Ibadah Haji 2025
Evaluasi Haji 2025 Dilakukan Setelah Pemulangan Jemaah Rampung
Cucun Ahmad Syamsurijal mengatakan evaluasi pelaksanaan haji 2025 dilakukan setelah pemulangan para jemaah haji rampung dilakukan.
Penulis:
Reza Deni
Editor:
Dodi Esvandi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, mengatakan evaluasi pelaksanaan haji 2025 dilakukan setelah pemulangan para jemaah haji rampung dilakukan.
"Kami concern sekarang bagaimana ancaman keamanan globalnya. Kami akan fokus dulu pemulangan haji, sekaligus kita akan evaluasi," kata Cucun di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Kamis (26/6/2025).
Legislator PKB itu mengatakan hal-hal teknis yang jadi kendala juga akan dievaluasi.
"Catatan-catatan sudah ada semua dari timwas kemarin, dari proses pemberangkatan, kekacauan data yang sampai masuk nota diplomatnya dari Duta Besar Saudi, juga terkait pelaksanaan di sana, kayak orang biasa didorong Madinah, Mekah, kan masuk nota diplomasi gitu," kata Cucun.
"Apakah ini pure karena Kemenag kurang kesiapan, atau Kemenag sendiri melakukan upaya itu karena kemanusiaan. Karena harus dilihat dulu latar belakangnya seperti apa," ujar dia.
Dia mencontohkan soal makanan yang diterima para jemaah tidak sesuai dengan kontrak.
"150 gram yang ada cuma paling 60-70 gram. Nah ini akan semua kita kaji. Karena sekarang ini bukan panja BPIH atau Panja Komisi VIII, timwasnya juga gabungan pasti proses evaluasinya akan ada pansus," katanya.
"Atau misalkan kita timwas kemarin menyerahkan ini, sudahlah cukup Panja Komisi VIII silakan, karena supaya segera hasil evaluasinya menjadi rekomendasi ke RUU yang sedang disusun naskah akademiknya," tandas dia.
Baca juga: Perempuan Mendominasi Jemaah Haji 2025, Paling Banyak Ibu Rumah Tangga
Sebelumnya, Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan peluang DPR membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk mengevaluasi pelaksanaan Ibadah Haji 2025.
Wacana ini mencuat setelah munculnya sejumlah kritik dari Pemerintah Arab Saudi terhadap teknis penyelenggaraan haji oleh Indonesia.
Salah satu poin krusial dalam nota diplomatik yang disampaikan Duta Besar Arab Saudi adalah tingginya angka kematian jemaah asal Indonesia.
Sebelum puncak haji dimulai, jemaah Indonesia disebut menyumbang sekitar 50 persen dari total kematian jemaah internasional.
Menanggapi hal itu, Puan menjelaskan bahwa poin-poin dalam nota diplomatik tersebut sudah ditangani sebelum puncak ibadah haji berlangsung.
"Lima poin nota tersebut itu sudah lama, sudah diselesaikan oleh Pemerintah, jadi saat pelaksanaan haji sekarang itu sebenarnya semuanya sudah selesai," kata Puan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/6/2025).
Adapun lima poin yang dimaksud meliputi: ketidaksesuaian data jemaah antara sistem E-Haj, Siskohat, dan manifest penerbangan; persoalan pengangkutan jemaah dari Madinah ke Mekkah akibat perbedaan syirkah dalam satu kloter; ketidaksesuaian penempatan hotel; masalah kesehatan jemaah lansia dan risiko tinggi; serta pembayaran Dam bagi jemaah haji Tamattu.
Baca juga: Kuota Haji 2026 Belum Diumumkan, Ini Penjelasan Kemenag
Ibadah Haji 2025
Komite 3 DPD RI Usul Ada Kompensasi Otomatis Terhadap Jemaah Haji Telat atau Gagal Berangkat |
---|
Mekanisme Kuota Haji, Bagaimana Peran Pemerintah dan Swasta Memotong Daftar Antrean? |
---|
Kepala BP Haji: Isu Kesehatan Jemaah Haji Indonesia jadi Sorotan Arab Saudi |
---|
Kepala BP Haji Pastikan Belum Minta Tambahan Kuota Haji dari Pemerintah Arab Saudi |
---|
ICW Laporkan Dugaan Korupsi Haji 2025: Diduga Ada ASN Lakukan Pungli Makanan, Negara Rugi Rp251 M |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.