Jumat, 12 September 2025

Disabilitas Bukan Batasan: Kisah Kreatif UMKM PUKA Tembus Ekspor Lewat Digital, Shopee Jadi Asa

Inilah cerita kreatif PUKA, UMKM lokal asal Bandung yang memproduksi produk kerajinan tangan, dengan memberdayakan rekan disabilitas. Shopee jadi asa.

Tribunnews.com/Garudea Prabawati // Tangkap layar instagram @puka_id
UMKM PUKA DAN SHOPEE - Kolase foto: (kiri) produk UMKM PUKA di Shopee. (kanan) Para rekan disabilitas yang disebut crafter spesial saat sedang memproduksi produk kreatif berupa kerajinan tangan di UMKM PUKA, di Bandung, Jawa Barat. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati // Tangkap layar instagram @puka_id) 

Ia mencerminkan semangat ceria, warna-warni kreativitas, serta keberagaman yang dirangkul PUKA. 

Hingga akhirnya visi besar yang diusung Dessy adalah menciptakan ruang kerja ramah disabilitas serta wadah kreasi bagi para penyandang disabilitas lulusan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang memiliki minat di bidang kerajinan tangan.

“Saat ini ada sekitar 30 orang crafter disabilitas atau crafter spesial yang aktif berkarya di PUKA. Ada yang tuli, tunadaksa, down syndrome, autisme, dan tunagrahita, mereka kami sebut crafter spesial,” kata Dessy kepada Tribunnews.com, Jumat (23/5/2025).

Mereka tidak sekadar dilatih membuat produk, di PUKA, para crafter spesial juga menjadi tutor dalam workshop kerajinan yang dibuka untuk publik. 

Beberapa dari mereka bahkan sudah tampil sebagai pembicara, mengajarkan teknik membuat aksesori dan tas handmade kepada peserta umum.

Ruang Inklusif yang Nyata

Misi sosial PUKA bermula dari kerja sama dengan SLB, di mana Dessy melihat potensi besar dari para siswa yang rutin mengikuti kelas vokasional seperti cooking class, make-up class, dan crafting class

Dari situlah ia menjaring alumni-alumni SLB yang memiliki bekal dan ketertarikan di bidang kerajinan tangan.

“Yang bergabung di PUKA umumnya sudah punya kemampuan dasar dan passion. Kita tinggal mengasah dan memberi ruang,” ucapnya.

Menariknya, proses produksi di PUKA tidak memaksakan target kuantitas tinggi. 

Jam kerja disesuaikan dengan ritme para crafter spesial, umumnya mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, dengan fokus pada kenyamanan dan kualitas hasil karya.

“Kami bukan mengejar berapa banyak produk dibuat, tapi seberapa nyaman dan berkembang mereka saat berkarya,” tutur Dessy.

Bertumbuh Bersama Tren dan Teknologi

Sebagai UMKM yang bersaing di ranah fast fashion, PUKA tak lepas dari pentingnya adaptasi terhadap tren. 

Tim Research and Development (R&D) mereka secara berkala memantau perkembangan pasar, lalu menciptakan desain baru yang kemudian diajarkan kepada para crafter untuk diproduksi.

Kini PUKA memiliki lebih dari 120 varian produk, mulai dari pouch, tempat pensil, dompet, scrunchie, hingga tas selempang. 

Dalam sebulan, sekitar 1.000 hingga 2.000 produk berhasil diproduksi untuk memenuhi permintaan pelanggan, baik di dalam maupun luar negeri.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan