Jumat, 5 September 2025

Ancam Kesehatan Generasi Muda, Pemerintah Berencana Terapkan Cukai untuk Minuman Berpemanis

Kementerian Keuangan bersama Kemenkes telah melakukan kajian dan bersiap menerapkannya dalam waktu dekat.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Shutterstock
Ilustrasi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di balik semangat mewujudkan visi “Indonesia Emas”, muncul ancaman besar yang justru berasal dari dapur rumah tangga hingga meja makan anak-anak sekolah.

Penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas yang terus meningkat secara signifikan.

Ancaman itu bukan sekadar wacana. Data menunjukkan pola konsumsi pangan berisiko seperti makanan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL), termasuk minuman manis dan makanan cepat saji, meningkat setiap tahunnya. 

Baca juga: WHO Minta Seluruh Negara Naikkan Pajak Rokok dan Minuman Manis 50 Persen, Biang Epidemi PTM

Bahkan, obesitas kini telah merambah ke usia anak-anak mulai dua tahun.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi.

“Negara maju pasti persoalannya adalah penyakit tidak menular. Dan kita sudah bisa lihat dari angka-angka yang sebenarnya itu trennya itu sudah ada. Jadi mau enggak mau kalau kita sekarang masih belum melakukan intervensi sebenarnya kita akan sangat-sangat terlambat,” ungkapnya dalam kegiatan Diseminasi Hasil Studi 'Penasaran Makanan yang Tidak Sehat' secara daring, Kamis (10/7/2025). 

Alarm dari Pola Hidup Masyarakat

Kementerian Kesehatan mencatat beban biaya kuratif akibat penyakit tidak menular melonjak tajam dalam dua tahun terakhir. 

Penyakit seperti gagal ginjal, hipertensi, dan diabetes mellitus mendominasi pembiayaan jaminan kesehatan nasional. 

Hal ini berkaitan erat dengan faktor risiko yang tidak terkontrol, seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kebiasaan merokok yang sebenarnya bisa dicegah sejak dini.

"Menjaga diri individu itu harus tentunya dengan pemahaman, tentunya harus dari kesadaran dari masing-masing individu. Nah ini yang mungkin masih menjadi tantangan kita," imbuhnya. 

Tantangan lain muncul dari tingginya konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula tambahan. 

Data Riskesdas dan Studi Konsumsi Individual (SKI) tahun 2023 menunjukkan peningkatan signifikan pada konsumsi minuman manis terutama pada remaja dan dewasa muda. 

Rata-rata konsumsi gula tambahan pada remaja mencapai 18 persen dari total asupan, dan pada orang dewasa melonjak hingga 24 persen.

Obesitas Anak dan “Kecanduan” Gula

Ironisnya, masyarakat masih banyak yang menganggap obesitas bukan penyakit, melainkan kondisi biasa. 

Padahal, menurut Kementerian Kesehatan, obesitas merupakan pintu masuk bagi penyakit-penyakit kronis seperti jantung iskemik, stroke, bahkan gangguan kesuburan pada wanita.

“Obesitas itu akan menimbulkan berbagai penyakit lainnya termasuk juga hipertensi dan DM (diabetes mellitus)," imbuhnya. 

Salah satu kebiasaan yang kini menjadi sorotan adalah meningkatnya konsumsi minuman manis seperti kopi kekinian dan teh siap saji di kalangan anak muda. 

Kecanduan terhadap rasa manis disebut menyebabkan tubuh membutuhkan peningkatan asupan gula secara terus-menerus.

Pada akhirnya memperbesar risiko obesitas sentral penumpukan lemak di bagian perut bahkan sejak masa anak-anak.

Langkah Serius Pemerintah: Cukai, Edukasi, dan Label Gizi

Sebagai respons atas situasi ini, pemerintah telah menyiapkan serangkaian kebijakan.

Salah satunya adalah penerapan cukai untuk minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK). 

Kementerian Keuangan bersama Kemenkes telah melakukan kajian dan bersiap menerapkannya dalam waktu dekat.

Selain itu, edukasi menjadi ujung tombak penanganan jangka panjang. 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tengah bekerja sama untuk memasukkan materi gaya hidup sehat ke dalam kurikulum sekolah, termasuk edukasi tentang pentingnya konsumsi pangan sehat dan aktivitas fisik rutin.

“Kita tahu tantangan daripada kelompok pangan pada lemak tambahan ini adalah terutama pada snack maupun pangan olahan lainnya. Ngemil roti, ngemil kue pastry itu juga akan meningkatkan kadar lemak tambahan kita,” jelas Nadia. 

Tak kalah penting, pemerintah juga tengah mendorong ketersediaan makanan sehat di pasar. 

Kementerian Pertanian dilibatkan untuk memastikan masyarakat punya lebih banyak pilihan makanan bergizi yang terjangkau.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan