Kamis, 13 November 2025

Kanker Paru di Indonesia Meningkat, Batuk Berkepanjangan hingga Dada Nyeri Sering Disepelekan

Dikenal “silent killer”, penyakit ini sering kali tak menimbulkan gejala di tahap awal. Banyak pasien baru menyadari setelah kondisi memburuk.

Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Willem Jonata
freepik
Ilustrasi kanker paru 

Belakangan, tren baru seperti vaping atau rokok elektrik juga menimbulkan kekhawatiran.

Dr. Chin Tan Min, ahli kanker paru mengatakan bahwa vape atau rokok elektronik bukanlah alternatif yang aman terhadap rokok konvensional.

Vape tetap mengandung nikotin dan bahan kimia toksik yang dapat merusak paru dan menyebabkan kecanduan.

“Meski belum terbukti langsung menyebabkan kanker paru, risikonya terhadap kesehatan paru tidak bisa diabaikan,” ujarnya.

Dr. Chin menyarankan agar masyarakat yang ingin berhenti merokok atau vaping melakukannya dengan bimbingan medis. Program berhenti merokok yang terstruktur dan gaya hidup sehat terbukti lebih efektif dalam menurunkan risiko kanker paru.

Evolusi Pengobatan Kanker Paru

Selama bertahun-tahun, kemoterapi menjadi pengobatan utama bagi pasien kanker paru.

Namun efektivitasnya terbatas dan efek sampingnya sering kali berat. Kini, pendekatan baru seperti targeted therapy dan immunotherapy telah mengubah paradigma pengobatan.

Menurut Dr. Lim, penemuan mutasi genetik pada sel kanker paru merupakan titik balik penting dalam terapi modern.

“Penemuan mutasi gen seperti EGFR memungkinkan kami merancang terapi yang lebih tepat sasaran. Dengan targeted therapy, kami dapat menonaktifkan mekanisme gen yang memicu pertumbuhan kanker tanpa merusak jaringan sehat,” jelasnya.

Pasien kanker paru stadium lanjut yang menjalani kombinasi kemoterapi dan terapi bertarget kini memiliki tingkat kelangsungan hidup rata-rata 2,5 hingga 3 tahun lebih dari dua kali lipat dibandingkan kemoterapi konvensional.

EGFR+ Lung Cancer: Harapan Baru bagi Pasien Stadium Lanjut

Sementara itu, Dr. Chin Tan Min menjelaskan bahwa terapi EGFR Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI) telah menjadi salah satu inovasi paling efektif bagi pasien kanker paru stadium lanjut.

Respons terhadap terapi ini sangat baik. Sekitar 80 persen pasien mengalami perbaikan gejala dalam dua hingga empat minggu pertama, seperti berkurangnya batuk, sesak napas, dan nyeri.

“Dengan terapi EGFR TKI, kami kini melihat peningkatan kelangsungan hidup rata-rata hingga 3–4 tahun bagi pasien dengan mutasi EGFR,” jelasnya.

Immunotherapy: Mengaktifkan Sistem Imun untuk Melawan Kanker

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved