Jumat, 15 Agustus 2025

Kisah Pria yang Pernah Digigit Ular Berbisa hingga Ratusan Kali

Tim Friede, warga Amerika Serikat (AS), memiliki pengalaman pernah digigit ular berbisa hingga 200 kali.

Editor: Hasanudin Aco
WIKIMEDIA
Ilustrasi Ular Kobra - Seorang pria di Amerika Serikat (AS) mengklaim pernah digigit ular hingga ratusan kali. 

Sekelompok penelti yang tengah mencari jenis perahanan imun yang disebut antibodi penetralisis luas yang pertama kali menemukan Friede.

Mereka menargetkan bagian yang umum pada seluruh kelas racun, alih-alih menargetkan bagian racun yang membuatnya unik.

“Seketika saya berpikir jika ada di dunia tang mengembangkan antibody penetralisi secara luas, itu pasti dia. Jadi saya menghubunginya,” kata Kepala Eksekutif Perusahaan Biotech Centivax, Jacob Glanville.

“Saat pertama kali menelpon saya berpikir ini mungkin aneh, tetapi saya ingin sekali mendapatkan sedikit darah Anda,” tambahnya.

Friede pun setuju dan penelitian tersebut telah mendapat persetujuan etis, karena hanya mengambil darah, dan tak memberinya lebih banyak bisa.

Menurut Dr Glanville, ini adalah perlindungan yang tak tertandingi, dan mengatakan bahwa antibisa dari darah Friede kemungkinan besar mencakup sejumlah besar elapid yang saat ini belum memiliki antibisa.

Elapid merupakan satu dari dua keluarga ular berbisa, seperti ular karang, mamba, kobra, taipan dan kraits.

Elapid biasa menggunakan neurotoksin dalam bisa mereka, yang melumpuhkan korban dan berakibat fatal jika menghentikan otot-otot yang dibutuhkan untuk bernapas.

Tim saat ini mencoba menyempurnakan antibody lebih lanjut dan melihat apakah penambahan komponen keempat dapat menghasilkan perlindungan total terhadap bisa ular elapid

Kelas ular berbisa lainnya lebih mengandalkan hemotoksin yang menyerang darah, daripada neurotoksin.

Secara total, ada sekitar selusin kelas racun dalam bisa ular, yang juga mencakup sitotoksin yang secara langsung membunuh sel.

“Saya pikir dalam 10 atau 15 tahun ke depan kita akan memiliki sesuatu yang efektif terhadap masing-masing kelas racun tersebut,” kata salah satu peneliti Universitas Columbia, Profesor Peter Kwong.

 

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan