Waktunya Muda Mudi Dapat Wawasan
Mengenal Short Attention Span: Dampak Video Pendek terhadap Rentang Perhatian
Kebiasaan menonton video pendek secara terus-menerus dapat menyebabkan short attention span.
Editor:
Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah kesibukan dunia yang kian meningkat, para pengembang teknologi terus berinovasi dengan mengembangkan kembali teknologi yang sebelumnya sudah ada agar menjadi lebih canggih dan praktis.
Salah satu yang turut mengalami perkembangan adalah video. Jika sebelumnya konten video umumnya berdurasi cukup panjang, kini hadir inovasi berupa video pendek atau short video melalui platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts, yang bahkan berdurasi kurang dari satu menit.
Kehadiran video pendek ini tentunya membawa banyak perubahan. Di sisi positif, format ini dinilai efisien bagi mereka yang memiliki waktu luang terbatas, tetapi tetap ingin mendapatkan informasi.
Karena disajikan secara singkat dan langsung ke inti, video pendek membuat banyak orang ketagihan, yakni cukup menonton beberapa detik, informasi pun langsung tersampaikan tanpa perlu waktu lama.
Dari sisi negatifnya, kebiasaan menonton video pendek secara terus-menerus dapat memengaruhi kemampuan otak untuk fokus dalam jangka waktu panjang, atau yang dikenal dengan istilah short attention span (rentang perhatian pendek).
Fenomena ini bukan sekadar efek samping, tetapi berpotensi membuat seseorang kesulitan untuk berkonsentrasi saat membaca buku panjang, menonton film berdurasi lebih dari satu jam, maupun saat menjalani aktivitas seperti belajar.
Penyebab Short Attention Span Akibat Video Pendek
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya short attention span pada seseorang, di antaranya sebagai berikut.
1. Ledakan Dopamin di Waktu Singkat
Video pendek dapat memuat beragam konten, mulai dari musik, berita, cuplikan film, hingga hal lainnya dalam durasi singkat. Semua itu bisa diakses secara instan hanya dengan beberapa kali geser layar.
Setiap kali kita menikmati konten tersebut, otak melepaskan dopamin, zat kimia yang membuat kita merasa senang. Masalahnya, otak jadi terbiasa mencari kesenangan cepat, sehingga aktivitas lain yang butuh fokus lebih lama terasa membosankan.
2. Terbentuknya Pola Konsumsi Cepat
Ketika paparan konten berdurasi 15–60 detik sudah menjadi kebiasaan, otak menjadi kurang terlatih untuk bertahan dalam aktivitas yang membutuhkan konsentrasi jangka panjang, seperti membaca novel, menyelesaikan film berdurasi 1 jam, atau mengikuti diskusi secara mendalam.
Baca juga: Hakim MK Singgung Generasi Muda Kini Serba Instan, Tonton Video Pendek 1 Menit Tapi Merasa Jadi Ahli
3. Perubahan Emosi Cepat (Emotional Whiplash)
Karena menghadirkan beragam konten yang bisa dinikmati dalam waktu singkat, video pendek membuat emosi kita berubah secara mendadak.
Waktunya Muda Mudi Dapat Wawasan
Di Balik Meriahnya Sound Horeg, Tersimpan Risiko Kesehatan dan Ketidaknyamanan |
---|
Populer Secara Global, Ini Alasan Daging Kalkun Jarang Dikonsumsi di Indonesia |
---|
Rumah Flat, Solusi Hunian Terjangkau di Tengah Mahal dan Sempitnya Lahan Kota |
---|
Biar Nggak Gampang Kendor, Ini Tips Belajar Bahasa Asing sampai Lancar |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.