Hanya Butuh 30 Detik untuk Selamatkan Hidup, Cek Irama Jantung dengan 'Menari'
Tidak semua detak jantung terdengar sama. Ada irama yang berlari terlalu cepat, ada pula yang tersendat pelan tanpa disadari.
Kampanye MENARI bukan hanya soal edukasi publik, tetapi juga menjadi pijakan menuju Cetak Biru Rencana Pengembangan Aritmia Nasional, strategi nasional yang dirancang untuk memperkuat sistem deteksi dini dan tata laksana aritmia di seluruh Indonesia.
Ketua Perhimpunan Aritmia Indonesia(PERITMI)/InaHRS, dr. Erika Maharani, Sp.JP(K), menjelaskan bahwa kesenjangan layanan aritmia di Indonesia masih jauh dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia-Pasifik.
“Berdasarkan data APHRS White Book 2023, Indonesia hanya mencatat 0,30 implantasi defibrillator dan 0,51 tindakan ablasi fibrilasi atrium per satu juta penduduk, masing-masing 239 kali dan 1.280 kali lebih rendah dibandingkan Selandia Baru dan Jepang,” ujar dr. Erika.
Kesenjangan itu mendorong lahirnya Blueprint Aritmia Nasional yang mengusung enam pilar transformasi kesehatan.
Layanan primer, layanan lanjutan, ketahanan kesehatan, pembiayaan, SDM, dan teknologi medis.
Tujuannya sederhana, agar setiap masyarakat di berbagai wilayah, dari perkotaan hingga pedesaan, dapat mengakses layanan jantung yang memadai.
Dr. Erika menegaskan bahwa implementasi cetak biru ini akan mengedepankan integrasi sistem layanan, penguatan pembiayaan JKN, registri nasional aritmia, dan kolaborasi lintas sektor.
“Langkah-langkah strategis ini diharapkan tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam jejaring global, tetapi juga mewujudkan visi besar kita, Bersatu Menjaga Irama Negeri,” tutupnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.