Senin, 18 Agustus 2025

Virus Nipah Bisa Masuk Indonesia? Ahli Ungkap Risiko dan Cara Pencegahannya

Munculnya wabah virus Nipah (NiV) di Kerala, India, memunculkan kekhawatiran bahwa penyakit ini juga berpotensi masuk ke Indonesia. 

BIJU BORO / AFP
Kelelawar beristirahat di pepohonan di Guwahati pada 23 Mei 2018. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Munculnya wabah virus Nipah (NiV) di Kerala, India, memunculkan kekhawatiran bahwa penyakit ini juga berpotensi masuk ke Indonesia. 


Meski risiko pandemi global saat ini rendah, para ahli menilai kewaspadaan tetap penting, terutama karena faktor ekologi di Indonesia mendukung spillover virus dari hewan ke manusia.

Baca juga: Virus Nipah Muncul Lagi di India, Ada Tiga Kasus Virus Nipah di Kerala

Virus Nipah adalah virus zoonotik yang sangat berbahaya dan dapat menular dari hewan ke manusia serta antar manusia. 


Kepala Pusat Studi Global Health Security dan ONE Health Griffith University – YARSI University, Dr Dicky Budiman PhD, mengingatkan bahwa Indonesia memiliki kerentanan tinggi.


“Indonesia memiliki ekosistem yang cocok untuk spillover NiV, populasi kelelawar buah banyak, interaksi manusia–hewan tinggi, konsumsi buah atau nira segar tanpa pengolahan panas, hingga peternakan babi dekat habitat kelelawar,” jelas Dicky pada keterangannya, Senin (18/8/2025). 

 


Faktor Risiko di Indonesia

Rusia menuduh Ukraina dan AS berkomplot menggunakan burung dan kelelawar yang bermigrasi untuk menyebarkan patogen.
Rusia menuduh Ukraina dan AS berkomplot menggunakan burung dan kelelawar yang bermigrasi untuk menyebarkan patogen. (RBTH/Legion Media)


Kelelawar buah (Pteropus spp.) tersebar luas di berbagai wilayah, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. 


Interaksi manusia dengan satwa ini juga intens, baik lewat konsumsi nira segar, wisata gua, maupun perdagangan satwa liar.


Kondisi ini diperburuk dengan adanya peternakan babi yang berdekatan dengan habitat kelelawar, sehingga membuka peluang terjadinya inang perantara. 


Bila Nipah masuk, rantai penularan bisa terbentuk dengan cepat.


“Risiko saat ini rendah untuk pandemi global, tetapi tinggi untuk menyebabkan wabah lokal besar di daerah dengan kontak erat manusia–hewan reservoir, sistem kesehatan lemah, dan keterlambatan deteksi,” tegas Dr Dicky.

 

Gejala yang Perlu Diwaspadai


Masyarakat perlu mengenali tanda-tanda awal penyakit ini, di antaranya demam, batuk, gangguan pernapasan berat, hingga ensefalitis akut seperti kejang dan penurunan kesadaran. 


Kematian mendadak dengan gejala pernapasan dan neurologis di wilayah berisiko juga harus segera ditindaklanjuti.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan