Konflik Palestina Vs Israel
Sandera Israel Telepon Keluarganya, Sebut Kecewa dengan Pemerintah Netanyahu
Sandera Israel Elkana Bohbot menelepon keluarganya. Ia mengungkapkan kekecewaannya dengan pemerintah Netanyahu yang dianggap abarikan sandera.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), menerbitkan video seorang sandera berkewarganegaraan Kolombia-Israel, Elkana Bohbot, yang sedang menelepon keluarganya.
Dalam video yang dipublikasikan pada hari Sabtu (19/4/2025), ia mengeluh kepada anggota keluarganya, satu per satu, tentang pengabaian pemerintah Israel terhadap masalah para sandera.
Pada awal video, Elkana Bohbot menyapa istrinya melalui telepon dan mengungkapkan bahwa ia sangat merindukan keluarganya.
"Halo Rivka, istriku yang luar biasa... dengarkan aku... apa kabarmu? Aku ingin kau tahu bahwa aku memimpikanmu setiap hari, setiap malam, setiap jam. Aku sangat ingin melihatmu. Aku melihatmu dan putra kita dalam mimpiku. Aku melihatmu sepanjang waktu," katanya.
Elkana Bohbot meminta keluarganya untuk terus menekan pemerintah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, agar segera menyepakati perjanjian pertukaran tahanan.
"Kau adalah pahlawan, teruslah lakukan segalanya untukku. Jangan berhenti dan teruslah bekerja untukku," katanya.
"Aku ingin kau tahu, aku telah berbicara kepada semua orang. Aku sudah berbicara kepada negara, pemerintah, dan Serikat Pekerja Umum. Aku juga berbicara kepada tentara," lanjutnya, berbicara mengenai perjuangannya untuk pembebasan para sandera.
Ia juga mengatakan telah mendengar kabar, para tentara Israel, veteran, hingga akademisi di Israel telah menandatangani petisi untuk menekan pemerintahan Netanyahu agar menghentikan serangan di Jalur Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan.
Menurutnya, mereka yang menandatangani petisi jauh lebih peduli mengenai nasib sandera daripada pemerintah Israel terhadap mereka.
"Aku mendengar mereka juga menandatangani petisi untuk menghentikan perang dan membebaskan kami. Mereka lebih peduli kepada warga negaranya daripada pemerintah," katanya.
Ia kemudian meminta istrinya untuk menyerahkan telepon tersebut kepada putranya yang berusia lima tahun.
Baca juga: Hamas: Sandera Israel-AS Tak Diketahui Kondisinya, tapi Penjaganya Ditemukan Tewas
"Berikan aku Ram. Aku ingin berbicara dengannya. Aku ingin dia mendengar suaraku. Ram, apa kabar, sayangku? Jagalah ibumu. Sekarang kamu adalah kepala keluarga. Kamu pasti mengenakan pakaian yang indah saat hari raya. Kakek-nenekmu pasti bangga padamu. Aku ingin kamu tahu bahwa dalam satu setengah bulan dari sekarang kamu akan merayakan ulang tahunmu yang ke-5," ujarnya.
Sambil menangis, ia berpesan kepada anaknya agar menjadi warga negara yang baik seperti ayahnya.
"Aku ingin kamu tahu, aku ingin membesarkanmu dan menjadikanmu warga negara yang baik seperti ayahmu, dan berkontribusi pada pekerjaanmu tanpa imbalan apa pun. Namun, kamu lihat bagaimana negara memperlakukan saya," katanya, seperti diberitakan Russia Today.
Ketika berbicara kepada ibunya, ia berpesan agar ibunya selalu melindungi anak dan istrinya.
"Ibu, Ibu pasti berjuang untukku karena aku selalu mengenal Ibu. Jaga Rivka dan Ram serta lindungi mereka. Ketahuilah bahwa aku mencintaimu dan teruslah bekerja untukku," katanya kepada sang ibu melalui telepon.
Dalam kesempatan itu, ia juga berbicara dengan saudaranya Uriel Andykov dan berharap ia dapat pergi ke Gedung Putih untuk meminta bantuan pemerintah Amerika.
Ia meminta saudaranya yang memegang kewarganegaraan ganda, Israel-Amerika, untuk menekan pemerintahan Trump agar menepati janjinya untuk membebaskan para sandera.
"Saudara Uriel Andykov, ketahuilah bahwa aku mencintaimu dan sangat merindukanmu. Saudaraku, aku ingin kau pergi ke Gedung Putih. Mintalah untuk berbicara dengan Presiden Trump. Kau adalah warga negara Amerika, ia akan mendengarkanmu. Tanyakan kepadanya tentang janjinya kepada para sandera, dan mohon padanya untuk membiarkanku keluar dari sini. Bawalah istriku bersamamu. Aku tidak ingin kau terlambat," pesannya kepada saudaranya.
Ia juga memperingatkan anggota keluarganya bahwa pemerintah Netanyahu mengabaikannya.
"Kalian lihat bagaimana negara memperlakukan saya. Saya ingin kalian tumbuh dewasa dan mempertimbangkan hal itu," kata sandera itu.
Brigade Al-Qassam menerbitkan cuplikan video sandera yang belum diungkap identitasnya, dengan judul "Soon.. Time Is Running Out..." pada tanggal 19 April 2025.
Beberapa jam kemudian, Brigade Al-Qassam merilis video asli yang memperlihatkan sandera Israel Elkana Bohbot sedang menelepon keluarganya, seperti diberitakan Al Jazeera.
Brigade Al-Qassam telah berulang kali memperingatkan mengenai penundaan Israel dalam melanjutkan perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza, yang menimbulkan risiko terhadap nyawa para tawanan karena pengeboman yang disengaja oleh Israel terhadap lokasi tempat mereka berada.
Sebelumnya, perjanjian gencatan senjata tahap pertama dimulai pada 19 Januari 2025 yang dijadwalkan berlangsung selama 45 hari dan telah membebaskan 33 sandera Israel termasuk delapan jenazah, dengan imbalan pembebasan ribuan warga Palestina dari penahanan Israel.
Mediator dari Qatar dan Mesir terus berusaha mendorong tercapainya kesepakatan baru antara Israel dan Hamas, menyusul dilanjutkannya serangan militer Israel di Jalur Gaza pada 18 Maret 2025.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan lebih dari 51.157 warga Palestina tewas dan 116.724 lainnya terluka, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikutip oleh Anadolu Agency.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.