Minggu, 28 September 2025

Tekan Dampak Negatif, BUMN Sektor Tambang Jalankan Praktik Pertambangan Hijau

perusahaan tambang nasional dan BUMN dinilai telah menunjukkan wajah pertambangan hijau melalui praktik tanggung jawab lingkungan

Editor: Sanusi
tribunnews.com
PERTAMBANGAN HIJAU - Pertambangan harus dijalankan dengan tanggung jawab, demi memastikan keberlanjutan sumber daya dan masa depan ekonomi Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah sorotan terhadap dampak lingkungan sektor tambang, sejumlah perusahaan tambang nasional dan BUMN dinilai telah menunjukkan wajah pertambangan hijau melalui praktik tanggung jawab lingkungan yang sistematis dan terukur.

Pertambangan hijau merupakan konsep pertambangan yang berfokus pada praktik-praktik ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam seluruh siklus operasi pertambangan, mulai dari eksplorasi hingga reklamasi lahan.

Baca juga: Dukung DAM 2025, Komisi VI DPR: Strategi Danantara Ubah Aset BUMN Jadi Motor Ekonomi Nasional

Tujuannya adalah untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, melestarikan sumber daya alam, dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar.

Pengamat tambang dan energi serta juga Alpha Research Database, Ferdy Hasiman menyampaikan, perusahaan seperti PT Vale Indonesia Tbk, PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), hingga INALUM telah menjalankan pertambangan bertanggung jawab secara konsisten.

“Saya sudah melihat langsung wilayah operasi mereka, mulai dari reklamasi bekas tambang, konservasi lingkungan, hingga pemberdayaan masyarakat. Ini bukti nyata bahwa tambang tidak harus identik dengan kerusakan,” kata Ferdy dikutip Rabu (23/7/2025).

Ferdy Hasiman memiliki latar belakang pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta dan Magister Politik di Universitas Indonesia. Ia dikenal sering membedah isu-isu soal kebijakan publik, khusus yang berhubungan dengan pertambangan, mineral, batu bara serta minyak dan gas.

Baca juga: PTEN: Switching BUMN Jadi Pilar Kedaulatan Ekonomi Digital

PT Vale Indonesia di Sorowako, Sulawesi Selatan, menjadi salah satu contoh.

Menurut Ferdy, perusahaan ini tidak hanya menjaga kebersihan Sungai Matano yang menjadi sumber PLTA, tetapi juga mengembangkan persemaian modern seluas 2,5 hektar untuk memproduksi hingga 700.000 bibit tanaman per tahun.

Tanaman lokal seperti eboni dan dengen menjadi prioritas, sejalan dengan prinsip no net loss dan restorasi habitat.

Langkah serupa ditunjukkan ANTAM yang telah menanam hampir 5 juta pohon di area pascatambang, DAS, dan pesisir.

Di Kolaka, Sulawesi Tenggara, ANTAM juga mendukung agenda Net Zero Emission 2060 melalui program ESG yang menyentuh langsung isu-isu keberlanjutan.

Sementara itu, INALUM aktif merehabilitasi kawasan strategis Danau Toba sebagai bentuk komitmen terhadap konservasi air dan keanekaragaman hayati.

Total area reklamasi pascatambang yang dijalankan MIND ID Group telah mencapai lebih dari 7.000 hektar per tahun 2024.

PTBA pun melakukan langkah tak kalah progresif melalui konservasi terumbu karang di Pulau Pahawang, Lampung, serta reklamasi 2.146 hektar lahan tambang di 2022.

Sedangkan PT Timah Tbk (TINS) menanam lebih dari 18.000 pohon mangrove dan mengembangkan Kampoeng Reklamasi sebagai destinasi ekowisata di Bangka.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan