Kamis, 14 Agustus 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Inggris Tolak Putus Hubungan dengan China untuk Menormalisasi Hubungan Dagang dengan AS

Inggris telah menolak laporan upaya AS untuk mengisolasi China secara ekonomi dengan imbalan tarif yang lebih rendah

Editor: Muhammad Barir
Pexels
PERANG DAGANG - Ilustrasi bendera Amerika Serikat dan China dengan uang dolar di atasnya, diambil dari Pexels pada 11 April 2025. Amerika Serikat dan China saling menerapkan tarif tinggi terhadap barang-barang yang masuk ke negaranya. 

Inggris Tolak Putus Hubungan dengan China untuk Menormalisasi Hubungan Dagang dengan AS

TRIBUNNEWS.COM- Inggris telah menolak laporan upaya AS untuk mengisolasi China secara ekonomi dengan imbalan tarif yang lebih rendah, dan menegaskan pihaknya tidak akan memutuskan hubungan dengan Beijing untuk meningkatkan perdagangan dengan Washington.

Kerajaan Inggris tidak akan memutuskan hubungan ekonominya dengan China untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat, menurut inews , yang mengutip sumber dalam pemerintahan Inggris.

Pada hari Rabu, The Wall Street Journal melaporkan bahwa AS tengah mencari janji perdagangan dari sekutu yang bertujuan mengisolasi China secara ekonomi, sebagai imbalan atas pengurangan tarif. 
Namun, bagi Inggris, menggabungkan pembicaraan tarif dengan diskusi tentang hubungannya dengan Beijing dilaporkan tidak mungkin dilakukan.

"Tidak dapat diterima" untuk mengaitkan keringanan tarif dengan kerja sama dengan Tiongkok, kata sumber tersebut, seraya menekankan bahwa Inggris bermaksud untuk mempertahankan pendekatan "pragmatis" terhadap hubungannya dengan Beijing. 

"Posisi dan pendekatan kami [terhadap] Tiongkok jelas," tambah sumber tersebut.

Awal bulan ini, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memperkenalkan tarif timbal balik atas impor dari berbagai negara. 

Perintah tersebut menetapkan tarif dasar sebesar 10 persen, dengan tarif yang jauh lebih tinggi dikenakan pada 57 negara berdasarkan defisit perdagangan masing-masing negara dengan AS.

Pada tanggal 9 April, Trump mengumumkan tarif sementara sebesar 10% selama periode 90 hari terhadap lebih dari 75 negara yang tidak membalas dan telah meminta negosiasi—China dikecualikan dari tawaran ini. 

Ketika ketegangan perdagangan meningkat, tarif atas barang-barang China melonjak hingga 145%, sementara tarif balasan China atas produk-produk Amerika naik hingga 125%.

Dalam perkembangan terkait, perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina meningkat pada hari Rabu, dengan Washington mengumumkan tarif baru yang dapat mengakibatkan bea masuk atas impor Cina melonjak hingga 245 persen. 

Gedung Putih mengaitkan tindakan tersebut dengan "tindakan pembalasan" Beijing, yang menandakan sikap keras dalam konflik ekonomi yang sedang berlangsung.

Konteks yang lebih luas

Bersamaan dengan kenaikan tarif, Presiden AS Donald Trump mengizinkan penyelidikan terhadap implikasi keamanan nasional dari ketergantungan Amerika pada mineral penting yang diimpor, seperti kobalt, litium, nikel, dan unsur tanah jarang, yang merupakan komponen utama dalam baterai kendaraan listrik dan teknologi lainnya. 

Pemerintah menyatakan bahwa ketergantungan ini membuat negara tersebut rentan terhadap "guncangan rantai pasokan yang serius, berkelanjutan, dan jangka panjang" dan menimbulkan potensi "risiko terhadap keamanan nasional."

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan