Demo di Jakarta
Kronologis Pelajar SMK Tewas Usai Ikut Demo di Depan Gedung DPR, Diduga Korban Kekerasan Aparat
Ia diduga menjadi korban kekerasan aparat dalam demonstrasi di kawasan depan Gedung DPR/MPR RI, Kamis (28/8/2025).
Penulis:
Alfarizy Ajie Fadhillah
Editor:
Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kematian Andika Lutfi Falah, pelajar SMK di Kabupaten Tangerang, masih meninggalkan luka mendalam bagi keluarganya.
Andika meninggal dunia pada Senin (1/9/2025) setelah tiga hari koma dan dirawat intensif di RS TNI AL Mintoharjo, Jakarta.
Baca juga: Sebelum Tewas Andika Pelajar SMK Tangerang Sempat Koma Tiga Hari di RS TNI AL Mintohardjo
Ia sebelumnya diduga menjadi korban kekerasan aparat dalam demonstrasi di kawasan depan Gedung DPR/MPR RI, Kamis (28/8/2025).
Demonstrasi adalah bentuk penyampaian pendapat secara terbuka di muka umum, biasanya dilakukan oleh sekelompok orang untuk menyuarakan aspirasi, protes, atau dukungan terhadap suatu isu tertentu.
Kakak korban, Pangestu, menuturkan adiknya berangkat ke lokasi aksi tanpa membawa ponsel dan kartu identitas. Identitasnya hilang saat mendaki gunung beberapa waktu lalu.
Baca juga: Pelajar SMK Tangerang Dikabarkan Meninggal Setelah Ikut Demo di Jakarta, Sempat Jalani Perawatan
Menurutnya, Andika yang berusia 16 tahun itu kemudian bergabung dengan barisan pelajar lain. Malam itu situasi di sekitar DPR memanas.
Gedung DPR adalah bangunan utama tempat para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia bekerja dan bersidang.
Gedung ini merupakan bagian dari Kompleks Parlemen RI yang terletak di Senayan, Jakarta Pusat, dan juga digunakan oleh MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah).
Massa berhadapan langsung dengan aparat, gas air mata ditembakkan ke berbagai arah, dan bentrokan tak terhindarkan.
“Adik saya berangkat tanpa identitas, sampai di sana misah barisan, jadi ikut anak sekolah lain. Malam itu situasinya brutal, gas air mata dilontarkan ke mana-mana. Posisi polisi dekat dengan massa, massa-nya digebukin. Di situ adik saya kena gas air mata dan mungkin jatuh,” ujarnya.
Pangestu menjelaskan, dari luar tubuh Andika hanya terlihat memar. Namun, dokter kemudian menemukan trauma akibat benturan benda tumpul di kepala.
Cedera itu menyebabkan tempurung kepalanya pecah dan memicu pendarahan di dalam otak.
“Saya tidak menyalahkan tim medis, saya bersyukur adik saya dibawa ke IGD. Tapi yang saya sayangkan, adik saya tanpa identitas. Masih 16 tahun, nggak ada KTP. Jadi penanganannya telat satu hari, ternyata adik saya kritis satu hari, jadi semuanya telat,” kata dia.
Andika masuk IGD RSAL pada Kamis malam dalam keadaan tidak sadar. Jumat sore, detak jantungnya sempat berhenti sebelum berhasil kembali dipulihkan.
Hasil CT-Scan kemudian menunjukkan adanya luka serius di kepala hingga akhirnya dipindahkan ke ICU.
Sejak saat itu, Andika koma dan tidak pernah sadar lagi.
"Jumat tanggal 29 jam 5 sore masuk ICU dalam kondisi koma sampai hari Senin dinyatakan wafat. Dia tidak sadar sama sekali selama di rumah sakit,” tutur Pangestu.
Baca juga: Sebelum Tewas Andika Pelajar SMK Tangerang Sempat Koma Tiga Hari di RS TNI AL Mintohardjo
Keluarga awalnya masih berharap Andika bisa bertahan.
Pangestu sempat berpositif thinking karena tahu adiknya punya fisik kuat sebagai anak pecinta alam.
Ia bahkan pernah mendaki Gunung Slamet yang dikenal cukup berat.
Namun, harapan itu sirna ketika dokter memastikan seluruh cedera yang dialami adalah luka dalam.
"Saya mikir adik saya masih bisa pulang, karena dari luar tidak ada luka. Ternyata luka dalam semua,” ujarnya.
Meninggalnya Andika menambah panjang daftar korban jiwa dalam gelombang aksi unjuk rasa yang terjadi pada Agustus 2025.
Sebelumnya, Affan Kurniawan, seorang driver ojek online, tewas setelah dilindas kendaraan taktis Brimob pada Kamis (28/8/2025).
Empat orang juga dilaporkan meninggal dunia saat Gedung DPRD Kota Makassar terbakar di tengah aksi demonstrasi, Jumat (29/8/2025). Mereka adalah Akbar Basri, Sarina Wati, Syaiful Akbar, dan Budi Haryadi.
Masih di Makassar, Rusdamdiansyah, seorang driver ojek online menjadi korban pengeroyokan karena dicurigai sebagai anggota intelijen alias intel.
Kemudian di Solo, Sumari (60), seorang tukang becak yang meninggal dunia diduga terpapar gas air mata saat kericuhan pecah di Bundaran Gladak, Solo, Jawa Tengah, Jumat (29/8/2025).
Tak hanya itu, seorang mahasiswa Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy, juga tewas saat mengikuti aksi, Minggu (31/8/2025).
Baca juga: Sosok Andika Pelajar Kabupaten Tangerang Tewas Usai Ikut Demo: Suka Naik Gunung
Berdasarkan keterangan BEM Amikom, Rheza terjatuh dari motor setelah situasi ricuh akibat tembakan gas air mata.
Motornya mendadak mati saat ia mencoba berbalik arah hingga membuatnya kehilangan kendali. Rheza kemudian disebut langsung dihampiri aparat.
Masih di hari yang sama, Mahasiswa Univeritas Negeri Semarang, Iko Juliant Junior, meninggal setelah sebelumnya dinyatakan kecelakan oleh Polisi.
Dalam narasi yang beredar, sebelum kepergiannya, Iko sempat mengigau "Ampun pak, tolong pak, jangan pukulin saya lagi."
Awalnya dia disebut kecelakaan, tapi motor Iko ditahan di Polda Jawa Tengah dan ia diantar ke rumah sakit menggunakan kendaraan Brimob.
Berdasarkan foto jenazah, terdapat luka sobek di bibirnya. Hingga kini, penyebab pasti luka-luka lko belum jelas.
Demo di Jakarta
PBB Desak Investigasi Kekerasan Aparat pada Berbagai Aksi Demonstrasi di Indonesia |
---|
Kompolnas: Bukti CCTV Akan Jadi Basis Proses Pidana Tujuh Anggota Brimob Lindas Ojol |
---|
Prabowo: Kerusuhan Terencana, Ada Upaya Ganggu Stabilitas Nasional |
---|
Dokter Spesialis Paru Ungkap 4 Faktor Berat Ringannya Dampak Gas Air Mata |
---|
Lokataru Sebut Penangkapan Delpedro Marhaen Tindakan Represif dan Cederai Demokrasi |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.