Pesta Perpisahan WNI di Jepang Berujung Maut, Satu Tewas Ditikam Rekan Sendiri
Pesta perpisahan di Jepang berubah tragis. WNI tewas ditikam rekannya sendiri saat tidur lelap di apartemen Ibaraki.
Ringkasan Berita:
- Pesta perpisahan di apartemen Ibaraki, Jepang, berujung tragis
- Geraldy Albert Budiman (28) tewas ditikam saat tidur oleh rekannya sesama WNI, Vergo Dipan (24) dan saksi menyebut tidak ada pertengkaran sebelum kejadian
- Mereka adalah pekerja overstay yang berencana pulang ke Indonesia dan polisi menangkap Vergo, sementara komunitas WNI menggalang dana untuk memulangkan jenazah korban
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Vergo Dipan, warga negara Indonesia (WNI) di Prefektur Ibaraki, Jepang, ternyata terjadi seusai pesta perpisahan.
Korban, Geraldy Albert Budiman (28), ditikam saat tengah tertidur lelap di kompleks apartemen Nagaoka, Kota Ibaraki, 19 Oktober 2025 sekitar pukul 02.00 waktu setempat.
“Malam itu ada pesta perpisahan untuk kami bertiga. Saat semua tertidur, dua orang ditikam—satu luka berat dan satu lagi, Geraldy, meninggal dunia,” ungkap seorang saksi yang diwawancarai wartawan Jepang, Fumiaki Yonemoto, dalam laporan yang terbit pada 10 November 2025.
Kronologi Kejadian
Polres Mito, Ibaraki, menangkap Vergo (24) karena diduga kuat sebagai pelaku pembunuhan.
Meski sempat muncul dugaan adanya masalah pribadi, saksi menyebut tidak ada konflik antara pelaku dan korban.
Baca juga: Terseret Kasus Perampokan dan Pelecehan, Pemagang Asal Indonesia Ditahan Polisi Jepang
Saksi bernama E (31, nama samaran), seorang pekerja paruh waktu di bidang pertanian, tinggal satu apartemen dengan Vergo dan dua korban lainnya.
Keempatnya berasal dari provinsi yang sama di Indonesia.
Suasana Pesta Perpisahan
Menurut E, pesta perpisahan itu diadakan menjelang kepulangan mereka ke Indonesia.
“Kami bertiga dijadwalkan berangkat ke Tokyo pada Minggu, 19 Oktober, untuk kembali ke Indonesia. Vergo juga ikut dan berbicara dengan nada tenang,” katanya.
Menu pesta malam itu cukup sederhana: nasi kuning dengan santan dan kunyit, bebek goreng berbumbu rempah, serta bir dan wiski.
“Kami mengenang masa-masa di Jepang sambil tertawa. Ada yang bercerita soal pengalaman kerja yang lucu, sampai takut naik genteng saat diminta membongkar atap,” ujarnya.
Sebuah foto dari pesta tersebut memperlihatkan sepuluh pemuda Indonesia tersenyum bahu-membahu di dapur apartemen.
E memastikan, “Tidak ada pertengkaran sama sekali malam itu.”
Dalam foto, jam dinding menunjukkan pukul 00.15 dini hari.
“Kami bertiga mulai mengantuk. Saya tidur di ruang makan, sementara yang lain masih minum,” kenang E.
Serangan Dini Hari
Sekitar pukul 02.00, E mendadak terbangun setelah mendengar teriakan.
“Teman (28) yang tidur di sebelah saya berteriak. ‘Panas!’ karena luka di sisi kiri tubuhnya. Saya langsung menolongnya,” kata E.
Ia kemudian memeriksa kamar lain, tempat Geraldy tidur.
“Saya coba bangunkan dengan menepuk wajahnya, tapi dia tidak merespons. Ambulans pun datang tak lama kemudian. Saya coba berbicara dengan bahasa Jepang seadanya, ‘Tolong bantu kami!’” tutur E.
Kedua korban dibawa ke rumah sakit, namun Geraldy dinyatakan meninggal dunia.
“Saya tidak melihat bagaimana mereka diserang karena tertidur. Saat saya bangun, Vergo tidak ada di kamar. Tak lama, dia kembali dan berdiri diam di pintu. Setelah itu polisi datang dan saya dengar Vergo mengakui perbuatannya,” ujar E.
Status Visa dan Latar Belakang
E mengaku datang ke Jepang pada 2024 bersama temannya yang kini luka berat.
“Kami diundang oleh seorang pria dari kampung halaman dengan janji akan mendapat visa kerja. Kami masuk Jepang pakai e-paspor dengan visa kunjungan 15 hari,” katanya.
Namun, setelah tiba, mereka malah ditipu.
“Saya bayar 130.000 yen untuk biaya awal apartemen di Prefektur Gunma, tapi pria itu menghilang,” ujar E.
Akibatnya, mereka berdua menjadi pekerja ilegal (overstay) di Jepang dan akhirnya bekerja di ladang di Prefektur Ibaraki.
Korban Geraldy datang belakangan dan bekerja di tempat lain di prefektur yang sama.
Mereka berempat kemudian sepakat untuk pulang ke Indonesia.
“Saya sudah melapor ke Biro Imigrasi Tokyo dan dijadwalkan pulang lewat Bandara Narita pada 27 Oktober,” kata E.
Namun rencana itu berujung tragedi.
Sekitar tiga minggu sebelum kejadian, Vergo sempat meminta izin tinggal dua hari di apartemen mereka untuk mengambil gaji yang belum dibayar dari mantan majikannya di Ibaraki bagian selatan.
“Siapa sangka, kebaikan itu justru berakhir seperti ini,” ucap E lirih.
Geraldy sendiri disebut merahasiakan rencana kepulangannya dari keluarga.
Kini, komunitas WNI di Jepang tengah menggalang dana untuk pemulangan jenazah Geraldy ke Indonesia.
Ketika wartawan mengunjungi lokasi, suasana apartemen tampak sepi.
Lampu padam, cucian masih tergantung di balkon, dan terlihat jejak cairan coklat kehijauan di lorong serta dekat mesin cuci sisa dari tragedi dini hari itu.
| Revolusi Super League Dongkrak Penonton di Sepak Bola Indonesia, Gaet Kerja Sama dengan Jepang |
|
|---|
| Jadwal Piala Dunia U17 2025 Malam Ini, Peluang Jepang Melaju Mulus ke 32 Besar |
|
|---|
| Jadwal Liga Voli Jepang 2025/2026 Pekan Ini: Aksi Farhan Halim Bersama VC Nagano Tridents Dinanti |
|
|---|
| YouTuber Indonesia Dikecam Jepang karena Gunakan Foto Junko Furuta |
|
|---|
| Jepang Siaga Serangan Beruang, Produk Spray Antiberuang Palsu Muncul di Pasaran |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.