Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Inggris Tolak Putus Hubungan dengan China untuk Menormalisasi Hubungan Dagang dengan AS
Inggris telah menolak laporan upaya AS untuk mengisolasi China secara ekonomi dengan imbalan tarif yang lebih rendah
Editor:
Muhammad Barir
Inggris Tolak Putus Hubungan dengan China untuk Menormalisasi Hubungan Dagang dengan AS
TRIBUNNEWS.COM- Inggris telah menolak laporan upaya AS untuk mengisolasi China secara ekonomi dengan imbalan tarif yang lebih rendah, dan menegaskan pihaknya tidak akan memutuskan hubungan dengan Beijing untuk meningkatkan perdagangan dengan Washington.
Kerajaan Inggris tidak akan memutuskan hubungan ekonominya dengan China untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat, menurut inews , yang mengutip sumber dalam pemerintahan Inggris.
Pada hari Rabu, The Wall Street Journal melaporkan bahwa AS tengah mencari janji perdagangan dari sekutu yang bertujuan mengisolasi China secara ekonomi, sebagai imbalan atas pengurangan tarif.
Namun, bagi Inggris, menggabungkan pembicaraan tarif dengan diskusi tentang hubungannya dengan Beijing dilaporkan tidak mungkin dilakukan.
"Tidak dapat diterima" untuk mengaitkan keringanan tarif dengan kerja sama dengan Tiongkok, kata sumber tersebut, seraya menekankan bahwa Inggris bermaksud untuk mempertahankan pendekatan "pragmatis" terhadap hubungannya dengan Beijing.
"Posisi dan pendekatan kami [terhadap] Tiongkok jelas," tambah sumber tersebut.
Awal bulan ini, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memperkenalkan tarif timbal balik atas impor dari berbagai negara.
Perintah tersebut menetapkan tarif dasar sebesar 10 persen, dengan tarif yang jauh lebih tinggi dikenakan pada 57 negara berdasarkan defisit perdagangan masing-masing negara dengan AS.
Pada tanggal 9 April, Trump mengumumkan tarif sementara sebesar 10% selama periode 90 hari terhadap lebih dari 75 negara yang tidak membalas dan telah meminta negosiasi—China dikecualikan dari tawaran ini.
Ketika ketegangan perdagangan meningkat, tarif atas barang-barang China melonjak hingga 145%, sementara tarif balasan China atas produk-produk Amerika naik hingga 125%.
Dalam perkembangan terkait, perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina meningkat pada hari Rabu, dengan Washington mengumumkan tarif baru yang dapat mengakibatkan bea masuk atas impor Cina melonjak hingga 245 persen.
Gedung Putih mengaitkan tindakan tersebut dengan "tindakan pembalasan" Beijing, yang menandakan sikap keras dalam konflik ekonomi yang sedang berlangsung.
Konteks yang lebih luas
Bersamaan dengan kenaikan tarif, Presiden AS Donald Trump mengizinkan penyelidikan terhadap implikasi keamanan nasional dari ketergantungan Amerika pada mineral penting yang diimpor, seperti kobalt, litium, nikel, dan unsur tanah jarang, yang merupakan komponen utama dalam baterai kendaraan listrik dan teknologi lainnya.
Pemerintah menyatakan bahwa ketergantungan ini membuat negara tersebut rentan terhadap "guncangan rantai pasokan yang serius, berkelanjutan, dan jangka panjang" dan menimbulkan potensi "risiko terhadap keamanan nasional."
Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Klarifikasi Istana soal Rumor Transfer Data Pribadi WNI ke AS, Mensesneg: PemaknaannyaTidak Benar |
---|
Soal Transfer Data Pribadi ke Amerika, Celios: Pemerintah Gegabah, Sangat Berbahaya |
---|
Menko Airlangga: 12 Perusahaan Amerika Sudah Dirikan Data Center di Indonesia |
---|
Data Pribadi Warga RI Ditransfer ke Amerika: Indonesia Tidak Lagi Punya Kedaulatan Sebagai Negara |
---|
Pengelolaan Data Pribadi Warga Indonesia Diserahkan ke AS, Apa Manfaat dan Risikonya? |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.