Penculikan Balita di Makassar
5 Analisa Sosiolog Soal Penculikan Bilqis di Makassar, Mengapa Bisa Terjadi?
Kasus Bilqis bongkar disorganisasi sosial dan wajah baru kejahatan anak di era digital. Empati jadi alarm.
Ringkasan Berita:
- Bilqis Ramdhani (4) diculik di Makassar dan ditemukan sepekan kemudian di Jambi, korban jaringan perdagangan anak lintas provinsi.
- Empat pelaku ditangkap: SY (penculik), NH (pembeli pertama), MA dan AS (penjual lanjutan).
- Sosiolog Dr Hadisaputra menyebut kasus ini menyingkap disorganisasi sosial: keluarga sibuk, masyarakat abai, negara reaktif.
- Kasus Bilqis menjadi alarm nasional bahwa keamanan anak adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya urusan keluarga atau polisi.
TRIBUNNEWS.COM - Sosiolog dari Unismuh Makassar Dr Hadisaputra, menganalisa kasus penculikan bocah berusia 4 tahun di Makassar, Sulawesi Selatan bernama Bilqis Ramdhani.
Kasus penculikan Bilqis pada Minggu 2 November 2025 mengguncang publik karena melibatkan jaringan perdagangan anak lintas provinsi dan menunjukkan celah keamanan di ruang publik. Bilqis diculik di Makassar dan ditemukan sepekan kemudian di Jambi dalam kondisi selamat.
Polisi berhasil menangkap empat pelaku dalam kasus penculikan Bilqis Ramdhani (4), yang sempat menghilang dari Taman Pakui Sayang, Makassar, dan ditemukan di Jambi.
Mereka yaitu,
SY (Sri Yuliana)
- Pelaku utama penculikan.
- Menculik Bilqis saat bermain di taman dan menjualnya seharga Rp3 juta.
- Ditangkap di Makassar.
NH (Nadia Hutri)
- Pembeli pertama.
- Membeli Bilqis melalui sistem COD di indekos SY.
- Ditangkap di Solo, Jawa Tengah.
MA (Meriana)
- Pelaku penjualan lanjutan di Jambi.
- Mengaku telah 9 kali terlibat dalam transaksi jual-beli anak.
AS (Adit Prayitno Saputra)
- Pasangan MA, turut terlibat dalam penjualan Bilqis.
- Keduanya ditangkap di penginapan di Sungai Penuh, Jambi.
Melihat kasus penculikan itu, Dr Hadisaputra, memberikan pandangan.
Baca juga: Sosok 4 Pelaku Penculikan Balita Bilqis: Sembilan Kali Transaksi Jual dan Beli Anak
Keluarga Modern Sibuk dengan Gawai
Keluarga modern yang sibuk, masyarakat yang sibuk dengan gawai, dan negara yang masih gagap menjaga warganya yang paling rentan.
"Kasus Bilqis menyingkap bagaimana dunia digital, yang menjanjikan keamanan dan keterhubungan, justru membuka jalan bagi modus kejahatan yang canggih dan tersembunyi," kata Hadi kepada Tribun Timur Senin (10/11/2025).
Ruang Publik Kehilangan Fungsi
Fenomena ini memperlihatkan apa yang disebut para sosiolog, sebagai disorganisasi sosial, ketika ruang publik kehilangan fungsinya sebagai arena solidaritas.
Taman kota yang semestinya menjadi ruang aman bagi anak-anak berubah menjadi wilayah anonim, tempat setiap orang hadir tanpa merasa terikat tanggung jawab moral terhadap yang lain.
"Kita hidup berdampingan tanpa benar-benar saling memperhatikan. Dalam dunia yang terlalu ramai, empati justru menjadi barang langka," kata Hadi.
Hadi mengutip perkataan, sosiolog Talcott Parsons mengajarkan masyarakat bertumpu pada keseimbangan fungsi sistem sosial, yakni keluarga, masyarakat, dan negara.
Sumber: Tribun Timur
Penculikan Balita di Makassar
| Warga Suku Anak Dalam Tahunya Bilqis Diserahkan Ibu Kandung, Disertai Surat Bermaterai |
|---|
| Kronologi Lengkap 4 Polisi Makassar dalam Misi Penyelamatan Bilqis hingga Penangkapan 4 Penculik |
|---|
| DRAMATIS Perjuangan 4 Polisi Jemput Bilqis di Perkampungan Adat Jambi, Negosiasi Alot, Butuh 2 Malam |
|---|
| Polisi Sebut Penculik Bilqis di Makassar Cari Korban Secara Random untuk Dapatkan Uang |
|---|
| Sosok Nadia Hutri, Warga Sukoharjo Komplotan Pelaku Penculikan Bilqis, Dikenal Tak Pernah Aneh-aneh |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.