Jelang Pemilu Parlemen Jepang 20 Juli, Isu Diskriminasi Asing Dimainkan Para Kandidat
Dalam pemilihan anggota parlemen pada tanggal 20 Juli, masing-masing partai berdebat tentang pembatasan orang asing
Editor:
Eko Sutriyanto
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menjelang pemilihan umum anggota parlemen Jepang tanggal 20 Juli 2025, isu diskriminasi asing semakin dimainkan banyak partai politik di Jepang oleh para kandidatnya guna menarik suara popularitas dari masyarakat luas.
Di bagian atas selebaran yang dibagikan oleh partai Ishin di jalanan, ada baris yang berbunyi, "Masalah Orang Asing: Memulihkan Saitama di mana Anda dapat hidup dengan tenang."
Seorang pejabat kampanye mengatakan, "Reaksi di bagian utara prefektur Saitama saat hanya sedikit orang asing, tidak baik, tetapi di daerah ini yang banyak orang asing, itu akan melekat jadi perhatian bagi para pemilih." ungkap sumber Tribunnews.com Jumat (18/7/2025).
Kandidat partai Komeito juga bersikeras di Stasiun JR Warabi Saitama pada tanggal 5 Juli lalu,
"Kami akan meminta mereka yang tinggal secara ilegal untuk pulang, dan kami akan mengatakan tidak untuk penyalahgunaan dan penyalahgunaan aplikasi pengungsi."
Bahkan Perdana Menteri Shigeru Ishiba, yang mengunjungi Kota Kawaguchi pada hari yang sama, juga memberikan pidato.
Baca juga: Komisi I DPR Dorong Pemerintah Perkuat Sinergi Antar-Lembaga Lindungi WNI di Jepang
"Penting untuk mengikuti aturan dengan benar dan membuat para warga asing di Jepang agar dapat memainkan berbagai peran positif dalam masyarakat Jepang," katanya.
Dalam pemilihan anggota parlemen pada tanggal 20 Juli, masing-masing partai berdebat tentang pembatasan orang asing.
Bahkan di Prefektur Saitama, banyak kandidat menyerukan pembatasan terhadap orang asing, tetapi ada bahaya bahwa hal itu akan mengarah pada wacana yang dapat meninggalkan realitas wilayah dan hasutan untuk diskriminasi.
Di Kota Kawaguchi dan Kota Warabi banyak tempat tinggal untuk penduduk asing.
"Jika jumlah orang asing meningkat terlalu banyak, keamanan akan memburuk dan masyarakat akan runtuh," kata salah seorang kandidat parlemen Jepang di pintu keluar barat Stasiun JR Warabi dan dapat sambutan meriah dari masyarakat.
Para anggota dewan telah berjanji untuk mengutamakan "Jepang" atau Japan First di dalam pidatonya.
Mereka menyerukan langkah-langkah ekonomi seperti pemotongan pajak konsumsi, serta pembatasan terhadap orang asing.
Kandidat itu mengatakan kepada wartawan.
Kuliner Jepang di Bali: Ramen Kumamoto dengan Cita Rasa Tradisional Kyushu |
![]() |
---|
QRIS Bank Indonesia Semakin Mempererat Hubungan dengan Jepang |
![]() |
---|
10 Negara Terbaik untuk Membesarkan Anak: Belanda Peringkat 1, Swiss Punya Kualitas Hidup Tinggi |
![]() |
---|
Klarifikasi Mentan Amran Bandingkan Kenaikan Harga Beras di RI dan Jepang: Kita Patut Bersyukur |
![]() |
---|
Dari Jepang, Pertama di Luar Asean, Standar Pembayaran Global QRIS Bank Indonesia Diluncurkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.