Selasa, 28 Oktober 2025

Istri Shinzo Abe Akhirnya Menangis Setelah 3 Tahun, Kini Menanti Persidangan Yamagami

Akie bergegas membawa pakaian ganti suami dan berangkat menuju rumah sakit namun upaya itu berakhir tragis ketika Abe dinyatakan meninggal

Editor: Eko Sutriyanto
Richard Susilo
PEMAKAMAN SHINZO ABE - Suasana saat upacara peringatan pemakaman jenazah mantan PM Jepang Shinzo Abe di Budokan Tokyo bulan September 2022 

Laporan Koresponden Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Tiga tahun setelah insiden tragis yang merenggut nyawa mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, istri almarhum, Akie Abe (63), akhirnya melepas air mata.

Dalam wawancara dengan surat kabar Mainichi yang dimuat Minggu (26/10/2025), Akie bercerita tentang hari-hari penuh gejolak sejak tragedi pada 8 Juli 2022 dan refleksi pribadinya selama masa berkabung.

Akie mengenang pagi yang tampak biasa: sarapan bersama suami dan ibu mertuanya di rumah mereka di Fukaya, Tokyo, sebelum Abe berangkat berkampanye menuju Kota Nara.

“Ia pamit dengan senyum, lalu pergi,” kata Akie.

Beberapa jam kemudian, rumah tangga mereka diguncang oleh kabar penembakan.

Baca juga: Jepang Peringati Satu Tahun Kematian Shinzo Abe, Mantan Perdana Menteri yang Tewas Ditembak

Akie bergegas membawa pakaian ganti suami dan berangkat menuju rumah sakit namun upaya itu berakhir tragis ketika Abe dinyatakan meninggal.

Sejak saat itu, Akie menjalani rangkaian acara publik yang melelahkan: vigil, pemakaman kenegaraan, serta pemakaman di Yamaguchi.

Meski biasanya mudah menangis, ia mengaku sempat tidak mampu mengeluarkan air mata karena terperangkap dalam keterkejutan dan tugas-tugas yang harus dijalankan.

Buku Harian dan Titik Balik

Keputusan pindah dari rumah lama pada 2024 memberi Akie ruang untuk memilah kenangan.

Saat merapikan barang-barang, ia menemukan buku harian Abe yang ditulis sejak masa kecil—di antaranya catatan harapan untuk bekerja bagi Jepang dan dorongan dari teman agar ia menjadi Perdana Menteri di masa depan.

Membaca kembali tulisan itu memberi Makie kekuatan baru dan mengingatkan akan jejak panjang Abe di panggung politik Jepang, termasuk masa jabatannya yang mencapai 8 tahun 8 bulan, catatan terpanjang dalam era konstitusional Jepang.

Dari Kehilangan ke Aktivitas Sosial

Meski berduka, Akie secara bertahap memilih menjalankan aktivitas sosial yang pernah dilakukan sebelum tragedi.

Salah satunya adalah memberikan ceramah di lapas dan pusat pembinaan remaja.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved