Pneumonia Anak Meningkat, Ini Penyebab Tersembunyi yang Perlu Diwaspadai Orangtua
Pneumonia masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada balita di negara berkembang.
Ringkasan Berita:
- Penyebab pneumonia pada anak adalah influenza, kemudian respiratory syncytial. Semuanya bisa menyebabkan peradangan pada paru
- Penularan bisa terjadi dari batuk, bersin, berbicara keras, hingga melalui benda-benda yang terkontaminasi cairan pernapasan.
- Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, imunisasi tidak lengkap, berat lahir rendah, gizi buruk, atau lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Pneumonia masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada balita di negara berkembang.
Penyebab penyakit ini tidak lagi terbatas pada bakteri, namun juga banyak disebabkan oleh virus, yang penularannya jauh lebih cepat dan mudah.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K), menjelaskan bahwa virus kini menjadi salah satu pemicu utama kasus pneumonia pada anak.
Baca juga: Dokter Spesialis Paru: Udara Bersih dan Iklim Sehat, Dua Kunci Cegah Pneumonia
“Saat ini banyak penyebab pneumonia pada anak itu adalah di antaranya influenza, kemudian RSV atau respiratory syncytial, semuanya itu bisa menyebabkan peradangan pada paru,” jelasnya pada media briefing virtual, Jumat (21/11/2025).
Ia menambahkan bahwa virus memiliki tantangan tersendiri karena lebih mudah menular.
Penularan bisa terjadi dari batuk, bersin, berbicara keras, hingga melalui benda-benda yang terkontaminasi cairan pernapasan.
Di negara tetangga, outbreak influenza bahkan sempat membuat sekolah-sekolah ditutup sementara karena tingginya kasus penularan pada anak-anak.
Penyebab Berbeda pada Setiap Usia Anak
Pneumonia bisa menyerang semua kelompok usia anak.
Beberapa bakteri seperti pneumococcus dapat ditemukan pada usia berapa pun, sementara virus seperti influenza dan RSV juga banyak menyerang anak-anak di bawah lima tahun.
Variasi penyebab ini yang membuat deteksi dini sangat penting untuk dilakukan oleh orangtua.
Bukan hanya faktor infeksi, kondisi kesehatan anak juga turut memengaruhi risiko pneumonia.
Baca juga: Jemaah Haji Indonesia Dilaporkan Terpapar Pneumonia, Komisi IX DPR Minta Perketat Protokol Kesehatan
Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, imunisasi tidak lengkap, berat lahir rendah, gizi buruk, atau lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi.
Sedangkan faktor lingkungan seperti polusi udara, asap rokok, baik rokok tradisional maupun rokok elektrik (vape), serta tinggal di lingkungan padat penduduk juga meningkatkan peluang penyebaran infeksi.
Bagaimana Orangtua Mengenali Gejala Awal?
Pneumonia sering diawali gejala mirip selesma atau ISPA yaitu batuk, pilek, dan demam.
Namun, dalam beberapa hari, kondisi bisa berkembang menjadi sesak napas, napas cepat, napas cuping hidung, hingga tarikan dinding dada ke dalam.
Kader posyandu biasanya sudah dilatih untuk mendeteksi napas cepat ini dengan cara menghitung frekuensi napas selama satu menit.
Batas normal napas anak:
Usia <2>
Usia 2 bulan–1 tahun: ≤ 50 kali/menit
Usia 1–5 tahun: ≤ 40 kali/menit
Jika melebihi batas ini, orangtua harus curiga adanya pneumonia.
Tanda bahaya lain termasuk anak tidak mau minum, muntah terus menerus, tampak biru, sangat lemas, kejang, menurunnya kesadaran, dan tidak buang air kecil selama berjam-jam.
Mengapa Pneumonia Berbahaya?
Pada pneumonia, alveolus, kantung udara di paru terisi cairan peradangan sehingga oksigen tidak dapat masuk ke aliran darah secara optimal.
Jika terjadi pada area yang luas, tubuh mengalami kekurangan oksigen, yang dapat memengaruhi organ vital seperti otak dan jantung.
Inilah yang membuat pneumonia harus ditangani segera begitu tanda bahaya muncul.
Dr. Nastiti menegaskan bahwa pencegahan pneumonia sangat mungkin dilakukan dengan langkah-langkah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Ini Kelompok yang Berisiko Terkena Pneumonia Akibat Virus Influenza
“Yang penting adalah memang mencegah lebih baik daripada mengobati. Pencegahan pneumonia komponen-komponennya bukan yang sophisticated. Kalau dia masih bayi, tentu kita tadi tahu bahwa ASI eksklusif sangat penting,” ungkapnya.
Langkah pencegahan yang dianjurkan meliputi:
- Pemberian ASI eksklusif untuk meningkatkan antibodi
- Imunisasi lengkap (PCV, Hib, DPT, influenza, campak/MR)
- Nutrisi cukup dan seimbang
- Hindari paparan asap rokok dan polusi
- Cuci tangan, etika batuk bersin, dan sirkulasi udara yang baik
- Menghindari kontak dengan orang sakit
Dengan langkah-langkah sederhana dan konsisten, risiko pneumonia dapat ditekan sekaligus menjaga kesehatan pernapasan anak dalam jangka panjang.
Sumber: Tribunnews.com
| Selama Ini Salah Fokus? Ternyata Kepadatan Tulang Anak Lebih Penting dari Tinggi Badan |
|
|---|
| Marak Kasus Penculikan, Mendikdasmen Minta Sekolah Mendata Pengantar dan Penjemput Anak |
|
|---|
| Cerita Bilqis Selama di Perkampungan Adat Jambi saat Diculik: Makan Mi hingga Lihat Banyak Anjing |
|
|---|
| Dokter Spesialis Paru: Udara Bersih dan Iklim Sehat, Dua Kunci Cegah Pneumonia |
|
|---|
| Kasus Penculikan Balita Bilqis di Makassar, Pelaku Jual Anak Kandung dan Jadikan Umpan |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.