“Sejak memakai biogas, kandang menjadi lebih bersih karena kotoran sapi dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas. Bio-slurry yang dihasilkan juga sangat menguntungkan. Saya menggunakannya untuk tanaman salak, membuat buahnya lebih enak rasanya dan tidak mudah busuk. Yang paling menggembirakan, limbah ternak yang sebelumnya melepaskan gas metana kini tertangkap dan diolah, jadi kita turut mengurangi emisi gas rumah kaca dari peternakan,” ungkapnya.
Cerita Sukamto mencerminkan bagaimana biogas tidak hanya menghadirkan energi bersih, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas petani.
Pandangan serupa datang dari pemangku kepentingan di tingkat nasional yang melihat kontribusi Rumah Energi sebagai bagian penting dari agenda pembangunan berkelanjutan Indonesia.
“Rumah Energi 13 tahun bersama masyarakat melakukan pendampingan untuk kesediaan energi bersih melalui biogas. Kerja–kerja yang dilakukan sudah memberikan dampak bagi banyak orang, khususnya petani, peternak, koperasi, dan rumah tangga pedesaan. Kiranya Rumah Energi terus berkembang dan lebih luas lagi yang dilakukan, menjadi mitra pemerintah dalam pembangunan dan menginisiasi inovasi yang berdampak pada lingkungan,” ujar Ahmad Zabadi, Sekretaris Kementerian Koperasi RI.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.