Jelang Pemilu Parlemen Jepang 20 Juli, Isu Diskriminasi Asing Dimainkan Para Kandidat
Dalam pemilihan anggota parlemen pada tanggal 20 Juli, masing-masing partai berdebat tentang pembatasan orang asing
Editor:
Eko Sutriyanto
Di sisi lain, di Kota Kawaguchi, konsultasi telah diterima dari pemerintah dan polisi mengenai pembuangan sampah dan etiket mengemudi orang asing semakin banyak berupa tabrak lari oleh pengemudi asing.
Namun, dari pelanggaran pidana dan hukum khusus yang ditangkap oleh polisi prefektur, 1.116 (7,9%) adalah orang asing dalam tahun 2019 dan 1.127 (8,8%) dalam tahun 2024.
Persentase meningkat 0,9 poin tetapi jumlah penangkapan tetap hampir tidak berubah. Sementara jumlah orang asing di prefektur Saitama telah meningkat sebesar 27% selama lima tahun terakhir, jumlah tindak pidana yang diakui telah menurun sejak 2019 sebelum pandemi virus corona, dan mungkin dapat mengatakan bahwa "keamanan telah memburuk secara signifikan karena semakin banyak orang asing."
"Saya bangga dengan pekerjaan lama saya tentang masalah orang asing, dan saya akan membuat kasus yang kuat untuk orang asing yang menguntungkan kami dan menyeret kandidat lain ke arena ini," ungkap seorang kandidat parlemen di Saitama.
Demokrat Liberal daerah lokal mengatakan. "Saya kecewa dengan pidato Perdana Menteri Ishiba, dan itu tidak beresonansi dengan cara yang begitu lemah."
Ada rasa urgensi bahwa "kata-kata yang kuat" seperti pengetatan peraturan lebih mudah menjangkau pemilih daripada pencapaian anggota parlemen setempat yang telah bekerja untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari seperti pembuangan sampah dan masalah kebisingan.
Pidato jalanan atas pembatasan terhadap orang asing yang tampaknya semakin intensif seiring berjalannya kampanye pemilu.
Di pintu keluar barat Stasiun Warabi, kandidat kelompok politik meneriakkan "penghapusan perlakuan istimewa bagi orang asing."
Demikian pula slogan, "Orang Korea harus kembali ke Korea" dan "Kita tidak bisa kalah dengan sentimen anti-Jepang dari rakyat Korea." Ada banyak isi dalam pidato yang bisa dianggap sebagai ujaran kebencian.
Seorang pria berusia 30-an dari Bangladesh yang melihat kampanye itu berkata, "Saya telah tinggal di sini selama tiga tahun di Jepang, tetapi saya merasa bahwa suasana masyarakat nya telah berubah saat ini."
Diskusi terkait kampanye pemilu Jepang saat ini dilakukan kelompok Pencinta Jepang. Gabung gratis tuliskan nama alamat dan nomor whatsapp ke tkyjepang@gmail.com
.
Kuliner Jepang di Bali: Ramen Kumamoto dengan Cita Rasa Tradisional Kyushu |
![]() |
---|
QRIS Bank Indonesia Semakin Mempererat Hubungan dengan Jepang |
![]() |
---|
10 Negara Terbaik untuk Membesarkan Anak: Belanda Peringkat 1, Swiss Punya Kualitas Hidup Tinggi |
![]() |
---|
Klarifikasi Mentan Amran Bandingkan Kenaikan Harga Beras di RI dan Jepang: Kita Patut Bersyukur |
![]() |
---|
Dari Jepang, Pertama di Luar Asean, Standar Pembayaran Global QRIS Bank Indonesia Diluncurkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.