Sikapi AI di Bidang Kesehatan, Kemenkes Pastikan Ikut Panduan WHO
Kemenkes memastikan akan mengikuti panduan dari WHO menyikapi penggunaan AI atau kecerdasan buatan di bidang kesehatan.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) memastikan akan mengikuti panduan dari WHO menyikapi penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di bidang kesehatan.
AI adalah cabang ilmu komputer yang berfokus pada penciptaan sistem atau mesin yang mampu meniru kemampuan manusia dalam berpikir, belajar, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.
Baca juga: Donald Trump Beberkan Rencana untuk Jadikan AS Pemenang dalam Perlombaan AI Dunia, Mencakup 3 Pilar
Terkait Ai bidang kesehatan Komdigi menyebut, penggunaan ini berisiko tinggi karena menyangkut keselamatan pasien.
“Kami juga akan mengeluarkan (aturan) secara khusus untuk sektor kesehatan, karena dengan sifat yang lebih strategis dan sensitif termasuk safety. Kami mengacu pada panduan WHO juga,” tutur dia saat ditemui dalam kegiatan Philips di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (23/7).
Adapun 6 panduan dari WHO berupa melindungi otonomi manusia, mengutamakan kesejahteraan, keselamatan dan kepentingan umum manusia, memastikan transparansi, keterjelasan dan kejelasan, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan akuntabilitas, memastikan inklusivitas dan kesetaraan, serta mempromosikan AI yang responsif dan berkelanjutan.
“Bahwa semua keputusan itu ada di individu untuk humans. Kurang lebih itu beberapa hal yang nanti jadi highlight pada waktu kami menyusun aturan terkait AI di Indonesia,” ujar Setiaji.
Baca juga: Kunci Jawaban Pintar Kemenag Modul 3.1 Artificial Intelligence AI Pembelajaran Bagian 1-2
Menyinggung soal keamanan dan perlindungan data pasien, pemerintah mengupayakan server back-up data ada di dalam negeri.
“Paling penting juga adalah safety yaitu keamanan dan perlindungan data pribadi. Model-model yang ditawarkan itu menggunakan data luar negeri, makanya kami menjaga data ini jangan sampai keluar dari Indonesia. Oleh karena itu, trainingnya pun di dalam, sehingga datanya tidak kemana-mana. Kami juga akan membangun centralize AI, membangun dan melatih SDM untuk menjaga data aman,” tutur dia.
Ditambahkan Direktur Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K), MARS, saat ini banyak pasien yang memiliki pandangan kritis mengenai data-data pribadi yang disimpan dalam sistem di RS.
“Kami sering menerima pertanyaan dari pasien mengenai keamanan data pribadi. Hampir semua RS saat ini sudah menggunakan medical record berbasis elektronik,” tutur dia.
Oleh karena itu, dia berharap server back-up data berada di tanah air untuk menghindari peretasan data oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Di kesempatan itu, Philips merilis temuan dari Indonesia dalam laporan tahunan Future Health Index (FHI) yang ke-10.
Survei ini menggali wawasan dari tenaga kesehatan profesional dan pasien di 16 negara, termasuk Indonesia terkait bagaimana kecerdasan buatan (AI) dan inovasi digital dapat membantu meningkatkan akses layanan kesehatan, hasil perawatan, dan ketahanan sistem layanan kesehatan.
“AI memiliki potensi luar biasa untuk meningkatkan akses layanan, mempersingkat waktu tunggu, dan meringankan beban tenaga medis,” ujar Presiden Direktur Philips Indonesia Astri Ramayanti Dharmawan.
Menurut survei, 84 persen tenaga kesehatan dan 74 persen pasien menganggap AI dapat meningkatkan layanan kesehatan.
Pasien menginginkan layanan yang lebih cepat, terhubung, dan bimbingan yang terpercaya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.