Jumat, 15 Agustus 2025

Pemanfaatan EBT di Indonesia Masih Belum Optimal, Ekonom: Masih Jauh dari Target

Dana untuk investasi EBT sebenarnya bisa didapat dari berbagai sumber, jangan hanya mengandalkan APBN.

dok. PLN
Ilustrasi PLTS. Pada tahun 2024, pemerintah menargetkan bauran energi nasional mencapai 19,49?n optimis akan mencapai 23% pada 2025. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia dinilai masih belum optimal.

Direktur Eksekutif CORE, Mohammad Faisal, pemerintah belum memaksimalkan potensi sumber daya yang ada. Akibatnya, pemanfaatan EBT di Indonesia masih jauh dari target yang telah ditetapkan.

Pada tahun 2024, pemerintah menargetkan bauran energi nasional mencapai 19,49 persen dan optimis akan mencapai 23% pada 2025.

"Pemanfaatan EBT masih jauh dibandingkan target, apalagi dibandingkan dengan potensi besar EBT di Indonesia seperti tenaga surya, angin, air, panas bumi, dan lainnya," ungkap Faisal saat dihubungi, Senin (7/10/2024).

Baca juga: Dukung Energi Hijau, BUMN Sawit Bangun 29 Fasilitas EBT Hingga 2030

Ia menekankan bahwa percepatan pemanfaatan EBT membutuhkan kemauan politik yang kuat serta strategi serius dari pemerintah dan pihak terkait.

Faisal juga menyoroti, meski pemanfaatan EBT memerlukan investasi besar di awal, biaya produksi jangka panjang bisa jauh lebih murah.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya insentif investasi untuk membantu menutupi biaya awal yang tinggi.

"Dana untuk investasi EBT sebenarnya bisa didapat dari berbagai sumber, jangan hanya mengandalkan APBN," tambahnya.

Faisal menyarankan konsolidasi dana seperti CSR, dana internasional, karbon trading, dan lainnya untuk mendanai proyek-proyek EBT yang membutuhkan investasi besar di tahap awal.

Di sisi lain, Star Energy Geothermal, anak perusahaan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), secara signifikan akan meningkatkan kapasitas terpasangnya dalam energi hijau.

CEO Barito Renewables, Hendra Tan, mengatakan, perseroan akan meningkatkan kapasitas terpasang melalui proyek retrofitting dan penambahan kapasitas baru untuk mendukung upaya Indonesia dalam mencapai target net zero emission.

"Dengan melakukan retrofit dan menambah kapasitas pembangkit yang ada, kami memastikan masa depan yang berkelanjutan dan efisien untuk energi bersih di negara ini," kata Hendra.

Ia menyampaikan, secara total diproyeksikan akan meningkatkan kapasitas terpasang Star Energy Geothermal sebesar 102,6 MW dengan investasi diperkirakan mencapai US$ 346 juta.

Adapun langkah dalam meningkatkan kapasitas tersebut yaitu penambahan pembangkit baru seperti ekspansi Salak Unit 7 dengan penambahan 40 MW dan Wayang Windu Unit 3 yang dapat menambah 30 MW.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan