Jumat, 5 September 2025

Jelang Pemilu Parlemen Jepang 20 Juli, Isu Diskriminasi Asing Dimainkan Para Kandidat

Dalam pemilihan anggota parlemen  pada tanggal 20 Juli, masing-masing partai berdebat tentang pembatasan orang asing

Editor: Eko Sutriyanto
Asahi
PERAWAT LANSIA - Penopang lansia (perawat) Indonesia sedang bekerja siang malam di sebuah panti jompo di Jepang. Menjelang pemilihan umum anggota parlemen Jepang tanggal 20 Juli 2025, isu diskriminasi asing semakin dimainkan banyak partai politik di Jepang oleh para kandidatnya guna menarik suara popularitas dari masyarakat luas 

Di sisi lain, di Kota Kawaguchi, konsultasi telah diterima dari pemerintah dan polisi mengenai pembuangan sampah dan etiket mengemudi orang asing semakin banyak berupa  tabrak lari oleh pengemudi asing.

Namun, dari pelanggaran pidana dan hukum khusus yang ditangkap oleh polisi prefektur, 1.116 (7,9%) adalah orang asing dalam  tahun 2019 dan 1.127 (8,8%) dalam tahun 2024. 

Persentase meningkat 0,9 poin   tetapi jumlah penangkapan tetap hampir tidak berubah. Sementara jumlah orang asing di prefektur Saitama telah meningkat sebesar 27% selama lima tahun terakhir, jumlah tindak pidana yang diakui telah menurun sejak 2019 sebelum pandemi virus corona, dan mungkin dapat  mengatakan bahwa "keamanan telah memburuk secara signifikan karena semakin banyak orang asing."

"Saya bangga dengan pekerjaan lama saya tentang masalah orang asing, dan saya akan membuat kasus yang kuat untuk orang asing yang menguntungkan kami dan menyeret kandidat lain ke arena ini," ungkap seorang kandidat parlemen di Saitama.

Demokrat Liberal daerah lokal mengatakan. "Saya kecewa dengan pidato Perdana Menteri Ishiba, dan itu tidak beresonansi dengan    cara yang begitu lemah." 

Ada rasa urgensi bahwa "kata-kata yang kuat" seperti pengetatan peraturan lebih mudah menjangkau pemilih daripada pencapaian anggota parlemen setempat yang telah bekerja untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari seperti pembuangan sampah dan masalah kebisingan.

Pidato jalanan atas pembatasan terhadap orang asing yang tampaknya semakin intensif seiring berjalannya kampanye pemilu. 

Di pintu keluar barat Stasiun Warabi, kandidat kelompok politik meneriakkan "penghapusan perlakuan istimewa bagi orang asing."

Demikian pula slogan,  "Orang Korea harus kembali ke Korea" dan "Kita tidak bisa kalah dengan sentimen anti-Jepang dari rakyat Korea." Ada banyak isi dalam pidato yang bisa dianggap sebagai ujaran kebencian.

Seorang pria berusia 30-an dari Bangladesh yang melihat kampanye itu berkata, "Saya telah tinggal di sini selama tiga tahun di Jepang, tetapi saya merasa bahwa suasana masyarakat nya telah berubah saat ini."

Diskusi terkait kampanye pemilu Jepang saat ini dilakukan kelompok Pencinta Jepang. Gabung gratis tuliskan nama alamat dan nomor whatsapp ke tkyjepang@gmail.com


.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan