Selasa, 14 Oktober 2025

Genjot Produktivitas, SHS Aplikasikan Drone di 15 Hektare Lahan Padi di Subang Jabar

Saat ini SHS mengelola sekitar 5.000 hektar sawah dan berperan penting dalam pasokan beras nasional.

|
Istimewa
DRONE PERTANIAN - Pilot drone Adam Dalah Agung menunjukkan cara kerja drone pertanian untuk pemupukan dan perawatan tanaman padi di lahan Sang Hyang Seri di Subang, Jawa Barat. 

Ringkasan

  • Peralatan sektor pertanian dimodernisasi untuk memperkuat ketahanan pangan
  • Indonesia sejak awal 2025 mulai memanfaatkan drone di lahan pertanian
  • Teknologi nirawak pada drone  membuat aktivitas kerja pertanian berjalan semakin cepat

 

TRIBUNNEWS.COM, SUBANG - Sektor pertanian Indonesia mulai memperkuat ketahanan pangan melalui memodernisasi alat pertanian untuk mengatasi sejumlah tantangan, seperti mahalnya biaya tenaga kerja dan lonjakan biaya produksi.

Mengantisipasi kondisi iklim yang juga semakin sulit diproduksi, perusahaan pertanian Sang Hyang Seri (SHS) mulai mengimplementasikan pemanfaatan drone pertanian bekerja sama dengan PT Blessed Bentara Agri Indonesia, distributor drone XAG. 

SHS saat ini menjadi salah satu BUMN produsen beras terbesar di Tanah Air dan penggunaan drone pertanian diyakini menjadi enabler untuk menggenjot target swasembada beras.

Baca juga: Kebijakan Pertanian Era Presiden Prabowo Dinilai Stabil, Petani Lebih Tenang dan Produktif

Saat ini SHS mengelola sekitar 5.000 hektar sawah dan berperan penting dalam pasokan beras nasional.

Dasep Setiawan, Manajer Lahan SHS Sukamandi bilang, peralihan dari metode manual menuju sistem pertanian digital dan presisi menjadi perkembangan penting bagi SHS. Meski demikian, SHS baru saja memasuki transformasi ini.

Perubahan tersebut sejalan dengan rencana aksi nasional yang telah dicanangkan pemerintah, serta sejumlah laporan terbaru Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang mengungkap pentingnya teknik pertanian presisi dan otomatisasi guna meningkatkan hasil panen dan efisiensi penggunaan sumber daya.

SHS bersama PT Blessed Bentara Agri Indonesia sejak awal 2025 mulai menguji coba drone P100 Pro di lahan padi seluas 15 hektare untuk aktivitas penyemprotan dan penaburan otonom dalam kapasitas besar.

Dasep mengatakan, teknologi nirawak pada drone ini membuat aktivitas kerja berjalan semakin cepat, sedangkan pengelolaan sawah juga lebih mudah dilakukan.

Dia menjelaskan, untuk tanaman padi dalam skala luas, transportasi logistik menjadi tantangan, terutama untuk lahan luas yang tersebar di lokasi berbeda-beda.

Dengan desain yang bisa dilipat, P100 Pro menjadi lebih ringkas dan mudah dibawa, bahkan ketika menggunakan sepeda motor atau minivan.

"Dengan drone, kami memiliki mobilitas yang lebih baik. Hal tersebut sangat penting, sebab kami sering berpindah-pindah lokasi dengan cepat," ujar Setiawan.

Drone ini dilengkapi fitur perlindungan tanaman presisi dengan sistem XAG RevoSpray dan tangki pintar 50 liter dengan debit semprot hingga 22 liter per menit.

Hal ini membuat penyemprotan pestisida menjadi jauh lebih akurat. "Semua dosis, kecepatan, dan ketinggian bisa diatur lewat aplikasi sebelum penyemprotan dimulai. Hasil semprotan juga lebih merata dibandingkan metode manual," kata Setiawan.

Penelitian Kementerian Pertanian mendukung hal tersebut. Hasil riset menunjukkan, penggunaan drone bisa mengurangi pemakaian bahan kimia hingga 30 persen sekaligus meningkatkan keseragaman semprotan dan mengurangi paparan pestisida bagi pekerja.

Dengan P100 Pro, SHS akan meningkatkan kesehatan tanaman dan mengendalikan hama dengan lebih baik, terutama di musim tanam dan panen.

Selain untuk pestisida, SHS juga memanfaatkan drone ini  untuk pemupukan dan penaburan benih lewat sistem RevoCast.

Volume tangki 80 liter dan kapasitas hingga 150 kg per menit, kegiatan pemupukan pdi menjadi lebih merata.

"Pemupukan manual sering kali tidak merata dan boros. Dengan drone, hasilnya menjadi lebih konsisten, berdampak langsung pada hasil panen dan efisiensi biaya," jelas Setiawan.

Adam Dalah Agung, yang menjadi pilot drone SHS mengaku pekerjaan penanaman dan perawatan padi menjadi lebih efisien menggunakan drone untuk area pertanian skala luas. 

Dia membandingkan, pekerjaan yang sebelumnya membutuhkan 10 orang, kini hanya bisa dilakukan satu unit drone. Pihaknya memonitor efektivitas pemakaian drone kni menggunakan aplikasi XAG One. Dia mencontohkan, pekerjaan yang seharusnya diselesaikan dalam satu hari kerja bisa selesai hanya dalam beberapa jam.

Setiawan menekankan bahwa teknologi harus memberi kesempatan bagi petani untuk mempelajari keterampilan baru, bukan menggantikan mereka. Karena itu, pihaknya mengadakan pelatihan bagi petani yang ingin mempelajari penggunaan drone dan metode pertanian digital.

Banyak petani berkunjung dan melihat langsung cara kerja drone. Kami optimis, semakin banyak perusahaan dan petani di Indonesia akan mengikuti langkah ini," beber Setiawan. (tribunnews/fin)

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved