia adalah makhluk hidup yang berpindah-pindah sehingga akses untuk berpindah merupakan hal yang esensial bagi manusia. Tidak seperti tumbuhan yang hidup di satu tempat sehingga tidak memiliki kebutuhan akan akses berpindah. Seiring dengan perkembangan zaman aksesibilitas perpindahan tidak lagi hanya dengan menggunakan tubuh manusia itu sendiri atau menggunakan hewan sebagai pembantu dalam akses perpindahan.
Akses berpindah telah menjelma menjadi salah satu kecanggihan dalam kehidupan. Dari yang dulunya membutuhkan berhari-hari untuk berpindah ke satu tempat kini hanya dalam hitungan jam saja. Proses pemindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain ini disebut transportasi. Dalam dunia transportasi di era modern ini kita bisa melihat berbagai macam keanekaragaman pula. Salah satunya adalah budaya dalam bertransportasi. Dalam bertransportasi setiap individu, kelompok masyarakat bahkan negara memiliki budaya atau kebiasaan sendiri yang secara tersirat juga menjadi identitas.
Indonesia sebagai salah satu negara di dunia ini juga memiliki budaya dan kebiasaan sendiri dalam bertransportasi. Masyarakat Indonesia dikenal lebih suka menggunakan transportasi pribadi daripada transportasi publik.
Pada umumnya, kebiasaan masyarakat untuk menggunakan transportasi publik memiliki beberapa dampak positif salah satunya adalah mengurangi kemacetan. Tentu saja, jika dalam satu waktu di sebuah jalan raya terdapat 100 orang yang sedang berkendara menggunakan mobil pribadi total luas jalan yang digunakan pasti jauh berbeda dengan 100 orang yang menggunakan 2 bus publik. Selain itu, dengan berkurangnya jumlah kendaraan maka efek polusi udara akibat transportasi pun akan berkurang. Kita bisa menjumpai sejumlah negara yang merasakan dampak positif tersebut karena masyarakatnya lebih sering menggunakan transportasi publik.
Dan apa sebenarnya faktor utama yang mempengaruhi sikap masyarakat terhadap transportasi publik? Jawabannya adalah ekosistem transportasi. Wajar saja, dalam hal apapun individu akan memilih dan bertahan jika terdapat ekosistem yang baik. Lantas dimana letak kekurangan ekosistem transportasi Indonesia sehingga masyarakat Indonesia cenderung memilih menggunakan transportasi pribadi?
Dalam menggunakan transportasi publik tak jarang karena jarak yang sedikit jauh memaksa kita untuk menggunakan dua atau bahkan tiga kendaraan. Proses perpindahan dari satu kendaraan ke lainnya tentu harus diperhatikan. Kecepatan, kemudahan serta kenyamanan adalah beberapa poin yang akan dicapai dalam hal ini. Memang dalam skala kecil hal seperti ini mungkin dirasa tidak terlalu penting. Akan tetapi jika kita membicarakan ekosistem transportasi sebuah kota hal-hal kecil ini akan terjadi di banyak tempat dan menjadi sesuatu yang besar.
Di Indonesia masih banyak kota yang masih berkutat dengan masalah ini. Integrasi transportasi. Sistem transportasi yang saling terhubung tidak hanya tentang jenis kendaraan yang sama saja. Tidak hanya integrasi antar satu bus dengan bus yang lain saja. Akan tetapi integrasi dalam transportasi yang baik adalah ketika semua transportasi publik memiliki sistem yang terhubung satu sama lain sehingga menciptakan kemudahan, kecepatan dan kenyamanan dalam berpindah antar transportasi.
Selain itu, integrasi prasarana transportasi juga tidak boleh luput dari perhatian. Penentuan titik-titik prasarana dan kesinambungan antar titik merupakan bagian yang mempengaruhi proses dalam perpindahan antar transportasi. Oleh karena itu, dalam menciptakan alur transportasi harus di ukur dan dikaji dengan baik agar sistem transportasi yang tercipta terintegrasi antara satu dan lainnya.
Jika sistem transportasi tidak dapat terintegrasi dengan baik maka efisiensi dalam berpindah tidak dapat dicapai dengan maksimal. Dan efisiensi inilah yang juga merupakan salah satu faktor penyebab masyarakat enggan menggunakan transportasi publik. Efisiensi ini mencakup berbagai hal termasuk efisiensi waktu dan tenaga. Memang pengeluaran biaya untuk penggunaan transportasi pribadi lebih mahal daripada transportasi publik. Akan tetapi jika transportasi publik tidak bisa mengatasi efisiensi waktu dan tenaga maka masyarakat akan memilih harga yang lebih demi mendapatkan efisiensi waktu dan tenaga yang lebih. Karena efisiensi bukan hanya soal harga saja.
Terlebih lagi transportasi pribadi pasti memberikan kenyamanan yang lebih daripada transportasi publik. Dan memang poin kenyamanan transportasi pribadi tidak mungkin bisa dikalahkan oleh kenyamanan transportasi publik. Karena senyaman apapun transportasi publik yang disediakan kenyamanan privasi tetap menjadi nomor satu.
Oleh karenanya, masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan transportasi pribadi karena kenyamanan yang ada serta efisiensi waktu dan tenaga yang tidak dapat diberikan secara maksimal oleh transportasi publik. Meskipun harus mengeluarkan biaya yang lebih. Karena jika diakumulasikan antara positif dan negatifnya, menggunakan transportasi pribadi lebih menguntungkan di Indonesia daripada menggunakan transportasi publik.
Selain itu, tata kota yang terorganisir juga memberikan pengaruh kepada kebiasaan masyarakat dalam bertransportasi. Masyarakat yang suka menggunakan transportasi publik adalah masyarakat yang tinggal di kota yang penataannya mendukung orang-orang untuk menggunakan transportasi publik. Contohnya, kota yang mayoritas penduduknya tinggal di apartemen adalah kota yang penataannya mendukung transportasi publik. Jika dalam satu gedung dihuni 50 orang, kita hanya perlu satu titik di depan gedung sebagai titik prasarana transportasi.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
| Jurnalis Eropa Sedang Diserang – dan Para Pelakunya Melenggang Bebas |
|
|---|
| Diam Adalah Bentuk Keterlibatan |
|
|---|
| Amerika Serikat Sedang Menyerang Hak Publik untuk Tahu |
|
|---|
| Ketua PPI Jepang yang Baru Dilantik Hadapi Tantangan Demografi Pelajar Indonesia |
|
|---|
| SLT 2025: Kolaborasi Seminar Mahasiswa antara PPI Sivas dan Mahmut Esad Cosan Foundation di Turkiye |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.