Senin, 8 September 2025

Ibadah Haji 2025

203 Jemaah Haji Wafat, Komisi VIII DPR Soroti Istitha'ah Kesehatan & Singgung Dugaan Praktik Suap

Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKB Maman Imanulhaq, menyoroti jumlah jemaah haji Indonesia yang wafat di tanah suci.

Penulis: Chaerul Umam
Tribunnews.com/ Chaerul Umam
ISTITHA'AH KESEHATAN HAJI - Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKB Maman Imanulhaq, menyoroti jumlah jemaah haji Indonesia yang wafat di tanah suci. Ia mempertanyakan syarat istitha'ah (kemampuan), khususnya dalam aspek kesehatan hingga adanya dugaan praktik suap agar seseorang yang secara medis tidak layak tetap bisa berangkat haji. (Tribunnews.com/ Chaerul Umam) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKB Maman Imanulhaq, menyoroti jumlah jemaah haji Indonesia yang wafat di tanah suci.

Berdasarkan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) per Selasa (10/6/2025), total jemaah Indonesia yang wafat mencapai 203 orang.

Baca juga: KABAR HAJI, Kloter SUB 1, SUB 2, JKS 1 Sore Ini Dipulangkan Dari Jeddah, Besok Tiba di Tanah Air

Maman mempersoalkan keberangkatan jemaah haji yang tidak memenuhi syarat istitha'ah (kemampuan), khususnya dalam aspek kesehatan. 

Ia mengungkapkan keprihatinannya atas fenomena jemaah yang tetap berangkat meskipun memiliki penyakit berat.

Hal itu disampaikannya dalam diskusi Forum Legislasi bertajuk 'Optimalisasi Penyelenggaraan Haji Lewat Revisi UU Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah', di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (11/6/2025).

Baca juga: DPR Usulkan Pembentukan Pansus Evaluasi Pelayanan Haji 2025

"Dari 203 jemaah yang meninggal dunia, 199 adalah jemaah reguler dan 4 dari haji khusus. Salah satunya memiliki penyakit berat yang sebenarnya bisa dipertanyakan apakah memenuhi syarat istitha'ah kesehatan atau tidak," ujar Maman.

Maman juga menyinggung adanya dugaan praktik suap agar seseorang yang secara medis tidak layak tetap bisa berangkat haji. 

Menurutnya, ini menjadi tantangan serius dalam budaya masyarakat yang masih mengabaikan pentingnya istitha'ah sebagai syarat haji.

"Masih banyak orang yang berprinsip — mudah-mudahan tidak banyak — bahwa mereka menyuap agar bisa berangkat. Padahal penyakit mereka berat," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa terdapat jemaah yang berpikiran lebih baik meninggal di Tanah Suci, karena dianggap lebih mulia. 

Namun Maman menegaskan bahwa niat seperti itu keliru.

"Ada yang bilang, 'enggak apa-apalah yang penting saya bisa berangkat, kalau meninggal syukur-syukur meninggal di Mekkah.' Saya katakan, Ibu Bapak, kalau Anda tidak sehat lalu berangkat dan meninggal, itu niatnya saja sudah salah," katanya.

Maman juga mengingatkan bahwa meninggal di Makkah tidak otomatis menjadikan seseorang syahid, jika niat dan keimanannya tidak benar.

"Dia bilang, 'kalau saya meninggal di Makkah, mungkin kami syahid.' Enggak bisa! Abu Jahal, Abu Lahab pun meninggalnya di Mekkah, tapi mereka tetap kafir kok," ucapnya.

Menurutnya, edukasi tentang istitha'ah dan niat yang benar dalam berhaji belum sepenuhnya masuk ke dalam kesadaran masyarakat. 

Ia mendorong agar pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat bersama-sama memperbaiki pemahaman ini demi keselamatan dan keberkahan ibadah haji.

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan